ALKITAB TERJEMAHAN KLINKERT

ALKITAB TERJEMAHAN KLINKERT

 

Pada tanggal 10 Oktober 1860 Lembaga Alkitab Belanda (NBG) mencari seorang penerjemah Alkitab bahasa Melayu melalui sebuah iklan yang dimuat melalui surat kabar “Javasche Courant”. Hal ini dikarenakan semakin sulitnya khalayak ramai untuk memahami Alkitab terjemahan Leijdecker pada masa itu. Adapun tes yang harus ditempuh oleh calon penerjemah tersebut adalah menerjemahkan beberapa pasal dari Perjanjian Lama dan beberapa pasal dari Perjanjian Baru dalam aksara Latin dan aksara Arab.

Pada tahun 1863 Lembaga Alkitab Belanda mengangkat H.C. Klinkert menjadi penerjemah Alkitab bahasa Melayu. Namun, bahasa Melayu Klinkert dianggap terlalu rendah, sehingga untuk memperbaikinya Klinkert pindah dan tinggal di antara penutur asli bahasa Melayu di Tanjung Pinang, Riau sejak tahun 1864. Namun, kondisi tempat tinggalnya di sana terbilang tidak layak (rumah sewanya tidak ada dapur, sumur atau jamban, serta sering kebanjiran), tetapi kesempatan untuk dapat memperbaiki bahasa di sana sangat baik. Rekannya untuk memperbaiki penguasaannya terhadap bahasa melayu di sana adalah para penduduk setempat yang fasih berbahasa Melayu, antara lain seorang yang bernama Encik Mumin.

Pada tahun 1867 karena mengalami gangguan kesehatan, Klinkert harus kembali ke Belanda. Pada tahun 1870 istrinya meninggal di Belanda karena penyakit tuberculosis yang dideritanya. Walaupun harus merawat tiga orang anak yang masih kecil-kecil, Klinkert terus berjuang menyelesaikan tugas penerjemahannya. Pertama-tama Injil Matius berhasil diterbitkan tahun 1868, selanjutnya Perjanjian Baru dapat diterbitkan pada tahun 1870. Untuk menyegarkan dan memperdalam penguasaan bahasa Melayunya, Klinkert pindah lagi ke Malaka selama 6 bulan antara tahun 1876-1877.

Pada akhirnya Alkitab lengkap dalam huruf latin dapat selesai dan diterbitkan pada tahun 1879 oleh Lembaga Alkitab Belanda (NBG). Selanjutnya Klinkert bertugas sebagai dosen bahasa Melayu di negaranya, tetapi tetap masih terlibat setiap kali diadakan revisi-revisi atas karya terjemahannya.

Sejak tahun 1900 umat cenderung lebih suka membaca Alkitab terjemahan Klinkert daripada terjemahan Leijdecker. Terjemahan Klinkert digemari khususnya di Minahasa karena bahasa Melayu dialek Minahasa sangat dominan dalam terjemahan ini.



Dikutip dari berbagai sumber 

 

Albert Tambunan