Darah dan Kehidupan

Darah dan Kehidupan

Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan daging. Ulangan 12:23


Darah memegang peranan penting dalam upacara kurban, agama dan kepercayaan di berbagai belahan dunia. Tidak terkecuali dalam pemahaman agama Yahudi. Umat Israel telah lama memiliki kesadaran yang mungkin didasari oleh pengamatan mereka bahwa darah merupakan sumber kehidupan, tanpa darah tidak ada kehidupan. Penghargaan atas darah sebagai lambang dari kehidupan salah satunya nampak dalam Ulangan 12:23. Pasal tersebut menjelaskan tentang peraturan-peraturan peribadahan yang harus ditaati oleh umat Israel saat mereka tiba di tanah terjanji. Salah satu ketetapan dalam pasal tersebut adalah Tuhan menetapkan tempat bagi umat untuk mempersembahkan kurban-kurban bakaran bagi Tuhan. Selain satu ketetapan yang penting lainnya ialah baik hewan kurban yang dipersembahkan pada Tuhan maupun yang memang disembelih untuk konsumsi boleh dimakan dagingnya namun tidak darahnya. Ketentuan-ketentuan lain dalam upacara kurban umat Israel juga menunjukkan hal yang serupa.

Imamat 4:1-5:13 adalah rincian ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai ritual kurban penghapus dosa. Menariknya ada ketentuan yang berbeda dari ritual ini tergantung pada golongan masyarakat yang mempersembahkannya yakni imam besar, jemaat sebagai keseluruhan, pemuka masyarakat/pemimpin/penguasa/pejabat, dan seorang masyarakat biasa. Ritual darah membedakan jenis korban penghapus dosa dari imam besar. Hanya darah, lemak, dan jeroan yang dibakar di atas altar, selebihnya dihancurkan, bukan dikorbankan. Dengan mengadakan ritual darah tersebut, imam besar mengadakan pendamaian bagi mereka, sehingga mereka menerima pengampunan. Konsep pendamaian atas dosa dengan kurban berlandaskan darah kemudian amat erat hubungannya sebagai mana yang dapat kita refleksikan dari Imamat 17:11 bahwa Allah memberikan darah.. di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa. Darah kurban yang tertumpah itu kemudian menjadi sarana bagi pengampunan dosa. Memang ada perbedaan-perbedaan tata cara ritus darah pada jenis kurban yang berbeda peruntukkannya, namun yang pasti hal tersebut tak dapat menafikan posisi darah sebagai simbol yang teramat kuat dalam perasaan keagamaan orang Yahudi. 

Konsep ini kemudian juga diwariskan kepada pemahaman iman umat Kristen perdana hingga kepada umat Kristen saat ini. Pengampunan atas dosa manusia kemudian terjadi dalam pengorbanan Tuhan Yesus Kristus di atas kaya salib. Tindakan tersebut menandaskan darah yang tertumpah bagi keselamatan seluruh dunia. Pendamain itu terjadi dalam pengorbanan Kristus. Istilah anak domba Allah kemudian mengacu kepada apa yang Tuhan lakukan. Jika dahulu umat Israel dapat selamat dan diampuni karena darah anak domba, kini pengurbanan itu hanya terjadi sekali lewat pengorbanan Tuhan Yesus Kristus layaknya anak domba yang disediakan oleh Allah sendiri. Orang Kristen kemudian mengimani bahwa dalam pengorbanan Kristus kita telah menerima pendamaian dan pembenaran. 1 Petrus 18-19 menegaskan pokok tersebut bahwa kita “ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, 1melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” Simbol darah menjadi sebuah penanda penting disini. Darah yang ditumpahkan oleh Kristus membawa kehidupan dan pembebasan bagi dunia yang telah dibelenggu oleh dosa-dosa serta kesalahan manusia. Kehidupan tercipta ditandai oleh darah yang mengalir, pembebasan atas dosa juga ditandai dalam darah yang tertumpah dari tubuh Sang Juruselamat bagaikan anak domba yang dikurbankan diatas mezbah bagi keselamatan dan pengampunan dosa. 

Konsekuensi atas penyelamatan tersebut dalam diri orang percaya seharusnya membawa pemulihan serta kebajikan yang dilakukan kepada sesama. Bukan sebagai jalan menuju keselamatan melainkan cara untuk mensyukuri keselamatan. Kita menjadi berguna dan berdampak bagi sesama karena telah ditebus olehNya. Sadarkah kita bahwa menjadi berguna bagi sesama juga dapat dilakukan dalam ingatan akan simbol “darah” yang dari tadi menjadi percakapan kita.  Tanggal 14 Juni adalah hari donor darah internasional dalam ingatan tersebut kita kemudian dapat menjadi berdampak dan berguna bagi sesama salah satunya dengan mendonorkan darah kita. Tahukah jumlah darah yang didonorkan saat donor darah? Hanya 480 mililiter, sebuah jumlah yang sangat sedikit namun berdampak banyak bagi keselamatan jiwa orang yang membutuhkan. Terutama dalam masa pandemi seperti sekarang dimana bentuk-bentuk donor darah secara massal telah jarang dilakukan, maka kesadaran pribadi untuk mendonorkan darahnya menjadi amat penting. Terdorong dalam karya keselamatan yang harus kita terima lewat darah Kristus, bukankah tidak berlebihan bila kita juga melakukan sedikit bentuk kebaikan lewat mendonorkan darah kita. Layaknya kehidupan yang bersemi dalam darah Kristus, ada kesempatan kedua untuk hidup yang juga bersemi lewat darah yang kita donorkan.