ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Renungan Harian Senin, 3 Oktober 2022

Renungan Harian Senin, 3 Oktober 2022

Ketulusan dan Kemurnian dalam Relasi

2 Korintus 1:12-14

Di zaman yang serba cepat ini, manusia semakin dituntut untuk bisa mempertahankan keberadaan dirinya, entah di dunia nyata maupun di dunia maya. Misalnya saja, beriringan dengan maraknya perkembangan media sosial sebagai ruang kehidupan ‘baru’ dari manusia modern, setiap individu yang ada di dalamnya pun dipaksa untuk mengikuti segala tren yang dihasilkan hingga, entah sadar maupun tidak, kita semakin takut tidak dianggap oleh orang lain. Kita semakin haus akan pengakuan yang juga semakin sulit didapatkan dari orang lain. Apalagi, di media sosial hampir dapat dipastikan tidak lebih banyak orang yang kita kenal secara personal di antara seluruh daftar pertemanan yang kita miliki pada akun media sosial kita masing-masing. Fenomena semacam ini tidak hanya dapat muncul dalam kehidupan personal dari tiap orang yang hadir di media sosial, melainkan juga hingga ke lingkup politik. Contohnya, seorang yang berambisi untuk mendapatkan kekuasaan dalam sebuah pentas politik cenderung menggunakan segala upaya ‘pencitraan’ demi mendapatkan perhatian dan pengakuan dari masyarakat sehingga eksistensinya dapat diterima serta menghasilkan kemenangan secara hak suara. Itulah sebabnya, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang demikian menjadi pemimpin yang tidak peduli dengan orang-orang yang mereka pimpin.

Paulus, di dalam perikop ini, menunjukkan kepada jemaat Korintus bahwa hubungan yang terjalin di antara mereka dilandasi oleh ketulusan dan kemurnian yang bersumber dari Allah. Paulus begitu tegas menekankan kepada jemaat bahwa ia tidak ‘haus kehormatan dan pengakuan’ dari jemaat Korintus. Justru, ketulusan dan kemurnian relasi itulah yang akan dibanggakan oleh mereka, baik Paulus maupun jemaat. Kebanggaan tersebut bukan untuk memuaskan hasrat atau egosentrisme masing-masing individu, melainkan sebagai bentuk perayaan atas hubungan yang mereka miliki.

Sahabat Alkitab, perikop ini telah memberikan kita sebuah bahan permenungan tentang ketulusan dan kemurnian dalam membangun relasi, entah dengan sesama maupun dengan TUHAN. Sebagai manusia modern yang hidup dengan segala rupa kebudayaan yang terlalu cepat berubah, kita perlu mawas diri agar tidak terlena dengan ‘haus pengakuan’ dan perasaan terlalu takut ketinggalan. Hal seperti ini jika tidak dikelola dengan baik akan semakin menyulitkan kita untuk memiliki ketulusan dan kemurnian berelasi dengan pihak lain. Hanya dengan ketulusan dan kemurnian hatilah kita mampu menghasilkan relasi yang sehat, yang rela saling menunjang dan melengkapi, bukan saling mendominasi apalagi memanupulasi.