Menjadi Sahabat Anak

Menjadi Sahabat Anak

Sapaan LAI

Periode 1982-1989, salah satu pengalaman yang paling membekas di benak saya adalah pelayanan untuk anak-anak Sekolah Minggu di Pepanthan (Bakal Jemaat) Gereja Kristen Jawa Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Saya bersama 3-4 kawan anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen mendapat jadwal satu bulan sekali melayani ke daerah tersebut yang jaraknya sekira 37 km dari Jogyakarta. Biasanya kami berangkat sabtu sore mengendarai sepeda motor, dan tidak jarang harus ditambah dengan berjalan kaki karena sepeda motor terhambat sampai ke lokasi bila hari hujan serta jalanan berlumpur. 

Minggu pagi di saat kami masih bersiap-siap, anak-anak sudah bersemangat datang ke lokasi tempat kami menginap, sekaligus tempat berlangsungnya Sekolah Minggu. Saya spesialis main gitar untuk mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan sepanjang berlangsungnya Sekolah Minggu. Karena masa kecil saya tidak rutin ikut Sekolah Minggu (banyak keterbatasan di desa saya), maka pelayanan anak di Nglipar ini menjadi semacam obat dahaga di masa kanak-kanak saya. 

Bersahabat dengan anak-anak melalui bernyanyi dan belajar Firman Tuhan bersama, membawa persahabatan dengan orang tuanya. Suatu saat, salah satu orang tua anak Sekolah Minggu (yang belum mengenal Tuhan Yesus) meminta saya secara khusus untuk memberi nama kepada adik anak Sekolah Minggu tersebut yang baru lahir. Saya kaget karena sama sekali tidak menyangka akan permintaan ini.   Saya hanya menjawab: “Sebaiknya Bapak dan Isteri berdoa khusus dan membuka Alkitab agar mendapat nama terbaik dari sana. Bapak bisa meminjam Alkitab ke Gereja.”

Pada tahun 2002 Lembaga Alkitab Indonesia sudah secara konkret bersahabat dengan anak dalam melaksanakan programnya. LAI menyelenggarakan program Alkitab Tulisan Tangan (Altutang) yang melibatkan anak-anak sebagai penulisnya. Diikuti oleh 6.000an anak-anak yang berasal dari gereja-gereja dan sekolah-sekolah Kristen di seluruh Indonesia.

Di samping untuk menggalang dukungan bagi pengadaan Alkitab dan bacaan rohani bagi anak-anak di pedalaman, melalui program Altutang ini diharapkan anak-anak semakin mencintai Firman Tuhan melalui pengalaman langsung menulis ayat-ayat Alkitab dengan tulisan tangan mereka sendiri.

Kalau dilihat program Altutang yang dimulai awal tahun 2002 dan selesai di awal 2006, maka hal itu menggambarkan tidak mudahnya pekerjaan menyalin teks Alkitab ke dalam tulisan tangan. Pengumpulan tulisan tangan teks Alkitab memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikian, pada akhirnya teks tulisan tangan berhasil dikumpulkan secara lengkap, disusun secara rapi, dan dijilid sehingga menjadi Alkitab Tulisan Tangan. 

Altutang eksemplar asli ini disimpan di Perpustakaan dan Museum Lembaga Alkitab Indonesia di Bible Center Jl. Salemba Raya 12 Jakarta Pusat, sehingga dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum.

Tuhan Yesus sangat mencintai anak-anak. Melalui mereka Kerajaan Allah hadir di tengah kehidupan nyata semua umat percaya.  Salam Alkitab Untuk Semua.

Dr. Sigit Triyono