Keterbatasan Bukan Halangan.

Keterbatasan Bukan Halangan.


Minggu (22/10/2019) menjadi hari yang berbeda dari minggu biasanya. Ya! Hari itu kami sedang mengadakan pameran yang berada di gereja GKI Pinangsia. Gereja ini beralamat di Jl. Pinangsia I No.18, Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat yang memiliki jadwal kebaktian selama tiga kali dengan menggunakan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Selain itu ada juga ibadah persekutuan sekolah minggu dan remaja. Namun, ada satu persekutuan spesial yang berbeda dari ibadah lainnya yaitu “ Ibadah Tuna Rungu”.

Sepanjang ibadah berlangsung, kami berada di luar gereja, menata semua Alkitab dan buku cerita anak demi memenuhi target penjualan.  Selama penjualan, kami merasa terik matahari semakin menyoroti dari tingkap langit. Kaki dan lutut terus berdiri. Suara berteriak dengan tegas “Alkitab Alkitab Alkitab” tangan ini pun tak berhenti untuk terus digerakkan “Ayo Pak Bu Alkitabnya”. Dan air keringat terus menetes.

Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Akan tetapi, belum ada hasil yang kami dapatkan. “Silahkan ini ada Alkitab bisa berbicara” seorang gadis dengan tinggi kurang lebih 165cm, rambut dikuncir, dan memakai kaos putih serta celana berwarna coklat menghampiri kami, melihat keseluruhan buku-buku dan Alkitab yang kami pajang di atas meja. Kami pun dengan sigap menawarkan Alkitab “Mau Alkitab apa?, ini kak ada Alkitab bisa bicara!”.

Akan tetapi, gadis ini bungkam bahkan tanpa kata yang dikeluarkan. “Mbak Mbak” kami terus saja mencoba mengajaknya mengobrol dan menanyakan Alkitab apa yang dibutuhkan. Ia tetap saja bungkam. Kami heran melihat perilaku gadis ini. Kami merasa resah.

Akhirnya kami duduk kembali dan membiarkan gadis ini melihat isi buku atau Alkitab yang tertata di atas meja. Ketika kami sedang duduk, datanglah satu orang pria dengan tinggi kurang lebih 162cm, rambut ikal, dan memakai kemeja biru serta celana hitam menghampiri si gadis.

Kami pun berdiri kembali dan menawarkan “Alkitabnya Pak”. Ketika kami sedang menawarkan Alkitab, pria berkemeja biru mengajak bicara gadis ini menggunakan bahasa yang kami tidak mengerti. “Ga gu gi go ge ge” dan menggerakan tangannya seperti bahasa isyarat.

Kami pun tercengang. Dalam benak hati berkata “Apa mereka tuna wicara?”. Tidak hanya satu atau dua, datanglah kembali beberapa orang baik wanita maupun pria. Kemudian mereka saling berbicara “Gag u gi go gege” dan saling menggerakan tangannya.

Kami terhanyut seketika itu juga. Mereka beribadah ditengah keterbatasan fisik, mereka memuji Tuhan dengan kata- kata yang tak manusia lain mengetahuinya. Mereka loncat dan memuji Tuhan dengan begitu dahsyat. Tidak hanya memuji, mereka juga antusias membaca Firman Tuhan ditengah keterbatasan.

Air keringatpun berubah menjadi tangisan yang menetes. Kerinduan mereka untuk memuji dan membaca Firman Tuhan sangatlah antusias dan luar biasa. Kami pun bertanya dengan pengurus di gereja. “Pak, Mengapa banyak sekali tuna wicara di tempat ini?”. Pengurus itu pun menjawab “Di sini kami menyediakan wadah untuk ibadah tuna rungu, kami memelihara mereka, kami rindu agar mereka juga mengenal Tuhan Yesus.” Kami bertanya kembali “Ada berapa orang tuna rungu di tempat ini Pak?” pengurusnya pun kembali menjawab “kurang lebih seratus orang. Ketika mereka ibadah bersama saya mendengar kesaksian para tuna rungu, mereka bahagia sekali, mereka jadi tidak malu dengan yang lain untuk saling beribadah dan mereka saling bersyukur karena Tuhan mempersatukan mereka di tengah keterbatasan fisik mereka, tidak banyak juga tuna rungu yang saling jatuh cinta di tempat ini.” Lanjut kata pengurusnya.  Mendengar semua jawaban dari pengurus, hati kami lantas dibuat semakin robek lagi.

Karena tidak kuasa membendung rasa haru. Kami pun segera membereskan pameran dan membersihkan meja. Lalu pulang menuju kantor pukul 02.00 siang. Selama di mobil, kami merasa mendapatkan pengalaman yang luar biasa, yang kami yakini berbeda dari pengalaman pameran-pameran lainnya. Sungguh, keterbatasan bukan halangan untuk memuji Dia, Sang Pencipta!

Oleh: Theresia Anindya