In Memoriam Ibu Anih Carel

In Memoriam Ibu Anih Carel

(1935-2022)

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." (Wahyu 14:13)

Hampir setiap mitra pelayanan LAI di wilayah Jakarta mengenal Ibu Anih Empit Carel. Meski bukan sosok yang gemar tampil di muka, banyak orang mengenalnya karena kesetiaannya. Ibu Anih Carel termasuk dalam kelompok senior di jajaran para Sahabat Alkitab LAI. Perempuan kelahiran Kampung Sawah 31 Maret 1935 ini sudah menjadi Sahabat Alkitab LAI sejak 1994. Artinya tahun ini beliau sudah 28 tahun lamanya menjadi seorang Sahabat Alkitab yang setia. 

Beberapa waktu belakangan ini Ibu Anih menderita sakit. Dan akhirnya harus dirawat di rumah sakit karena penyakitnya cukup parah dan usianya sudah demikian sepuh. Sabtu, 18 Juni 2022 pukul 18.24 WIB Tuhan memanggilnya pulang. Tuhan tidak ingin beliau terlalu lama menderita karena kelemahan tubuhnya. Seluruh keluarga besar LAI turut berduka. Yang tertinggal dalam kenangan adalah kesetiaan, ketekunan dan kerendahan hati beliau. Juga keramahannya menyambut setiap tamu yang datang ke rumahnya yang sejuk dan penuh pohon buah-buahan di Kampung Sawah.  

“Pelayanan saya bersama Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) bermula pada bulan April tahun 1994. Saya mendapat undangan dari Ibu Hilda Pelawi (Kepala Departemen Gereja dan Masyarakat LAI pada masa itu). Kebetulan waktu itu saya menjabat sebagai anggota majelis di GKP Kampung Sawah. Waktu itu kami diundang untuk terlibat dalam program Sahabat Alkitab LAI. Karena tujuan program itu baik, kami pun terpanggil untuk melibatkan diri mendukung pelayanan LAI dalam menyebarkan Kabar Baik,”tutur Ibu Anih dalam wawancara dengan LAI. 

Ibu Anih juga hadir dalam retret Sahabat Alkitab Nasional I di Salatiga, Jawa Tengah. Di tempat itu ia bertemu dengan banyak sahabat baru dari seluruh Indonesia. Pengalaman bertemu dengan banyak saudara seiman menguatkan tekadnya untuk semakin berperan mendukung pelayanan LAI, melalui gerejanya GKP Kampung Sawah. 

Setelah tiga tahun bergerak di Sahabat Alkitab LAI, Ibu Anih kemudian terlibat dalam program Satu Dalam Kasih LAI. “Saya merasa punya kebahagiaan sendiri sebagai pendukung Satu Dalam Kasih LAI. Atas kehendak-Nya, saya yang boleh dikatakan hidup sederhana sebagai orang kampung, bisa mendapatkan banyak pengalaman baru, rekan-rekan baru, bergaul dengan pendeta-pendeta dan banyak petinggi-petinggi. Selain itu, saya bisa berkenalan dan berbagi pengalaman dengan ibu-ibu dan bapak-bapak dari berbagai gereja di seluruh Indonesia,”katanya. 

Meski sudah puluhan tahun terlibat sebagai Sahabat Alkitab dan program Satu Dalam Kasih, Ibu Anih selalu merendah akan perannya. “Saya sendiri merasa kerja saya belum terlalu banyak. Sering saya teringat firman Tuhan dalam Injil Matius, beritakanlah firman Tuhan hingga sampai ujung bumi. Jika saya ingat firman tersebut, saya sering bertanya-tanya, bagaimana caranya saya memenuhi panggilan Tuhan itu. Bayangkan, sampai ke ujung bumi, sedangkan saya boleh dikatakan jarang bepergian jauh. Keluar dari Kampung Sawah saja jarang sekali. Namun, saya akhirnya menyadari Tuhan tidak meminta yang besar kepada saya. Segala yang ada pada saya, jika memungkinkan, akan saya persembahkan kepada Tuhan,”katanya. 

“Saat ini saya hanya bisa memberikan waktu yang ada pada saya. Saya berusaha meluangkan waktu yang ada pada saya untuk menggerakkan banyak teman, agar memberikan dukungan untuk penyebaran Alkitab bagi saudara-saudara kita di berbagai daerah yang tidak mampu memiliki Alkitab dengan kekuatannya sendiri. Untuk mempersembahkan uang yang banyak tidak mungkin karena saya merasa uang saya sendiri memang tidaklah banyak,”lanjutnya. 

Dalam usianya yang semakin senja Ibu Anih tak putus berdoa agar Tuhan memberinya kesehatan dan kesempatan untuk berbuat kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Waktu dan tenaga yang tersisa ingin digunakannya untuk melayani sesama.  Meski sudah lanjut usia, ia ingin terus berbuah lebat dalam pelayanan. Ia senang bila mendengar dan melihat orang-orang bisa merasakan kebahagiaan melalui pelayanan sederhana yang ia berikan. 

Ibu Anih pernah prihatin mendengar banyak gereja kurang mendukung pelayanan LAI. Padahal pelayanan LAI, menurut Ibu Anih perlu didukung, karena pekabaran Injil merupakan mandat  yang diberikan Tuhan sendiri kepada kita.

Kini Ibu Anih sudah bersuka dalam kebahagiaan Bapa di surga. Tinggal kita generasi penerus, melanjutkan harapannya: menyebarkan Kabar Sukacita, Kabar Baik tentang Juruselamat Dunia kepada sebanyak mungkin umat manusia. Sampai Tuhan datang kembali. Sampai berjumpa kembali Ibu Anih Carel. Terima kasih atas kesetiaan dan ketekunannya dalam mendukung pelayanan Lembaga Alkitab Indonesia. Tuhan Yesus memberkati.