ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian Sabtu, 1 Oktober 2022

Renungan Harian Sabtu, 1 Oktober 2022

Awas Putus Hubungan!

2 Korintus 1:1-6

Selama beberapa dekade terakhir, pelajar di Indonesia selalu diajarkan tentang nilai gotong royong, belarasa dan musyawarah yang sangat diperlu2 Korintus 1:1-6kan dalam konteks Indonesia sebagai negara majemuk. Namun, pertanyaannya adalah apakah nilai-nilai kebersamaan tersebut memang sudah terwujud, paling tidak dalam hidup bersosial antar golongan maupun kelompok yang ada di dalamnya? Inilah pertanyaan yang perlu dijadikan sebagai sarana evaluasi dan permenungan oleh seluruh masyarakat Indonesia demi menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat, tidak hanya untuk bangsa ini sendiri tetapi juga untuk setiap orang asing yang ada di dalamnya.

Nilai keterhubungan antar individu juga muncul dalam bagian awal surat 2 Korintus yang dituliskan Paulus. Setelah memberikan sapaan yang berisikan doa serta harapan bagi jemaat di Korintus, Paulus pun mengawali isi suratnya dengan sebuah ungkapan syukur atas kualitas keterhubungan yang dapat ia berikan sebagai teladan bagi komunitas jemaat di sana. Paulus sedang menunjukkan bahwa sebagai sebuah komunitas iman di dalam Kristus, mereka memiliki keterhubungan yang saling berdampak satu dengan lainnya. Terdapat hubungan sebab-akibat antara Paulus, sebagai pemimpin, dengan para jemaat. Melalui pola ‘sedih-bahagia’ dan ‘susah-senang’ yang muncul dalam ayat 5 sampai 6, ia pun mengajarkan kepada jemaat bahwa pada dasarnya hidup setiap umat TUHAN tidaklah untuk dirinya sendiri.

Setiap anggota komunitas iman memiliki daya untuk memengaruhi anggota lainnya. Hal ini Paulus lakukan sebagai teladan sekaligus tekankan sebagai nilai hidup berkomunitas kepada setiap anggota jemaat di Korintus. Baginya, suatu kondisi yang dialami oleh seseorang memiliki potensi untuk menjadi berkat dan menghadirkan dampak baik bagi orang lain di sekitarnya. Bahkan, sebuah kesedihan sekalipun dapat menjadi penghiburan bagi pihak lain. Namun, itu semua hanya dapat berlaku jika seseorang memiliki kesediaan untuk memberikan kehadiran dirinya bagi orang lain. Nilai keterhubungan inilah yang Paulus harapkan muncul dalam kehidupan jemaat di Korintus demi menghasilkan iklim dan budaya hidup komunitas yang sehat serta konstruktif. Artinya, hal ini pun menjadi sebuah pengajaran yang sangat relevan untuk diaplikasikan oleh setiap umat TUHAN di berbagai zaman, termasuk di masa sekarang, mulai dari dalam lingkungan jemaat di gereja hingga bermasyarakat. Pertanyaannya adalah apakah kita bersedia melakukannya?