ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian Jumat, 30 September 2022

Renungan Harian Jumat, 30 September 2022

Beriman itu Tidak Situasional

Ulangan 5:28-33

Anda mungkin pernah mendengar slogan, “sehat itu mahal!”. Dibalik kalimat tersebut terdapat banyak pertimbangan berdasarkanya kenyataan yang ditimbulkan akibat kesehatan yang menurun. Kalimat “sehat itu mahal” memang terkesan sangat menitikberatkan pertimbangan secara ekonomis, misalnya biaya pembelian obat, pembayaran rumah sakit, hingga biaya kebutuhan pemulihan pasca sembuh. Seseorang yang sedang sakit pun biasanya akan memiliki kesadaran atas pentingnya menjaga kesehatan. Namun, seiring dengan pemulihan kondisi tubuh ia pun cenderung melupakan pentingnya menjaga kesehatan.

Melupakan atau menganggap remeh kesehatan hanyalah satu contoh dari sekian banyak bentuk diorientasi dan ketidakmampuan seorang manusia dalam mempertahankan fokus serta komitmennya. Bentuk lain dari persoalan ini pun dapat mewujud dalam lingkup hidup keimanan, yakni ketika seseorang tidak mampu menjaga komitmen imannya kepada TUHAN. Terkadang atau mungkin lebih sering seorang manusia begitu sungguh-sungguh beriman dan berserah ketika ia merasa begitu membutuhkan TUHAN, misalnya di tengah kondisi hidup yang begitu sulit. Namun, beda halnya ketika kesulitan itu sudah berlalu, secara berangsur ketekunan iman dan sikap berserahnya pun justru menurun.

Catatan yang kita baca pada hari ini juga berbicara mengenai pentingnya menjaga komitmen. Pernyataan TUHAN yang terekam di dalam ayat-ayat ini telah menjadi sebuah peringatan sekaligus pengingat bagi bangsa Israel dan umat TUHAN di segala zaman bahwa kita perlu menjaga hati agar selalu setia kepada-Nya. Beriman kepada TUHAN merupakan sebuah praktik hidup yang perlu bersifat tahan uji, bukannya sebuah tindakan situasional. Jika kita perhatikan bagian-bagian sebelumnya, maka peringatan dari TUHAN seperti yang tertulis pada ayat 28 da 29 pun menjadi sangat relevan. Melalui pernyataan itu TUHAN ingin agar sikap iman bangsa Israel seperti yang muncul pada ayat-ayat sebelumnya tidaklah bersifat situasional atau sementara, melainkan sungguh-sungguh mewujud dari kondisi hati yang terfokus penuh kepada-Nya.

Sahabat Alkitab, marilah kita mengevaluasi diri dengan mempertanyakan beberapa pertanayaan, seperti: Apakah hati dan pikiran saya masih terfokus kepada TUHAN? Jika tidak, hal apa yang menyebabkan ini terjadi? Kiranya kesetiaan dan sikap hormat kepada TUHAN selalu terpatri pada iman saudara dan saya.