Alkitab di Dalam Keluarga

Alkitab di Dalam Keluarga

Sapaan LAI

“Ayo bangun dan segera mandi! Jangan sampai kita terlambat tiba di gereja!” demikian serangkaian kata-kata yang sudah jarang kita dengar lagi di era pandemi Covid-19. Sekarang, semua kegiatan dilakukan di rumah. Baik orang tua sampai anak-anak melakukan sebagian besar kegiatannya dari rumah, mulai dari belajar, bermain dan bekerja. Juga ketika kita melakukan berbagai kegiatan gerejawi. Segalanya kini serba online

Interaksi antaranggota keluarga yang biasanya hanya terjadi di pagi dan malam hari, sekarang berlangsung tanpa jeda dari pagi hingga malam dalam suatu ruang dan waktu yang sama. Sebelum pandemi kita mengajak seluruh anggota keluarga, termasuk dalam hal ini anak-anak beribadah dan terlibat berbagai kegiatan di gereja dalam waktu tertentu. Melalui kehadiran kita dalam peribadahan dan persekutuan di gereja kita mencoba memperkenalkan anak-anak untuk menghormati Tuhannya dan mendisiplinkan mereka untuk beribadah. Sekarang kita cukup memencet tombol di televisi atau gadget kita dan segera kita bergabung dalam kegiatan bergereja  dalam dunia digital dengan waktu yang tidak terbatas.  

Ada sebuah cerita, seorang ayah yang begitu rajin terlibat berbagai kegiatan gereja. Hampir tiap hari ia berpamitan pada anggota keluarga yang lain untuk mengikuti pertemuan, rapat, ibadah dan berbagai kegiatan gereja lainnya. Ia berharap anggota keluarganya yang lain melihat dan mencontoh semangatnya dalam berkegiatan gereja. Ternyata harapannya tidak selalu sama dengan harapan anak-anaknya. Anak-anaknya berharap sang ayah bukan hanya rajin ke gereja namun juga menerapkan firman Tuhan yang diterimanya dari gereja dalam kegiatan sehari-hari. Anaknya melihat ayahnya tidak satu tekad antara kata dan tindakan.  “Ayah rajin ke gereja dan berkegiatan gereja, tetapi kelakuannya tidak mencerminkan sebagai orang Kristen. Aku sekarang tidak mau ke gereja lagi! Yang penting bagiku adalah rajin berbuat baik kepada semua orang.” Demikian seru si anak mewakili suara anak zaman sekarang.

Orang tua sering mengalami dilema ketika harus mendidik anak dengan ketegasan atau bahkan agak “keras” supaya anak memahami kesalahannya dan mau melakukan tanggung jawabnya, tetapi mereka juga tidak ingin menyakiti hati anaknya. Ada  orang tua yang terjebak pada pembiaran atas perbuatan salah anaknya atas dasar kasih, tetapi sebaliknya ada juga orang tua yang mendisiplinkan anak dengan sangat keras atas dasar ketegasan. Kedua sikap ekstrim ini tidak akan menuntun anak pada jalan yang baik. Orang tua perlu menyeimbangkan antara ketegasan dan kasih dalam upaya mendisiplinkan anak.

Sekarang ini, keluarga menjadi pondasi terpenting untuk menuntun orang muda agar tidak terpengaruh pada hal-hal yang salah atau jahat. Nilai-nilai konsumerisme, materialisme, dan sebagainya dapat membawa anak-anak kita pada gaya hidup yang tidak sesuai dengak kehendak Allah. Orang tua pada masa sekarang harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya agar tidak terpengaruh oleh arus dunia yang jahat.

Memperkenalkan firman Tuhan sejak dini kepada anak-anak di rumah menjadi sangat berguna untuk membentuk pondasi iman mereka. Sejak awal orang tua perlu mengajak anak-anaknya untuk bersaat teduh ataupun membaca Firman Allah, meskipun mereka mungkin belum mengerti apa arti bacaan Alkitab tersebut. Orang tua dapat lewat berbagi cerita tentang pengalaman iman yang dirasakan oleh orang tua kepada anak-anak menjadi kegiatan yang penting supaya warisan iman dapat diteruskan.  

“Ajarkanlah kepada anak-anakmu. Hendaklah kamu membicarakannya di dalam rumah dan di luar rumah, waktu beristirahat dan waktu bekerja.” (Ul 6:7, BMIK)

Alkitab adalah sumber inspirasi dalam kehidupan ini. Dengan memperkenalkan Firman Allah sejak dini, orang tua dapat mepersiapkan anak-anak menjadi generasi yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan tulus, mengasihi Allah dan sesama. 

Salam alkitab untuk semua.

 

Alpha.M