MASA DEPANMU, MOTIVASIMU

MASA DEPANMU, MOTIVASIMU

 

Sabtu, 23 Juni 2018, sekelompok remaja, 11 remaja berusia 11 hingga 16 tahun dari klub sepakbola setempat disertai pelatihnya melakukan piknik ke Gua Tham Luang di Thailand utara. Mereka berpiknik di akhir pekan untuk merayakan ulang tahun salah seorang anggota tim, juga memanfaatkan kesempatan terakhir sebelum gua ditutup selama bulan Juli-September karena gua akan tergenang air selama puncak musim muson (moonsoon) yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi.

Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sesuai Hukum Murphy, “Apapun dapat terjadi kapan saja, dan sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada waktu yang tidak tepat.” Demikianlah, ketika mereka menikmati piknik di dalam gua, di luar gua terjadi hujan lebat dan permukaan air sungai bawah tanah di gua tersebut naik. Mereka terjebak di dalam gua. Mereka yang di luar gua panik. Gua sudah tertutup air. Lebih cepat dari biasanya yang dimulai dari pertengahan bulan Juli. Musibah ini segera menjadi pemberitaan nasional, bahkan internasional. Relawan dari seluruh penjuru dunia berdatangan, mulai dari relawan SAR (Search And Rescue), penyelam, penjelajah gua, veteran militer, dsb. 

2 Juli 2018, setelah 9 hari terjebak dalam gua, seorang relawan penyelamat dari Inggris berhasil menemukan mereka. Selamat, lemas, kekurangan nutrisi, selebihnya mereka baik-baik saja. Akhirnya rencana penyelamatan disusun dan pada 10 Juli 2018, setelah berjuang selama 9 hari lagi, ke 13 orang tersebut berhasil diselamatkan, walaupun ada seorang relawan yang gugur dalam misi penyelamatan ini.

Bertahan hidup selama 18 hari, khususnya 9 hari pertama, dalam kegelapan, lembab, dingin, lapar, bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam situasi seperti ini kepemimpinan Ekkapol Chantawong (Ake) patut diapresiasi. Ia berhasil memimpin anak-anak asuhnya tetap disiplin, berpengharapan dan tidak putus asa. Untuk bertahan hidup mereka minum air yang menetes dari stalagmit dan menyantap makanan yang dibawa. Beruntung mereka membawa ekstra makanan dan minuman karena mereka bermaksud merayakan ulang tahun salah seorang rekan mereka. Selebihnya adalah kepemimpinan Ake yang dengan disiplin membagi kebutuhan makan sesuai dengan kebutuhan minimum agar mereka mampu bertahan selama mungkin. Ake pun kadang mengajak mereka bernyanyi agar mereka tidak bosan, hingga akhirnya mereka ditemukan. Pertanyaan pertama yang mereka ajukan kepada tim penyelamat setelah mereka ditemukan adalah, “Sekarang hari apa?” Kegelapan telah membuat mereka tidak sadar waktu.

Walaupun mereka, para penyintas itu berhasil ditemukan, tidak mudah untuk membawa mereka keluar gua. Kondisi para remaja yang lemah, alur penyelaman yang menyerupai labirin, baik horizontal maupun vertikal sepanjang kurang lebih 3km tidaklah mudah. Bahkan, mereka harus berenang di bawah permukaan air yang sempit yang hanya mampu dilalui oleh satu orang saja. Bayangkan. Namun atas berkat Tuhan, akhirnya mereka berhasil mereguk udara segar pegunungan. 4 orang berhasil dievakuasi pada 8 Juli, 4 orang lagi pada 9 Juli dan 5 orang terakhir pada 10 Juli 2018.

Situasi mencekam yang dialami penyintas maupun tim penyelamat, mungkin, dalam skala yang berbeda sama seperti yang kita alami selama 2 tahun terakhir akibat Pandemi COVID-19. PSBB, PPKM level 3 dan 4 sungguh mencekam seperti terkungkung dalam gua, sementara pemerintah bagaikan tim penyelamat yang harus menyusun strategi penyelamatan yang menghadapi labirin horizontal serta vertikal serta rintangan air. Secara keseluruhan diperlukan strategi yang matang, kerjasama yang baik dengan para penyintas serta disiplin yang tinggi dari kedua pihak. Sayangnya, dari pemberitaan di media kita masih bisa menyaksikan betapa mereka yang merasa mempunyai hak-hak istimewa di negeri ini justeru tidak berdisiplin dan memohon dikecualikan dari aturan yang berlaku. Demikian juga di ruang-ruang publik kita masih melihat ketidakdisiplinan berlangsung, mulai dari tidak memakai masker, tidak mematuhi aturan menjaga jarak, dll.

Kita mungkin pernah mendengar atau membaca kata-kata bijak, “The past is history, the future is mistery, but now is a gift that’s why it is called present”, yang kita miliki adalah saat ini agar kita bisa memasuki masa depan dengan optimis. Kiranya pesan ini sangat cocok bagi kita di tengah-tengah suasana tahun baru untuk mulai bersiap mengisi tahun 2022. Memulai tahun 2022 ini, baiklah kita memulainya dengan merenungkan sebagian nasihat Rasul Yakobus, demikian, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung ", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri  dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. [Yakobus 4:13-17]. Oleh karena itu, mari kita isi tahun 2022 dengan baik dan bijak, karena apapun dapat terjadi. “The past is your lessons, the present is your gift, and the future is your motivation” [Zig Ziglar]. Jadikan masa depan sebagai motivasi kita untuk terus semangat, optimis, sekaligus tetap waspada. 



Pdt. Sri Yuliana