Hidup Untuk Belajar

Hidup Untuk Belajar

 

Hidup adalah proses pembelajaran yang berkelanjutan. Hidup adalah semua tentang belajar dan menemukan hal-hal baru. Belajar tidak berhenti ketika kita lulus dari perguruan tinggi dan mendapat gelar akademik. Selama kita masih hidup di dunia ini, kita masih terus berada dalam proses belajar. Kita belajar dari setiap pengalaman yang terjadi dalam hidup kita, apakah itu pengalaman buruk maupun pengalaman baik.

Belajar itu penting karena dapat membentuk kita sebagai pribadi yang utuh. Melalui belajar kita mengisi hidup dengan pengetahuan. Dengan pengetahuan kita dapat meningkatkan kepercayaan diri dan memberi kebahagiaan. Seperti seorang anak kecil, kita bisa perhatikan bagaimana mereka (yang bahkan tidak tahu apa itu smartphone) bisa mengoperasikan benda itu dengan baik. Dia tahu bagaimana cara mengambil gambar atau cara bermain game. Mereka terus menyentuh di sana-sini sampai mereka menemukan sesuatu yang baik, seperti membuka permainan atau menemukan foto dan video yang dapat mereka gunakan untuk menari.

Alasan mengapa anak-anak belajar begitu cepat adalah karena mereka mempunyai keinginan untuk belajar. Ini sangat penting. Ketika kita tumbuh dewasa, keinginan kita untuk belajar tidak boleh berkurang. Kita harus menjaga keinginan itu sepanjang hidup. Jika kita berpikir kita tidak dapat melakukannya karena kita sudah tua atau tidak terlalu muda, maka kita salah besar. Ada banyak bahan yang tersedia secara online maupun offline yang dapat membantu kita untuk belajar sesuatu yang baru. Kita dapat membacanya sendiri dan mempelajarinya. Kita dapat meminta bantuan jika kita tidak mengerti.

Perkembangan di dunia digital sekarang ini seharusnya membuat hidup kita menjadi mudah. But remember, when you do not have willingness to learn, no one can teach you.  Tapi ingat, ketika kita tidak memiliki kemauan untuk belajar, tidak ada seorangpun yang bisa mengajari kita. Karenanya, proses belajar seharusnya menjadi proses yang membahagiakan dan menyadarkan. Sayangnya hal ini kurang disadari oleh masyarakat kita. Belajar menjadi kegiatan yang menyiksa batin dan menumpulkan rasa. Kita lihat saja, anak-anak sekarang dijejali dengan ratusan tugas-tugas di sekolahnya. Mereka nampak kelelahan menghafal teori-teori dari buku-buku yang tentu tidak murah harganya. Mereka terlelap dalam tidurnya, bukan karena lelah bermain, melainkan lelah berpikir. Padahal ada banyak hal di luar sana yang ingin mereka pelajari dan alami. Melalui pelajaran itu mereka akan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang tak akan terlupakan sepanjang hidup mereka.

Hidup adalah belajar! Pengalaman ini dapat kita temukan juga dalam kisah-kisah yang ada di dalam Alkitab.  Kisah-kisah yang dialami oleh nenek moyang kita, para nabi dan umat Israel, menunjukkan kepada kita bahwa sepanjang hidup umat Israel dan selama 40 tahun perjalanan keluar dari Mesir membuat mereka belajar tentang Allah. Sepanjang hidup mereka belajar memahami tujuan dan karya-karya penyelamatan Allah. Mereka bukan belajar dari para guru dan para imam. Mereka mengalaminya sendiri. Pengalaman perjumpaan dengan Allah inilah yang menjadi dasar pendidikan dalam keluarga mereka dari generasi ke generasi. Keluarga-keluarga Israel menceritakan pengalaman itu berulang-ulang kepada anak cucu mereka (Ul.6:7) supaya mereka juga mau belajar. Sepanjang hidup-Nya, Yesus belajar dari rumah bersama orangtua-Nya dan melalui perjumpaannya dengan para guru, para imam dan orang-orang disekitar-Nya. Yesus mengajar dengan cara-cara yang unik. Pengajaran Yesus memberi ruang bagi siapapun untuk memahaminya melalui pengalaman mereka sendiri. Pengalaman sebagai orang yang disembuhkan, diampuni dosanya, dihargai sekalipun mereka dianggap najis, dan sebagainya. Dari pengalaman-pengalaman pribadi mereka itulah mereka belajar mengenal Allah. Demikian juga dengan Para rasul yang menghabiskan sepanjang hidupnya untuk belajar menjadi saksi-saksi Kristus. Pengalaman mereka sebagai pengikut Kristus melahirkan iman dan ketaatan yang luar biasa. Masih banyak kisah-kisah dalam Alkitab yang menunjukkan betapa mereka yang sepanjang hidupnya memiliki keinginan untuk terus belajar pada akhirnya dikenal sebagai utusan-utusan Allah yang taat dan berhikmat. Ini merupakan contoh bahwa sejak semula Allah sudah memberlakukan cara belajar melalui pengalaman hidup umat-Nya.

"Non scholae sed vitae discimus" -- Kita belajar bukan untuk sekolah, melainkan untuk hidup. Pendidikan di sekolah tentu dibutuhkan sebagai pelengkap informasi, melalui teori, logika dan etika. Namun pendidikan yang sebenarnya ada dalam kehidupan itu sendiri. Karenanya, biarkan anak-anak belajar dengan merdeka, sebab hal itu akan memberikan kepada mereka pengalaman yang tak terlupakan dan yang kelak akan mereka ceritakan kepada anak cucu mereka. Dan sebagai orang tua jangan berhenti belajar selama kita masih hidup. Karena hidup itu sendiri merupakan pelajaran yang berharga bagi kita. Hiduplah untuk belajar.

Oleh: Pdt. Sri Yuliana, M.Th