Jikalau Bukan TUHAN

Jikalau Bukan TUHAN

 

“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Demikianlah petikan dari salah satu mazmur ziarah Salomo yang terambil dari Mazmur 127:1. Mazmur 127 adalah bagian dari rangkaian nyanyian ziarah (Dimulai dari Mazmur 120-134) yang dilantunkan ketika umat Israel naik ke Yerusalem ke Bukit Sion untuk mengadakan ziarah atau perayaan di Bait Allah. Mazmur ini secara keseluruhan pertama-tama mau mengungkapkan kebergantungan segala upaya manusia kepada TUHAN yang ditandai dengan kalimat “Jikalau bukan TUHAN…” Bagi pemazmur, TUHAN adalah segala-galanya, Dialah yang membuat berhasil segala pekerjaan yang manusia lakukan. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah – rumah yang dimaksud dapat saja berupa rumah yang sesungguhnya, Rumah Tuhan seperti yang ada di hadapan mereka, rumah dalam arti keluarga, atau juga dapat berarti sebuah bangsa – maka sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Di sini pemazmur (Salomo) mengakui bahwa sekali pun dia adalah raja, memiliki kekayaan dan kuasa untuk membangun rumah namun jikalau tanpa TUHAN maka semua upaya tidak berarti dan rumah itu tidak akan mungkin jadi. Jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, maka tentara yang banyak, yang kuat, yang terlatih, perlengkapan perang dan pertahanan yang canggih sekalipun tidak akan berguna dan kota itu pun dapat dengan mudahnya dikalahkan oleh musuh. 

Jikalau bukan TUHAN maka tidak ada kemerdekaan bangsa ini. Itulah puncak pengakuan dari seluruh upaya segenap bangsa dalam merebut kemerdekaan 74 tahun yang lalu yang mana termaktub dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dengan bunyi, “Atas berkat rakhmat Allah Yang Mahakuasa…” Bangsa ini mengakui bahwa Allah Yang Mahakuasalah yang ada di balik dari semua perjuangan dalam segala bentuknya, yang dilakukan oleh segenap rakyat dari Sabang sampai Merauke, sehingga kemerdekaan itu ada dan terjadi.

Oleh karena perjuangan dan kemerdekaan itu telah di mulai dari Allah, oleh Allah, di dalam, dan bagi Allah, maka sekarang haruslah diisi juga bersama dengan Allah. Bangsa besar yang sudah terbangun ini harus dijaga dan dikawal oleh dan bersama-sama dengan Allah sebab jika tidak demikian maka sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Jikalau bukan TUHAN.

Dirgahayu Republik Indonesia, Tuhan memberkati.