Berjaga dalam Sukacita

Berjaga dalam Sukacita


 
”Apabila Anak Manusia datang nanti, keadaannya seperti pada zaman Nuh dahulu. Pada hari-hari sebelum banjir besar itu, orang-orang makan minum, dan kawin. Begitulah terus-menerus sampai pada hari Nuh masuk ke dalam kapal. Pada waktu banjir itu melanda mereka semua, barulah mereka sadar akan apa yang sedang terjadi. Begitulah juga keadaannya nanti kalau Anak Manusia datang. Pada waktu itu, dua orang sedang bekerja di ladang: Seorang akan dibawa, dan seorang lagi ditinggalkan. Dua wanita sedang menggiling gandum: Seorang akan dibawa, dan seorang lagi ditinggalkan. Jadi, waspadalah, sebab kalian tidak tahu kapan Tuhanmu akan datang. Ingatlah ini! Seandainya tuan rumah tahu jam berapa di malam hari pencuri akan datang, ia tidak akan tidur, supaya pencuri tidak masuk ke dalam rumahnya. Sebab itu, kalian juga harus bersiap-siap. Karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kalian sangka-sangka.” (Matius 24:37-44, BIMK)

Apakah itu berjaga-jaga? Apakah artinya bersiap-siap? Tidakkah kita boleh menikmati keindahan dunia ini yang telah Tuhan ciptakan? Tidakkah kita boleh untuk makan dan minum serta menikmati berbagai hidangan yang adalah berkat Tuhan juga? Apakah tidak boleh untuk kawin dan memiliki pasangan hidup yang sah seperti yang Tuhan kehendaki?
Yesus memberitakan kedatangan-Nya yang kedua kali, Dia menyandingkan masa itu dengan masa datangnya air bah di zaman Nuh. Firman Tuhan dalam Kejadian 6:5 mengonfirmasi bahwa pada zaman Nuh kecenderungan hati manusia selalu membuahkan kejahatan semata-mata karena itu ALLAH menyesal telah menjadikan manusia di bumi. Seperti halnya pada zaman Nuh, orang-orang pada masa ketika Tuhan Yesus datang kedua kali tidak lagi mengindahkan Tuhan, tidak ada kebaikan dalam diri mereka sama sekali. Manusia sibuk memuaskan nafsunya, sibuk mememenuhi keinginannya, sibuk dengan segala rutinitasnya, dan melupakan Tuhan sama sekali. Bagi manusia segala sesuatu ditujukan hanya untuk diri mereka sendiri, bahkan ibadah pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya bukan untuk menyembah dan memuliakan Tuhan.
Sama seperti pada zaman Nuh, kedatangan Tuhan kedua kali tidak lagi untuk membuat manusia bertobat, melainkan untuk memisahkan dua golongan manusia yaitu antara manusia yang percaya kepada-Nya yang ditunjukkan dalam ketaatan dengan manusia yang tidak percaya kepada-Nya. Pada saat itu, Tuhan akan datang sebagai hakim yang mengadili manusia.

Tidak ada yang akan tahu kapan waktu kedatangan-Nya. Ia datang seperti pencuri yang datang di malam hari saat manusia terlelap. Hanya pesan-Nya “Bersiap-siap dan berjaga-jagalah!”
Berjaga-jaga tidak berarti bahwa kita tidak dapat lagi menikmati anugerah Allah dalam dunia ini, tidak berarti kita tidak boleh makan dan minum, tidak berarti bahwa kita tidak boleh untuk bekerja dan mencari nafkah untuk hidup, tidak berarti kita tidak boleh menyenangkan diri dengan kebaikan yang diberikan Tuhan, tidak juga berarti kita tidak boleh untuk kawin memiliki pasangan hidup dan berketurunan.

Sebab berjaga-jaga berarti kita hidup sewajarnya sebagaimana yang Allah kehendaki yaitu menurut cara hidup Kristus. Berpikir dan berperasaan seperti pikiran dan perasaan Kristus, berkata-kata seperti Kristus berkata-kata, dan melakukan apa yang Kristus lakukan dalam segala keberadaan kita sebab kita adalah manusia Allah, buatan Allah yang diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya (1 Tim. 6:11; Ef. 2:10)

Berjaga-jagalah dalam sukacita sebab apa yang kita lakukan adalah kuk yang enak dan sebuah bentuk kehidupan yang beribadah yang mengandung janji untuk hidup hari ini serta untuk hidup yang akan datang. Berjaga-jagalah dalam sukacita sebab ketika Tuhan datang kembali lalu mendapati kita tetap setia menantikan-Nya, Ia memabwa kita masuk dalam sukacita-Nya yang sempurna.

Selamat Memasuki Minggu Adven Pertama

Salam Alkitab Untuk Semua