PAPUA dan Perjuangan LAI

PAPUA dan Perjuangan LAI


Rabu 28 Agustus 2019 saya meninggalkan Jayapura kembali ke Jakarta dalam suasana damai dan aman, meski internet tidak bisa didapat dengan paket data maupun wifi. Kamis, 29 Agustus 2019 siang seorang kolega mengirim teks WA bertanya apakah saya masih di Jayapura atau sudah di Jakarta. Pertanyaan ini sehubungan dengan situasi dan kondisi Jayapura yang diberitakan ada demonstrasi dan berakhir ricuh. Jumat pagi, 30 Agustus 2019 Pdt Dr Anwar Tjen, Kepala Departemen Penerjemahan LAI berhasil meninggalkan Jayapura untuk kembali ke Jakarta dengan suasana hati yang serasa “uji nyali”.

Tak lama berselang, jumat pagi Bu Melvy Kepala Perwakilan LAI Jayapura mengirim SMS: “karena situasi masih belum kondusif, mohon ijin kantor Perwakilan LAI Jayapura untuk sementara tidak buka”. Saya menjawab: “Utamakan keselamatan semua karyawan, tetap tenang dan terus berdoa agar situasi cepat kembali aman dan damai.” Hari sabtu, 31 Agustus dan minggu 1 September 2019 pelan-pelan situasi keamanan Jayapura sudah pulih dan tidak ada berita kericuhan lagi.

LAI di Papua terus mengupayakan fokus menjalankan enam mandat dari Gereja-gereja dalam hal penerjemahan Alkitab, penerbitan Alkitab, penyebaran Alkitab, upaya agar Alkitab menjadi pedoman hidup umat, advokasi Alkitab dan layanan serta kesaksian Alkitab.  Jumlah bahasa daerah di seluruh Papua dan Papua Barat lebih dari 290 bahasa. Kalau 10 persen saja yang membutuhkan terjemahan Alkitab atau sekitar 29 bahasa daerah, maka pekerjaan ini sungguh besar mengingat untuk menerjemahkan satu Alkitab utuh  (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) ke dalam satu bahasa daerah membutuhkan waktu tidak kurang dari 20 tahun.

Tahun ini LAI terus bergerak untuk menerjemahkan Alkitab dalam bahasa Asmat. Proses pekerjaan sudah dimulai, dan masih membutuhkan proses yang tidak mudah mengingat banyak kendala di lapangan. Tahun ini juga atas dukungan Mitra, LAI akan mengirim Alkitab untuk ribuan umat di daerah Misool – Provinsi Papua Barat. Sesudah tahun lalu mengirim ribuan Alkitab ke pedalaman Kabupaten Boven Digoel – Provinsi Papua.

Tahun lalu dan sampai saat ini masih berlangsung program Pemberantasan Buta Aksara (PBA) di lima wilayah Kabupaten Boven Digoel yang masih sangat banyak umat Tuhan yang buta huruf. Biasanya program PBA diselesaikan dalam 10 bulan dengan hasil “bisa membaca dan menulis” di atas 70 persen peserta. Namun karena lokasi yang tidak mudah dijangkau, tutor yang serba terbatas, dan berbagai tantangan lain, maka program PBA Boven Digoel diperpanjang sampai September tahun ini. Beberapa kali staf lapangan LAI terkena serangan malaria dan harus diopname di Puskesmas, perbantuan tutor dari Jakarta dikirim, dan ironisnya ada yang harus dievakuasi ke Jayapura karena sakit serius.

Beberapa kali LAI memfasilitasi seminar di Papua tentang penerjemahan Alkitab yang sekaligus sarana menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup umat juga sarana advokasi untuk para pelayan Gereja-gereja interdenominasi serta interkonfensi di Papua. Forum ini sungguh membuat semangat ekumenis menjadi nyata. Apapun denominasi dan konfensinya, Alkitab yang digunakan hanya satu, yaitu Alkitab terbitan LAI. 

Tahun 2020, LAI akan merayakan ulang tahun ke-66 di Pulau Mansinam Papua Barat bersamaan dengan perayaan Injil masuk pertama kali ke tanah Papua. Bulan Februari sebagai bulan Injil selalu diperingati besar-besaran oleh umat Kristiani di Papua dan Papua Barat.  LAI terus berjuang agar semua umat Tuhan di Papua dan Papua Barat semakin dekat dengan Alkitab sehingga terjadi transformasi kehidupan yang aman, damai, adil dan sejahtera bersama.

Oleh Sigit Triyono (Sekum LAI)

Salam Alkitab Untuk Semua