Anie Karel, Sahabat Alkitab dari Kampung Sawah:  Kerja Saya Belum Banyak Meski Melayani 27 Tahun

Anie Karel, Sahabat Alkitab dari Kampung Sawah: Kerja Saya Belum Banyak Meski Melayani 27 Tahun

 

Kampung Sawah yang terletak di  Kecamatan Jatisampurna, Bekasi, sebelah timur Jakarta merupakan kampung unik. Tak ada keberingasan di kampung itu. Tak pernah terjadi perseteruan di antara penduduk desa yang menganut agama Islam, Katolik, dan Protestan itu. Kampung Sawah jelas merupakan gejala unik dalam konteks budaya Betawi karena merupakan kampung Betawi pertama yang agama warganya beraneka. Sejak seabad lampau, warga setempat dikenal sebagai umat yang hidup rukun dalam keragaman. Salah seorang anggota Sahabat Alkitab LAI, Ibu Anie Karel, asli kelahiran Kampung Sawah. Suatu hari kami menyambangi rumahnya yang sejuk  oleh aneka tanaman untuk mendengar berbagai pengalamannya sebagai rekan kerja LAI. Berikut sebagian dari ceritanya.

Nama saya Anie Karel, biasa dipanggil ibu Anie. Ada pula yang memanggil Oma Anie. Saya lahir dan besar di Kampung Sawah, wilayah sebelah timur kota Jakarta. Kampung Sawah sedari dulu terkenal sebagai kampung Kristen di Jakarta. Keluarga kami turun temurun tinggal di sekitar Kampung Sawah dan Gunung Putri. Saya bertumbuh di tengah keluarga Kristen dan sedari kecil menjadi anggota jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah. Setelah menikah, saya ikut suami yang bekerja di Angkatan Laut berkeliling Pulau Jawa. Berpindah-pindah tempat tinggal, dari Surabaya, kemudian ke Bandung dan akhirnya kembali ke Jakarta lagi.

Pelayanan saya bersama Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) bermula pada bulan April tahun 1994. Saya mendapat undangan dari Ibu Hilda (Kepala Departemen Gereja dan Masyarakat LAI pada masa itu). Kebetulan waktu itu saya menjabat sebagai anggota majelis di GKP Kampung Sawah. Saya bersama rekan satu gereja, Ibu Drajat, berangkat memenuhi undangan tersebut. Waktu itu kami diundang untuk terlibat dalam program Sahabat Alkitab LAI. Karena tujuan program itu baik, kami pun terpanggil untuk melibatkan diri mendukung pelayanan LAI dalam menyebarkan Kabar Baik.

Setelah beberapa waktu program Sahabat Alkitab berjalan, LAI menyelenggarakan retret nasional Sahabat Alkitab yang pertama di Salatiga, Jawa Tengah. Maka saya dan Bu Drajat pun berangkat ke sana. Di retret ini saya bertemu dengan banyak sahabat-sahabat baru dari seluruh Indonesia. Saya sungguh bahagia terlibat dalam program Sahabat Alkitab ini karena saya mendapatkan banyak pengalaman dan teman-teman baru. 

Setelah tiga tahun bergerak di Sahabat Alkitab LAI, saya kemudian terlibat dalam program Satu Dalam Kasih LAI. Saya merasa punya kebahagiaan sendiri sebagai pendukung Satu Dalam Kasih LAI. Atas kehendak-Nya, saya yang boleh dikatakan hidup sederhana sebagai orang kampung, bisa mendapatkan banyak pengalaman baru, rekan-rekan baru, bergaul dengan pendeta-pendeta dan banyak petinggi-petinggi. Saya juga bisa berkenalan dengan karyawan-karyawan LAI, baik yang di Bogor ataupun di Jakarta. Mereka semua baik-baik dan ramah kepada saya. Selain itu, saya bisa berkenalan dan berbagi pengalaman dengan ibu-ibu dan bapak-bapak dari berbagai gereja di seluruh Indonesia.

Saya sendiri merasa kerja saya belum terlalu banyak. Sering saya teringat firman Tuhan dalam Injil Matius, beritakanlah firman Tuhan hingga sampai ujung bumi. Jika saya ingat firman tersebut, saya sering bertanya-tanya, bagaimana caranya saya memenuhi panggilan Tuhan itu. Bayangkan, sampai ke ujung bumi, sedangkan saya boleh dikatakan jarang bepergian jauh. Keluar dari Kampung Sawah saja jarang sekali. Namun, saya akhirnya menyadari Tuhan tidak meminta yang besar kepada saya. Segala yang ada pada saya, jika memungkinkan, akan saya persembahkan kepada Tuhan.

Saat ini saya hanya bisa memberikan waktu yang ada pada saya. Saya berusaha meluangkan waktu yang ada pada saya untuk menggerakkan banyak teman, agar memberikan dukungan untuk penyebaran Alkitab bagi saudara-saudara kita di berbagai daerah yang tidak mampu memiliki Alkitab dengan kekuatannya sendiri. Untuk mempersembahkan uang yang banyak tidak mungkin karena saya merasa uang saya sendiri memang tidaklah banyak.

Saya pernah ikut berkunjung bersama LAI ke Lampung. Di sana saya merasa tersentuh melihat betapa saudara–saudara kita di daerah begitu merindukan Alkitab. Betapa sulitnya perjuangan saudara-saudara kita di Lampung untuk dapat mendengarkan Firman Tuhan. Untuk datang beribadah mereka harus menempuh perjalanan berkilo-kilo meter. Jalan kaki harus ditempuh berjam-jam. Bagi yang memiliki sepeda harus berjuang naik sepeda sambil berboncengan dengan seluruh anggota keluarga. Hanya untuk kerinduan beribadah di gereja mereka rela untuk berjalan jauh dari rumahnya. Kehidupan saudara-saudara kita di sana sungguh sulit. Keadaan ekonomi mereka sangat sederhana. Melihat  kehidupan mereka yang sulit tersebut, saya semakin tergerak untuk terlibat dalam pelayanan bersama LAI. Di usia senja ini, saya malah semakin bersemangat untuk memanfaatkan waktu saya melayani Tuhan, berkarya buat orang lain, dan bukan untuk diri sendiri.

Senangnya lagi, anak-anak saya tidak pernah mempermasalahkan kesibukan saya dalam pelayanan. Mereka malah sangat mendukung kegiatan-kegiatan saya. Di luar kegiatan pelayanan di LAI, saya aktif menggerakkan budidaya tanaman obat dalam rumah tangga. Sesekali saya diundang untuk ceramah dan berbagi pengalaman dalam budidaya dan penggunaan tanaman obat. Saya merasa senang, ternyata saya memiliki keahlian yang bisa saya bagikan untuk orang lain. 

Di gereja, saya sekarang aktif terlibat dalam komisi lanjut usia (lansia), yang melayani dan menggerakkan kaum lanjut usia untuk tetap bersemangat melayani Tuhan. Dalam pelayanan ini saya harus mengunjungi dan menengok rekan-rekan sesama kaum lansia. Saya anggap pelayanan saya ini sekaligus kegiatan jalan-jalan, yang saya jalani dengan senang dan santai. Kebetulan saya sendiri memang suka jalan-jalan. Sebelum ini, saya terlibat dalam komisi Pekabaran Injil. Di komisi ini, meski saya termasuk yang paling tua dan kebetulan wanita, saya paling sering ditugaskan untuk pelayanan keluar, sedangkan kaum bapak malah lebih suka melayani di dalam gereja saja. Namun, saya jalani semua pelayanan tersebut dengan penuh sukacita. Saya merasa ringan saja menjalaninya karena memang saya senang bertemu dengan kenalan-kenalan baru dari berbagai latar belakang. Ada yang lebih muda, ada pula yang lebih senior dari saya, dan semua itu menjadi pengalaman yang membahagiakan saya.

Dalam segala pelayanan yang saya jalankan itu saya tidak pernah merasa jenuh. Saya menjalankan dengan senang hati karena merasa pelayanan ini adalah panggilan dari Tuhan. Mungkin orang yang saya dorong-dorong untuk memberikan dukungan yang jenuh bertemu saya. Memang kadang muncul tantangan-tantangan dalam pelayanan saya. Kadang saya merasa hasil pelayanan saya tidak seberapa, tidak seperti yang saya harapkan. Namun, Tuhan selalu memberi saya kekuatan untuk mengatasi tantangan-tantangan itu. Tuhan juga senantiasa mencukupkan kebutuhan-kebutuhan saya dan keluarga. Berkat-berkat Tuhan sungguh terasa dalam kehidupan saya.

Dalam usia saya yang semakin senja Tuhan masih memberi saya kesehatan dan kesempatan untuk memberi pertolongan kepada banyak orang. Waktu dan tenaga yang tersisa ini ingin saya gunakan untuk melayani sesama. Saya berdoa supaya sampai di usia tua, saya masih bisa berbuah lebat dalam pelayanan. Yang menjadi kesukaan saya adalah bila mendengar dan melihat orang-orang bisa merasakan kebahagiaan melalui pelayanan yang saya berikan. Karena itulah saya tidak akan merasa bosan untuk terus mendukung pelayanan LAI menyebarkan Kabar Baik.

Saya berharap kebersamaan dalam pelayanan di LAI  ini semakin hari semakin baik. Ada yang mengatakan, di masa sekarang pertemuan di antara anggota Sahabat Alkitab terasa kurang akrab. Kesannya seperti terburu-buru. Mungkin karena kesibukan dari tiap anggota Sahabat Alkitab yang begitu tinggi. Semoga suasana keakraban yang dulu terjalin erat bisa kita bangun kembali.

Harapan saya ke depan, saya mohon ada rekan-rekan dari LAI yang memberikan presentasi ke gereja kami. Sudah lama presentasi itu tidak ada. Mungkin kalau saya yang menerangkan dirasa kurang menarik. LAI dapat memberikan informasi lewat slide presentasi ataupun film-film perjalanan ke daerah. Film-film penyerahan dukungan mungkin saja akan menggugah banyak angkatan baru untuk memberikan dukungannya bagi pelayanan LAI. Sekarang ini ada kecenderungan majelis di gereja kami kurang memperhatikan pelayanan keluar. Padahal pelayanan LAI, menurut saya perlu didukung, karena pekabaran Injil merupakan mandat  yang diberikan Tuhan sendiri kepada kita.

 

Anie Karel, Koordinator Sahabat Alkitab GKP Kampung Sawah.