Renungan Harian Minggu, 22 Mei 2022
LDR dengan TUHAN?
Di kalangan golongan muda sekarang terdapat kata yang cukup ‘mengerikan’, secara khusus bagi para mereka yang sedang menjalin hubungan yakni ‘hubungan jarak jauh’ atau ‘long distance realtionship’. Meski terkesan agak remeh, namun sebenarnya persoalan hubungan jarak jauh menjadi masalah dalam hubungan yang berisikan beragam faktor yang esensial. Maksudnya, terdapat hal-hal penting yang perlu digumuli oleh setiap pihak dalam sebuah relasi yakni komitmen dan orientasi hati serta pikiran.paling tidak, kedua hal itu menjadi tantangan terberat sekaligus menjadi elemen yang cukup menentukan keberlangsungan relasi.
Persoalan LDR tidak melulu identik dalam hubungan asmara, tetapi dapat juga mewujud dalam relasi orang tua-anak, sesama saudara bahkan antara umat dengan TUHAN. Inti utama dari LDR sebagai masalah dalam relasi berada pada kemampuan setiap pihak untuk berkomitmen menjalani relasi secara konsisten dan hati serta pikiran yang tetap berorientasi pada pihak lainnya ketika interaksi fisik tidak dapat terjalin secara penuh. Kedua hal ini sangat diperlukan agar keintiman relasi tetap terjaga, perasaan sayang tetap terbangun kokoh dan hubungan terus berjalan.
Bangsa Israel pun mengalami persoalan LDR ketika Musa sedang berhadapan dengan TUHAN di atas gunung Sinai. Terdapat jarak yang seolah memisahkan bangsa Israel dari Musa dan TUHAN. Nampaknya, mereka sedang menjalani ‘hubungan jarak jauh’ dengan Musa dan TUHAN. Namun, sungguh disayangkan, mereka gagal untuk mempertahankan komitmen dan orientasi hanya kepada TUHAN. Itulah mengapa mereka meminta Harun untuk menciptakan allah untuk disembah. Lembu emas yang dibuat Harun pun menjadi simbol dari ketidakmampuan bangsa Israel untuk berkomitmen dan tetap mengarahkan hati serta pikiran hanya kepada TUHAN.
Sahabat Alkitab, LDR dapat terjadi di tengah relasi antara kita dengan TUHAN. Beragam masalah, pergumulan, ketidaknyamanan hidup, doa-doa yang kita rasa belum juga terjawab dapat mewujud sebagai ‘LDR’ yang membuat TUHAN terasa begitu jauh dari kita. Namun, hari ini kita pun belajar betapa pentingnya berkomitmen dan mempertahankan orientasi hati serta pikiran hanya kepada TUHAN di tengah segala situasi-kondisi hidup. Kiranya setiap kita dimampukan untuk membangun dan menjaga relasi tetap membara antara kita dengan TUHAN maupun dengan sesama manusia.