KELOMPOK SADUKI, APA BEDANYA?

KELOMPOK SADUKI, APA BEDANYA?

 

Nama kelompok ini, Saduki, kemungkinan berasal dari Zadok, seorang imam besar pada masa pemerintahan Raja Daud. Orang-orang Saduki mungkin merupakan keturunan kaum Zadok, yang menjabat imam besar Bait Allah dalam jangka waktu yang sangat lama sampai pertengahan abad kedua SM, saat mereka dikalahkan oleh Yonatan, imam besar pertama dari keluarga Makabe. Kelompok Saduki jauh lebih sedikit dari kelompok Farisi, tetapi lebih signifikan karena berasal dari keluarga aristokrat yang menguasai imam besar dan Bait Allah. Yosefus mencatatkan bahwa mereka “memiliki pengaruh terhadap kelompok berada, tetapi tidak memiliki banyak pengikut di akar rumput, di mana kelompok Farisi justru memiliki banyak pengikut sebagai sekutu.”

Pada masa Yesus, orang-orang Saduki tetap dekat dengan keluarga para imam dan berpengaruh dalam urusan seputar Bait Allah. Mereka bersedia bekerja sama dengan pemerintahan Romawi. Kaum Saduki menepati hukum Taurat secara harfiah, dan menolak penjelasan, tambahan serta tafsir-tafsir Taurat. Berbeda dengan kelompok Farisi, kelompok Saduki hanya menerima Kitab Taurat (Pentateukh) sebagai firman Allah. Orang-orang Saduki yakin bahwa selama mereka setia pada hukum Taurat dan bekerja sama dengan pemerintah Romawi, mereka akan terus memiliki pengaruh dan hidup berkecukupan.

Kelompok Saduki ditandai oleh konservatisme mereka dan menyangkal keberlakuan yang mantap dari apapun kecuali hukum-hukum tertulis dari Pentateukh. Mereka menolak ajaran-ajaran yang kemudian tentang jiwa dan kehidupan sesudah kematian, kebangkitan orang mati (Mrk. 12:18-27), pahala dan imbalan, malaikat dan setan-setan (Kis. 23:8). Mereka percaya bahwa nasib tidak ada, karena manusia memiliki pilihan bebas tentang baik dan jahat, kemakmuran dan nasib malang merupakan hasil dari perbuatan sendiri.

Kelompok Saduki menikmati dukungan para penguasa Hasmonean sampai masa pemerintahan Salome Aleksandra (76-67 SM), yang lebih menyukai kaum Farisi. Di bawah Herodes dan orang Romawi, kelompok Saduki menguasai Sanhedrin. Partai itu surut bersamaan dengan penghancuran Bait Allah pada tahun 70 masehi. Bahkan Yosefus mengatakan, bahwa ketika masih berkuasa, kelompok Saduki karena takut terhadap rakyat, terpaksa bekerja sama dengan kelompok Farisi. Kelompok Saduki juga tidak setuju dengan paham teologis Yesus, terutama sikap-Nya pada Bait Allah (Mat. 26:59-61). Meskipun hanya memiliki sedikit kesamaan, kelompok Saduki bergabung dengan kelompok Farisi untuk menentang Yesus. Imam Besar Kayafas yang berasal dari kelompok Saduki merupakan orang yang memastikan agar Yesus dihukum mati (Yoh. 18:14).



Albert Tambunan, dari berbagai sumber