BANJIR BANDANG MELANDA RADDA’

BANJIR BANDANG MELANDA RADDA’

 

Banjir bandang yang melanda wilayah Radda, Masamba di Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2020 menghadirkan derita bagi kehidupan umat Tuhan di wilayah tersebut.  Peristiwa naas yang terjadi pada malam hari tersebut menelan korban jiwa sebanyak 8 orang, yaitu : Jawung (76 th), Misnah (45), Dau’ (83), Mariana (46), Fatmawati (38), Pendi (17), Maria Somu (83) dan Ferawati (24 th). Air bah yang meluap membawa kayu gelondongan dan lumpur menerjang sejumlah bangunan rumah termasuk Gedung Gereja dan Pastori, berikut lahan pertanian yang selama ini menjadi tumpuan sumber kehidupan jemaat. Mata pencaharian warga jemaat di Rada umumnya adalah petani dan buruh harian, dan pensiunan, beberapa di antaranya janda-janda lanjut usia.

Beberapa anggota jemaat sempat lari ke gunung untuk menyelamatkan diri. Setelahnya mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian yang jaraknya sekitar dua kilometer dari perkampungan mereka semula. 

Setelah Banjir Bandang

Malam pertama dilewati umat di pengungsian (Tenda-I) dalam keprihatinan dan situasi yang menyedihkan.  Kami hanya dapat menyelamatkan diri dengan pakaian yang melekat di badan dari mulai menyelamatkan diri hingga dini hari. 

Semalaman kami hanya duduk menunggu datangnya mentari. Ketika sinar matahari pagi datang, kami baru menyadari betapa dahsyat yang telah terjadi. Esok paginya kami mulai mendirikan tenda dibantu warga sekitar, utamanya warga Kristen yang datang membawa makanan dan alas tidur. Setelahnya secara berangsur-angsur, hari demi hari kami dikunjungi oleh berbagai organisasi masyarakat dan gereja serta komunitas Kristen dari luar wilayah Kabupaten Luwu Utara.  

Mereka datang mendoakan, memberi bantuan tenda, alat dapur, pakaian, selimut, obat-obatan dan juga berupa uang tunai.  Terutama dari komunitas Gereja Toraja dan Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI), Gereja Kristus Kalam Kudus, Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), GPI-Luwu, dan beberapa denominasi gereja lainnya dari berbagai wilayah.  Demikian pula dengan Yayasan Masyarakat Seko Bersatu dan Ikatan Pelajar – Mahasiswa Seko, GMKI dan Ormas sosial lainnya bahkan individu keluarga datang dari berbagai tempat. Semua kami rasakan sebagai suatu mujizat dan berkat tersendiri, dengan pengakuan iman bahwa ternyata banyak saudara seiman yang hadir sebagai sahabat di tengah penderitaan yang kami alami.

Selama dalam pengungsian kami benar-benar merasakan pelayanan rohani dari saudara-saudara seiman yang secara bergantian (terjadwal) datang memberikan pelayanan kepada kami. Mereka bergantian memimpin ibadah dan memberi penguatan, membangkitkan semangat hidup kami untuk memulai kehidupan baru di pengungsian.  

Kami juga telah menerima buku-buku rohani seperti Alkitab dari Bapak Jonathan L.Para’pak, dan terakhir datang bantuan Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Perwakilan di Makassar (lewat Kepala Perwakilan Ibu Diana Rampan) dan seluruhnya telah disalurkan kepada anggota jemaat dewasa dan anak-anak.

Puji Tuhan, baru-baru ini Pemerintah bersama Gereja Toraja telah menginisiasi penyediaan lahan dan bangunan rumah permanen untuk 40 KK dan sekarang sudah dalam tahap penyiapan lahan siap bangun. Demikian pula dengan lokasi untuk pembangunan gedung gereja dan rumah pastori kini sudah tersedia lahannya dan telah terbentuk Panitia Pembangunannya.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, menopang kehidupan jemaat dan terus mendukung dalam doa khususnya kepada Lembaga Alkitab Indonesia dan para mitranya. Semoga Tuhan memberkati dan memulihkan Jemaat Rama Radda’. Satu hal yang pasti karya Tuhan tak selalu terselami oleh pikiran manusia.

 

Kesaksian Amram S. Tiring, M.Si Anggota Diaspora Jemaat Radda’ Gereja Toraja