Mama Nina dan Alkitab

Mama Nina dan Alkitab

 

Tak terasa pandemi Covid-19 sudah berjalan hampir tiga bulan. Berasa sangat lama menghadapi gejolak dunia yang tidak tahu di mana ujungnya ini. Apakah memang kita hanya bisa pasrah dan menjaga diri kita masing-masing? Seruan Gembala terus mengingatkan umat untuk tetap kokoh di dalam Tuhan. Biar badai menerjang tapi Tuhanlah sandaran dan tempat pengungsian kita. Namun, kenyataanya banyak orang semakin dipenuhi rasa khawatir. Ada pula yang hanya bisa pasrah dengan keadaan. 

“Sudahlah, mungkin kita perlu berdamai dengan Covid-19.” Pernyataan dan kalimat ini sudah mulai kita dengar di mana-mana. Tapi apakah pernyataan ini membuat kita semakin jauh dari percaya kita akan kekuasaan Sang Khalik? Tentu tidak! Akan tiba waktu yang tepat, saat Dia menghentikan dan membersihkan dunia menjadi seputih salju dari virus yang tak akrab dengan lansia dan mereka yang punya riwayat sakit. 

Semua orang tetap punya harapan, sama seperti ketika LAI sedang menjalankan misi pewartaan-Nya melalui pelayanan kasih bagi mama-mama dan mereka yang berjuang di pinggiran jalan. Banyak dari mereka yang semakin sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari akibat tekanan pandemi ini dan harus berpikir panjang tentang esok harus makan apa. Namun di tengah kesulitan tersebut kami menemukan kisah indah ketika sedang membagikan sembako. Kami bertemu mama-mama penjual pinang. Ada mama yang berjuang mengais sampah untuk memberi makan babi orang. Ada yang berjualan pisang. Mereka semua berjuang di bawah terik matahari di pinggiran jalan Jayapura mencari rezeki untuk dibawa pulang. 

Mama Nina adalah salah satu yang kami temukan di belakang kantor Walikota Jayapura. Ia seorang penjual pinang. Mobil LAI berhenti sejenak, menatap Mama Nina dari jauh. Sambil membagikan sembako, kami bercakap-cakap dengannya dan bicara soal pendapatan hari-hari selama pandemi ini. Miris, meskipun hidupnya semakin sulit, ia harus terus berjuang agar kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Namun, yang luar biasa adalah ketika Mama Nina mengeluarkan Alkitab dari balik mejanya. “Ala Wone AA’Nduk Mbanak”, ternyata Alkitab Bahasa Lani. Mama Nina berjualan pinang tapi setia membawa Alkitabnya. Hati ini tersentuh melihat bahwa segala yang dilakukan Mama Nina  dipimpin dan dipandu oleh Firman Tuhan. 

Banyak orang terlalu serius dengan rutinitas dan masalah dunia ini, tapi kadang-kadang lupa akan Sang Pemilik Hidup yang kita kenal melalui Alkitab. Lupa untuk lebih dekat dengan “Ala Wone”/Firman Allah. Bersyukur sekali, ada Mama Nina yang harus jadi contoh bagi banyak pribadi Kristen. Katanya dalam bahasa Indonesia yang tertatih-tatih,” Biarpun jarak memisahkan kita dengan sesama, tapi FirmanNya harus dekat dengan kita.”

Ini bukan saja sebuah pesan moral, melainkan pesan Allah untuk manusia agar jangan jauh-jauh dari Kristus. Dia yang Bangkit memulihkan keadaan kita.

Melvy Alfons, LAI Jayapura