ALKITAB

Lembaga Alkitab Indonesia selalu mendukung kebutuhan rohani anda, termasuk di dalam pembacaan Alkitab digital maupun harian. Mari bersama menumbuhkan iman kita kepada Tuhan.

Persembahan kepada Allah

Persembahan kepada Allah

Amsal 3:7-12, BIMK

Selamat pagi sahabat Alkitab. Setelah kita bersama membaca Firman Tuhan dari Amsal 3, khususnya ayat 7-12. Kita melihat ada 3 poin yang masing-masing memiliki alasan yang kuat.  Pertama, kita harus menjalani hidup ini dengan kerendahan hati, dan tunduk dengan patuh kepada Allah dan pemerintahanNya. Tunduk dengan kepatuhan: takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan. Berjaga-jagalah supaya tidak melakukan hal-hal yang menyakiti hati-Nya atau membuatmu kehilangan pemeliharaan-Nya. Takut akan TUHAN yang membuat seseorang menjauhi kejahatan, merupakan hikmat dan akal budi yang sejati (Ayb. 28:28). Orang-orang yang memilikinya benar-benar bijaksana, yang menyangkal diri dan tidak menganggap diri mereka sendiri bijak. Untuk meneguhkan kita dalam menjalani kehidupan dengan rasa takut akan Allah, di sini dijanjikan (ay. 8) bahwa hal itu sama bermanfaatnya dengan makanan bagi tubuh jasmani kita. Hikmat itu menyehatkan tubuh: itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu. Hikmat juga menguatkan tubuh: itulah yang menyegarkan tulang-tulangmu. Kehati-hatian, kesabaran, penguasaan diri dan pengendalian pikiran, penguasaan nafsu dan gairah dengan baik, yang diajarkan oleh agama, tidak hanya cenderung memelihara kesehatan jiwa, tetapi juga membentuk kebiasaan yang baik bagi tubuh, yang patut diingini. Tanpa semua itu segala kenikmatan di dunia ini akan terasa hambar. Iri hati membusukkan tulang. Duka lara dunia ini mengeringkannya. Akan tetapi, pengharapan dan sukacita di dalam Allah bagaikan sumsum yang menyegarkan tulang-tulang.

Lalu yang kedua ialah, Kita harus memanfaatkan harta benda kita dengan baik, dan itulah jalan untuk menjadikannya bertambah-tambah (ay. 9-10). 

- Dengan penghasilan kita. Ketika harta kita makin bertambah, kita cenderung tergoda untuk memuliakan diri kita sendiri (Ul. 8:17) dan melekatkan hati kita pada dunia ini (Mzm. 62:11). Akan tetapi, semakin banyak Allah memberi, semakin giat pula seharusnya kita berusaha untuk menghormati-Nya. Pertambahan hasil bumi ini dimaksudkan untuk membuat kita terus bergantung kepada Allah, sebab kita hidup dengan mengandalkan hasil tuaian setiap tahunnya.

-  Dengan segenap penghasilan kita. Allah telah membuat kita makmur dalam segala hal, jadi kita pun harus menghormati-Nya. Hukum kita menerapkan modus decimandi – cara untuk mempersembahkan perpuluhan, tetapi tidak de non decimando – pengecualian dalam membayar persepuluhan.

- Dengan hasil pertama dari segala penghasilan kita, seperti Habel (Kej. 4:4). Itulah isi seluruh hukum Taurat (Kel. 23:19), dan kitab para nabi (Mal. 3:10). Allah, yang merupakan yang pertama dan yang terbaik, harus juga mendapatkan yang pertama dan yang terbaik dari segala sesuatu. Hak-Nya harus didahulukan daripada yang lain, dan oleh karena itulah Dia harus dilayani terlebih dahulu. Perhatikanlah, sudah merupakan kewajiban kita untuk menjadikan kekayaan duniawi kita alat bagi pelayanan agama kita, untuk memakainya dan memakai kepentingan kita di dalamnya demi memajukan agama. Kita juga wajib berbuat kebajikan bagi orang-orang miskin dengan apa yang kita punya, serta untuk selalu rajin melakukan pekerjaan yang saleh dan berderma, merancang hal-hal yang luhur

Yang ketiga, Kita harus berlaku benar di bawah segala kesukaran kita

Kesukaran itu merupakan peringatan ilahi untuk memperbaiki kesalahan, hajaran dari Tuhan, sehingga merupakan alasan mengapa kita harus tunduk kepadanya (sebab bodoh sekali jika kita berani menantang Allah yang memiliki kedaulatan dan kekuasaan yang tidak tertandingi). Hal itu juga merupakan alasan mengapa kita harus berpuas diri di dalamnya, sebab kita yakin bahwa Allah yang begitu suci itu tidak bisa berbuat salah terhadap kita. Juga, Allah yang memiliki kebaikan tidak terbatas itu juga tidak bermaksud mencelakai kita. Kesukaran itu datang dari Allah, dan karena itulah kita tidak boleh menyepelekannya. Sebab menghina seorang utusan berarti menghina tuan yang telah mengutusnya juga. Kesukaran itu berasal dari Allah, dan oleh karena itulah kita tidak boleh jenuh menghadapinya, sebab Dia sendiri tahu apa kita ini, apa yang kita butuhkan maupun apa yang sanggup kita tanggung.

Salam Alkitab untuk semua