ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian, Kamis, 23 Juni 2022

Renungan Harian, Kamis, 23 Juni 2022

Aku Siap Menggaungkan Firman-Mu!

Yeremia 37:11-21,TB

Pasal 37 menjadi pembuka untuk menghantarkan kita kepada kisah tragis dari kehidupan Yeremia sebagai seorang nabi yang berupaya keras untuk menyuarakan pesan-pesan TUHAN. Bahkan, pada ayat ini kita dapat melihat peristiwa pilu yang harus ia alami untuk sesuatu yang tidak ada hubungan langsung dengan tugas kenabiannya. Pada ayat 12 Yeremia diceritakan hendak kembali ke kampung halaman untuk mengurusi perkara warisan di tengah keluarganya. Pembagian warisan merupakan sesuatu yang sangat esensial di tengah kalangan masyarakat Israel kuno yang tidak sekadar persoalan harta materil melainkan juga perihal pertanggung jawaban teologis di hadapan TUHAN, sang pemberi tanah bagi bangsa Israel. Pembagian warisan juga dimaksudkan sebagai bentuk upaya mereka secara turun-temurun untuk menjaga dan mengusahakan tanah perjanjian dari TUHAN. Namun, tanpa disangka Yeremia justru harus dipenjara atas tuduhan pengkhianatan yang secara sepihak dan tidak terbukti terhadap dirinya.

Di tengah situasi hidup yang miris ini, Yeremia tetap memberikan dirinya sebagai corong firman TUHAN secara khusus bagi raja Zedekia. Dialog yang muncul pada ayat 17-21 pun menampilkan kepada pembaca bentuk relasi yang cukup unik yang berlangsung di antara nabi Yeremia dengan raja Zedekia. Yeremia telah berulang kali menggaungkan firman TUHAN yang mengkritik cara hidup dan model kepemimpinan raja, para pegawai kerajaan serta seluruh bangsa. Namun, kedatangan Zedekia yang menemui Yeremia untuk menanyakan firman TUHAN menjadi bukti bahwa sang raja cukup membutuhkan kehadiran sang nabi dalam menjalankan perannya. Di lain pihak, Yeremia juga membutuhkan kebijakan sang raja demi kelanjutan hidupnya.

Cuplikan kisah Yeremia pada perikop ini telah menampilkan kepada kita mengenai teladan kesungguhan dalam mengikut TUHAN. Yeremia bisa saja menjadi tidak lagi setia sebagai nabi TUHAN akibat masalah hidup yang terkesan ‘mengada-ada’. Namun, Yeremia memilih untuk setia dan memberikan hidup sepenuhnya dalam menggaungkan suara kebenaran dari TUHAN. Inilah wujud ketulusan beriman yang tidak membutuhkan imbalan atau syarat kenyaman demi memberikan kesetiaan kepada TUHAN. Setiap umat TUHAN pun diharapkan mampu membangun ketulusan iman yang bertahan di segala situasi dan kondisi kehidupan, entah nyaman maupun dalam pergumulan sehingga diri kita selalu mampu menjadi saluran suara kebenaran dari TUHAN.