ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian Rabu, 10 Agustus 2022

Renungan Harian Rabu, 10 Agustus 2022

Perjuangan Cinta Tiada Akhir

Kidung Agung 3:1-5,TB

Tema ‘kehilangan’ dan ‘mencari’ untuk kesekian kalinya muncul dalam kitab Kidung Agung. Keterhilangan yang dirasakan pada diri sang kekasih selalu disertai dengan upaya pencarian yang menghasilkan keintiman dan sukacita. Kali ini keterhilangan itu diungkapkan oleh si mempelai perempuan yang begitu merindukan keberadaan si mempelai pria. Keterhilangan dan kerinduan yang begitu besar diungkapkan dalam bentuk ungkapan kesendirian di atas tempat tidur pada malam hari. Hal ini sudah cukup menggambarkan tentang kerinduannya yang begitu besar terhadap sang kekasih hati. Melalui penggunaan tempat tidur dan malam hari pun sudah kuat untuk mengidentifikasi kualitas keintiman yang semestinya dimilik oleh mereka sepasang kekasih.

Salah satu hal menarik yang dapat kita renungkan adalah perihal upaya pencarian yang dilakukan oleh si mempelai yang merasa terhilang. Ia tidak berdiam diri dan terbelenggu dalam rasa keterhilangannya, melainkan ia memilih untuk meninggalkan tempat tidur dan berjalan kian kemari. Ini menunjukkan betapa besarnya cinta dan kerinduan yang mengharapkan kehadiran sang kekasih hati hingga ia rela untuk meninggalkan kenyamanan dalam istirahatnya. Kemudian, kita juga perlu mengingat dan mengimajinasikan bahwa syair ini diucapkan oleh seorang perempuan yang memilih untuk berjalan sendirian di tengah malam. Keputusannya tersebut bukanlah tanpa resiko karena ia sangat mungkin untuk mengalami celaka. Namun, itu semua tetap tidak menggoyahkan niatan dan upayanya demi berjumpa dengan sang pujaan hati dalam kehangatan cinta di tengah dinginnya malam.

Sahabat Alkitab, perkataan puitis dalam Kidung Agung ini telah memberikan kita sebuah pelajaran bahwa perjuangan cinta tidak semestinya berakhir. Hal ini perlu terus diupayakan sepanjang perjalanan sejarah cinta yang terjalin dalam setiap hubungan yang kita bangun, misalnya dalam hidup pernikahan. Persoalannya adalah ada pemikiran yang menganggap bahwa perjuangan cinta berakhir pada saat pernikahan terjadi, pada saat hubungan itu disahkan di hadapan TUHAN dan umat. Hal ini tentu merupakan sebuah pemikiran yang keliru terhadap cinta dan pernikahan. Padahal, ketika perjuangan cinta itu terus dilakukan, entah sebelum maupun sesudah ritus pernikahan dilakukan, pada saat itu pula hasrat terhadap cinta, komitmen dan harapan akan selalu memenuhi hubungan yang kita bangun. Konsep ini pula yang dapat kita maknai pada setiap hubungan yang kita bangun dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kehidupan beriman kepada TUHAN.