DEBORA MALIK: ALKITAB SUMBER KEKUATAN, PENGHIBURAN DAN TUNTUNAN.

DEBORA MALIK: ALKITAB SUMBER KEKUATAN, PENGHIBURAN DAN TUNTUNAN.

Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal,
dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran. (Pengkhotbah 7:1)

Pada hari Sabtu, 8 Februari 2020, sehari sebelum Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) merayakan hari jadinya yang ke-66, keluarga besar LAI ditinggalkan salah satu anak terbaiknya, Dr. Debora Kristiani Malik. Beliau merupakan salah satu anggota tim revisi Alkitab Terjemahan Baru dan anggota Komisi Penerjemahan LAI. Sudah setahun belakangan beliau menderita sakit. 

Debora menyelesaikan studi teologi dengan fokus pada bidang Perjanjian Baru dan Pendidikan Agama Kristen di Seminari Teologi Baptis, Semarang (B.Th., 1972). Setelahnya beliau menjalani studi lanjut di bidang Perjanjian Lama dan Konseling Pastoral di School of Theology, Boston University, Amerika Serikat (M.T.S. Master of Theological Studies, 1982); studi Perjanjian Baru dan Konseling Pastoral di Divinity School, Harvard University  (Th.M., 1984). Debora Malik meraih gelar doktor teologi dalam Perjanjian Baru dan Psikologi Pastoral School of Theology, Boston University (Th.D., 2000). 

Kepada rekan-rekan di LAI, Debora pernah membagikan kesaksian hidup tentang awal perjumpaannya dengan Kitab Suci dan bagaimana beliau akhirnya bergabung dengan tim revisi Alkitab Terjemahan Baru. 

Debora lahir dan tumbuh dalam sebuah keluarga Kristen. Ayah dan ibunya sedari kecil mengajarkan anak-anaknya, untuk melihat betapa berharganya Firman Tuhan. Orang tuanya senantiasa mengajak anak-anaknya untuk belajar bersyukur, khususnya ayahnya. Menurut Debora, ayahnya bukan sosok yang banyak bicara. Setiap pagi ia melihat ayahnya duduk dan membaca Alkitab. Hal itu dengan setia dilakukannya hingga serangan stroke melemahkan tubuhnya.

 “Itulah contoh kecintaan kepada firman Tuhan yang diberikan ayah kepada kami,”kenangnya. Melalui keluarga Debora mengenal Alkitab sebagai sumber kekuatan, penghiburan, dan tuntunan dalam kehidupan hingga ia dewasa.

“Kecintaan saya kepada Alkitab tidak berarti saya tahu segala hal tentang bagaimana firman Tuhan yang tertulis ini sampai ke tangan umat pembacanya,”terangnya. 

Malah sebelumnya Debora hanya sedikit mengenal tentang Lembaga Alkitab Indonesia, termasuk mengenai pelayanan LAI dalam menerjemahkan, mencetak, dan mendistribusikan Alkitab di Nusantara.
 
“Saya mulai mengenal LAI dan kegiatannya lebih dalam sejak diminta untuk mengambil bagian sebagai salah satu 'adaptor' dalam proyek Pedoman Penafsiran Alkitab (PPA),” jelasnya. Keterlibatan Debora dalam kegiatan LAI berlanjut ketika Pdt. Dr. Anwar Tjen memintanya untuk bergabung dalam tim ahli yang sedang mengerjakan Alkitab Edisi Studi. Debora dipercaya untuk mengerjakan adaptasi enam kitab Perjanjian Lama.

Pada awal November 2008, Debora diminta hadir mengikuti pertemuan Tim Revisi Perjanjian Lama Terjemahan Baru di Kantor Penerjemahan LAI, di Jl. Ahmad Yani, Bogor. Sementara revisi Perjanjian Barunya sudah cukup lama diselesaikan.  Seingat Debora, anggota tetap tim revisi terjemahan saat itu ialah Pdt. Dr. Christian Gossweiler, Pdt. Dr. O.Ch. Wuwungan, dan Pdt. Dr. Anwar Tjen sebagai konsultannya. Sebagai “tamu undangan”, Debora ikut memberikan masukan dan terlibat diskusi dengan tim perevisi. Dirinya tidak sadar kehadirannya saat itu sekaligus merupakan “ujian saringan masuk” tim perevisi. 

“Saya tidak menyadari bahwa pertemuan itu adalah saringan untuk menentukan pantas tidaknya saya bergabung dengan tim perevisi,” kenangnya. 

Kabar bahwa Debora Malik diterima sebagai anggota baru di Tim Revisi terjemahan Alkitab diberikan pada Desember 2008. Sejak itu hingga akhir hayatnya, ia  berkarya di LAI bersama Tim Revisi terjemahan Alkitab sebagai pembaca/peneliti.

Bagi Debora ada banyak suka-duka yang dikenang selama lebih dari 10 tahun bekerja bersama Tim. “Meskipun tak jarang terlibat dalam diskusi yang keras, tetapi syukur kepada Tuhan, kami bisa tetap kompak, saling belajar, dan saling melengkapi,” katanya. Menurut  Debora semua didasari oleh kasih kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya di Indonesia melalui LAI. Semua anggota tim sama dalam visi untuk memberikan karya  yang terbaik bagi umat kristiani di Indonesia.

Setelah perjuangan panjang kerja keras kami terbayar, revisi terjemahan Perjanjian Lama  sudah selesai di awal tahun 2018, dan sekarang kami sedang membaca ulang untuk memastikan bahwa semua sudah kami kerjakan sebagaimana seharusnya,”ujarnya mantap.

“Doa dan harapan kami ialah agar melalui revisi ini pembaca Alkitab dapat lebih memahami firman Tuhan dan menerapkannya dalam hidup mereka sehari-hari,” pungkasnya.

Ketika nantinya Alkitab edisi yang terbaru terbit, umat kristiani  Indonesia berhutang pada mereka yang selama bertahun-tahun dalam senyap bekerja keras dan berjuang di balik layar. Salah satu dari mereka  adalah Debora Malik, yang sedari kecil meyakini bahwa Alkitab adalah sumber kekuatan, penghiburan, dan tuntunan.