Belajar Melangkah

Belajar Melangkah

Sapaan LAI

Sahabat Alkitab yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus.

Saya pernah mengalami sakit parah yang harus dirawat di rumah sakit cukup lama. Saking lamanya tiduran saya sampai mengalami ketakutan untuk turun dari tempat tidur perawatan, setelah diijinkan dokter untuk belajar berjalan. 

Kejadiannya tahun 1984 saat masih kuliah di Yogya. Beberapa hari saya mengalami sakit perut dan demam. Saya tahan-tahan dan hanya istirahat di tempat kos serta minum obat yang dijual di warung. 

Suatu sore saya sudah tidak tahan lagi dan diantar teman saya ke dokter di Rumah Sakit Tentara Yogyakarta. Lokasinya tidak jauh dari tempat kos saya. Dokter menyarankan harus segera masuk rawat inap dan operasi malam itu juga karena diagnosanya adalah infeksi usus buntu.

Sebagai mahasiswa yang sangat sensitif dengan soal biaya, maka malam itu saya tidak langsung masuk rawat inap di rumah sakit. Saya minta tolong teman saya untuk menyampaikan kabar ke orang tua saya agar mereka segera datang untuk mengurus soal rumah sakit.

Bapak dan Ibu saya baru tiba besok sorenya karena jarak sekira 300 km dan transportasi belum selancar sekarang. Setibanya mereka ke tempat kos saya, langsung saya setengah digendong oleh beberapa kawan dibawa ke sepeda motor untuk diantar ke rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit dan bertemu dengan dokter, tidak menunggu lama langsung diminta dibawa ke ruang operasi. Dokter mengatakan: "Kok baru sekarang dibawa kesini?" Saya dan semua yang mengantar tidak ada yang bisa menjawab.

Singkatnya operasi berjalan lancar namun karena infeksi usus buntu sudah bernanah, maka dampaknya waktu operas lebih lama dan pemulihannya juga membutuhkan waktu lebih lama. 

Pasca operasi saya harus melewati masa krisis yang kata teman-teman dan orang tua saya yang menunggu, kondisi saya seperti tanda-tanda tidak akan bertahan.

Masa krisis bisa dilewati, beberapa hari saya harus telentang dan tidak boleh turun dari tempat tidur. Saya masih mengalami kesakitan dan badan sangat tidak bertenaga.

Pada saatnya dibolehkan duduk dan turun dari tempat tidur, rasanya sungguh sangat aneh. Posisi lantai sepert begitu jauh dan rasanya tidak ada nyali untuk kaki menyentuh lantai. Ada ketakutan dan kecemasan kalau-kalau saya jatuh dan mengalami kesakitan yang amat sangat.

Butuh lebih dari satu jam untuk menghimpun keberanian turun dari tempat tidur. Dengan tetap memegang besi tempat tidur akhirnya kaki berhasil menyentuh lantai dan berhasil berdiri tegap. Namun untuk melangkah, karena sisa luka operasi masih begitu sakit, maka saya kembali telentang lagi di tempat tidur.

Hari berikutnya barulah berhasil turun dari tempat tidur dan bisa melangkah dengan sangat pelan. Belajar berjalan ini masih terus berlangsung bahkan sesudah pulang dari rumah sakit. Seingat saya butuh satu bulan saya berlatih dan kembali bisa melangkah normal.

Memasuki tahun baru 2021 adalah kelanjutan dari situasi pandemi Covid-19 yang belum reda. Semua pihak tertatih-tatih belajar melangkah dalam situasi yang memiliki kriteria normal baru.

Secara internal mayoritas karyawan LAI yang berjumlah lebih dari 200 orang merasa khawatir atas situasi dan kondisi pandemi Covid-19. Rasa khawatir akan kesehatan, akan keberlangsungan lembaga, dan akan ketidakpastian masa depan.

Upaya LAI baik secara internal maupun untuk menjalankan mandat yang berkaitan dengan Alkitab, juga mirip kondisinya dengan kondisi masih belajar melangkah. Beberapa program muncul sesudah ada pandemi. Banyak keraguan di awal melangkah, namun Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

Harapan berbasis iman dapat mengalahkan kekhawatiran. Semua yang dijalankan LAI untuk selalu menghadirkan Alkitab di tengah-tengah umat selalu diupayakan dengan kesehatian, antusiasme dan fokus oleh semua karyawan dan mitra-mitra yang terlibat.

Alkitab adalah panduan kita untuk belajar melangkah di tengah kondisi normal baru. Segala yang perlu dilakukan hendaknya tetap dalam disiplin protokol kesehatan tanpa mengabaikan aspek produktivitas, dan selalu berkait kepada Pokok Anggur yang kokoh dan menghidupkan.

Salam Alkitab untuk Semua.

Dr. Sigit Triyono