“Masih Perlukan Bahasa Daerah?”

“Masih Perlukan Bahasa Daerah?”

Sapaan LAI

Perjalanan dan Peluncuran Terjemahan Alkitab Bahasa Yali Angguruk, Mei 2018.

Pagi 17 Mei 2018 pukul 07.20 WIT kami berangkat dari Bandara Sentani Jayapura ke Lembah Yali Angguruk, Kabupaten Yakuhimo Provinsi Papua. Diantar oleh Pilot Pak Timotius (Misionaris dari Amerika) yang menurut pengakuannya “baru” bertugas 13 tahun di Papua. Pesawat baling-baling MAF (Mission Aviation Fellowship) yang hanya berpenumpang enam orang menerbangkan kami melewati bukit dan lembah yang kalau ditempuh dengan berjalan kaki membutuhkan waktu lima hari perjalanan.

Setelah 40 menit kami terbang, tibalah kami di tempat tujuan dan disambut dengan jabat tangan serta tari-tarian yang sangat luar biasa. Meski udara begitu dingin karena lembah Yali dikepung  barisan pegunungan, namun kehangatan sangat terasa. 

Saya mendapatkan kalungan Noken dari Bapak Linus, tokoh masyarakat sekaligus anggota Tim Penerjemah Alkitab Bahasa Yali Angguruk sebagai sambutan selamat datang di Bandara Angguruk Yali, 17 Mei 2018.

Kami beracara di lapangan terbuka dengan penuh keakraban. Malam harinya, acara dilanjutkan dengan nyanyian dan tarian masyarakat Yali Angguruk yang hadir silih berganti. Meski listrik sangat terbatas, signal HP tidak ada, televisi juga tak ada, namun kemeriahan sungguh terasa. 

Masyarakat Lembah Yali Angguruk Kabupaten Yahukimo selalu menari dan menyanyi dalam menyambut peristiwa dan sukacita besar. Bahkan pagi-pagi subuh (Jumat 18 Mei 2018) sebelum matahari muncul, sekira pukul 04.00 WIT umat sudah menyanyi dan menari sebelum prosesi "bakar batu" yang dimulai pukul 05.30 WIT.  Dalam dingin dan gelap- remangnya pagi saya sungguh sangat menikmati suara-suara yang dinamis nan merdu dalam gerak jalan cepat berkeliling bersama secara ritmis.  Selanjutnya saya  mengikuti prosesi bakar batu sebagai pengucapan syukur umat atas segala karunia-Nya. 

Pukul 07.00-09.00 WIT acara puncak peluncuran Alkitab Bahasa Yali Angguruk berlangsung sangat mengharukan dan meriah luar biasa. Acara dihadiri oleh ribuan orang di lapangan terbuka, Plt Gubernur Papua, Bupati Yahukimo, dan Ketua, Sekretaris, Bendahara serta jajaran pimpinan GKI di Tanah Papua.  Saya merasakan betapa mendalam dan sangat mengesankan suasana spiritual yang tercipta dalam momen ini. 

Tim LAI yang hadir: saya, Pdt. Anwar Tjen, dan Bung Hendrik J. Lohey. Kami mendapat kesempatan menyampaikan sambutan singkat dengan penuh kebanggaan dan sukacita yang direspon sangat positif oleh ribuan umat. 

Mengejar cuaca cerah yang sangat terbatas di daerah pengunungan Papua, pukul 09.30 WIT kami harus bergegas meninggalkan Lembah Yali Angguruk, walaupun hati masih sangat ingin tinggal. Kami meninggallkan sahabat-sahabat dengan kesan yang sangat mendalam. Kali ini pilot yang mengantar kami menuju Bandara Sentani adalah Pak Michael (juga Missionaris dari USA dengan pesawat MAF). Ia sudah 21 tahun melayani di Papua, pernah mendaratkan pesawat di 107 lapangan terbang dari 300-an lapangan terbang di Papua. 

LAI “baru” menerbitkan Alkitab utuh (Perjanjan Lama dan Perjanjian Baru) dalam 34 (tiga puluh empat) Bahasa daerah dan Bahasa Indonesia. Alkitab Perjanjian Baru sudah diterbitkan sebanyak 108 bahasa daerah. Dari 700-an lebih bahasa daerah di Indonesia, tentulah persentasenya masih kecil. Belum sampai lima puluh persen.

Umat Tuhan yang membutuhkan Alkitab dalam bahasa daerahnya masing-masing masih sangat banyak. Dalam dua puluh tahun ke depan berdasarkan penelitian LAI, setidaknya ada 30-an daerah yang memerlukan penerjemahan Alkitab dalam bahasa daerah mereka.

Bila rata-rata pengerjaan penerjemahan Alkitab Perjanjian Lama 14 tahun, dan Perjanjian Baru 4 tahun, maka satu Alkitab utuh membutuhkan rata-rata 18  tahun. Pekerjaan penerjemahan Alkitab dari bahasa aslinya (Ibrani, Aram, dan Yunani) membutuhkan ketelitian yang amat sangat, sehingga tidak bisa diburu-buru dan dikejar-kejar.

Dengan adanya terjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah sesungguhnya juga melestarikan bahasa daerah tersebut. Tanpa ada dokumen resmi dalam bahasa daerah, maka jejak bahasa tertentu bisa musnah dan bekas.

LAI akan tetap menjalankan dengan setia mandate penerjemahan Alkitab, oleh karena Bahasa paling dekat dengan umat Tuhan adalah bahasa hati, yaitu bahasa Ibu atau bahasa daerah dimana dia gunakan dalam keseharian hidupnya.

Salam Alkitab Untuk Semua.

Dr. Sigit Triyono (Sekretaris Umum LAI)