Pdt. Dorees Maniagasi: Alkitab di Tangan Kanan, Megafon di Tangan Kiri

Pdt. Dorees Maniagasi: Alkitab di Tangan Kanan, Megafon di Tangan Kiri

 

Jika Anda pernah menginjakkan kaki di Bandara Sentani atau Pelabuhan Jayapura dan melihat sosok paruh baya dengan Alkitab di tangan kanan dan megafon di tangan kirinya, mungkin Anda telah bertemu dengan Pdt. Dores Maniagasi. Hamba Tuhan kelahiran Serui 65 tahun lampau ini sudah belasan tahun menjadi mitra LAI menyebarkan Alkitab sebagai seorang kolportir, sekaligus Sahabat Alkitab.

Kolportir adalah seorang yang berbekal Alkitab di tangannya, ia senantiasa bermaksud menyampaikan Alkitab itu kepada tangan orang-orang yang belum memilikinya. Pdt. Dorees, meskipun setiap hari memanggul tas ransel penuh Alkitab dan buku-buku rohani di punggungnya, ia tidak semata-mata ingin berdagang atau berjualan. Beliau mempunyai tujuan lain dalam hatinya. Padanya ada firman sumber kehidupan, dan ia ingin membagikan Kabar Baik yang dibawanya itu kepada sebanyak mungkin orang. Seorang kolportir, seperti ditegaskan oleh salah seorang pendiri LAI, Pdt. W.J. Rumambi, memiliki peran penting dalam pekabaran Injil dan pelayanannya merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam perkembangan Kerajaan Kristus. 

Dorees dulunya seorang juru masak di kesatuan tentara. Selain itu ia juga dikenal sebagai atlet olah raga Provinsi Papua. Pada 1989, kedua profesi itu ditinggalkannya karena ingin sepenuh waktu melayani Tuhan. Kebetulan Dorees berasal dari keluarga yang memiliki kerinduan melayani di gereja. Orang tuanya aktif dalam pelayanan gereja. Hal itu menurun kepada Dorees dan saudara-saudaranya. Dorees rindu menyebarkan Kabar Baik. Dirinya senang jika di suatu tempat terjadi kebangunan rohani.

“Sebelum tahun 1989, belum ada yang memiliki kerinduan melakukan pekerjaan keliling menyebarkan Alkitab seperti saya. Saya mengawalinya dengan membawa sedikit Alkitab dan buku-buku rohani,” katanya.

Dorees dengan penuh suka cita mengungkapkan, firman Tuhan telah mengubah hidupnya. Karena itu, ia juga senang membagikan Kabar Baik tersebut kepada orang lain. Menurut Dorees, di Papua meskipun sebagian orang beragama Kristen, masih banyak orang yang hidupnya belum berubah,. 

“Banyak yang masih buta isi Kitab Suci. Banyak juga yang masih belum memiliki Alkitab. Ada yang memang tidak memiliki uang. Di sisi lain banyak orang tidak mempunyai Alkitab bukan karena mereka tidak punya uang, tetapi karena mereka belum memiliki Roh Kudus dalam hati mereka. Kita harus terus meminta pertolongan Tuhan agar Roh Kudus membuka hati dan pikiran mereka,” tuturnya penuh semangat.

“Saya yakin jika Roh Kudus sudah bekerja, mereka akan mencintai firman Tuhan. Mereka akan suka dan rajin membaca Alkitab. Kalau Roh Kudus ada dalam hati mereka, umat akan terdorong untuk berjuang memiliki Alkitab,” lanjut Dorees.

Dorees pernah memiliki pengalaman menarik tentang karya dan pekerjaan Roh Kudus. Suatu ketika Dorees pergi ke jauh Manokwari, dengan membawa Alkitab, komik dan berbagai bacaan rohani. Sekitar seratus rumah ia masuki. Ia tahu banyak orang belum memiliki Alkitab. Namun, dari semua rumah yang ia kunjungi, hanya tiga rumah yang membeli Alkitab dan bacaan rohani. Dorees tidak menyerah. Ia kemudian berdoa minta pertolongan Roh Kudus. Esoknya, ia datang lagi ke kampung yang sama. Puji Tuhan, kali ini yang membeli Alkitab, komik, maupun berbagai bacaan rohani sangat banyak. Orang-orang juga begitu antusias mendengarkan Dorees berbagi kesaksian.

Sebagai seorang kolportir, Dorees memang tak jemu-jemu datang ke gereja atau rumah-rumah. Bukan hanya dengan niat untuk menjual Alkitab, tetapi yang lebih utama adalah berbagi kesaksian hidup. Bukan hanya di gereja atau rumah, Dorees bahkan dengan gagah berani mendatangi pasar-pasar, pelabuhan, bandara dan berbagai tempat keramaian lainnya. Orang-orang di seputar Jayapura sudah banyak yang mengenal dirinya. Seorang pendeta jalanan dengan tas ransel penuh buku di punggungnya, dan megafon di tangannya. Dorees bagaikan Yohanes Pembaptis, suara yang berseru-seru di padang gurun, mengajak orang untuk bertobat dan mencintai Firman Tuhan. 

“Keluar masuk pelabuhan dan bandara sudah merupakan hal biasa bagi saya. Selesai kapal merapat atau menjelang berangkat, penumpang pasti berduyun-duyun turun atau naik ke kapal. Maka, saya dengan berbekal megafon minta waktu kepada mereka untuk sejenak berbagi Kabar Baik,” ungkapnya.

“Bukan hanya saat penumpang turun atau naik, ketika penumpang masih duduk di ruang tunggu pelabuhan, saya menggunakan kesempatan tersebut untuk menyampaikan khotbah atau pendetakan. Riuh rendah keramaian di pelabuhan saya atasi dengan megafon. Suara saya jadi terdengar lantang sampai jauh,” lanjutnya. 

Ketika para penumpang mulai masuk ke dalam kapal dan mulai duduk, Dorees ikut naik ke dalam kapal. Dengan lantang ia sampaikan kebenaran firman Tuhan. Khotbahnya selalu diakhiri dengan ajakan untuk tekun membaca Alkitab dan hidup seturut firman Tuhan.

Dari pelabuhan, Dorees melanjutkan perjalanan menuju tempat lainnya, seperti pasar, kampung, bandara, dan sebagainya. Dalam sehari dirinya bisa mengunjungi tiga tempat di seluruh pelosok Jayapura. Di tiga tempat itu, ia menyiapkan tiga tema khotbah yang berbeda. Untuk menjangkau banyak tempat itu, Dorees terkadang naik angkutan umum. Namun, lebih sering dirinya memilih berjalan kaki belasan kilometer. Menurutnya, dengan berjalan kaki ia bisa lebih mudah berinteraksi dan berbagi kesaksian dengan siapa saja yang ditemuinya di jalan. Tiap hari Dorees rata-rata menempuh 10 sampai 15 kilometer berjalan kaki. Semua demi membagikan kabar sukacita, keselamatan dalam Yesus Kristus.

“Setiap pagi saya keluar dari rumah pukul delapan pagi. Dan baru pukul sepuluh malam saya tiba kembali di rumah. Malahan kalau malam hari ada kapal masuk, saya tunggu kapal itu datang hingga lewat tengah malam, sekitar pukul satu dini hari,” terangnya.

Dalam menyebarkan Alkitab tidak ada kata lelah di dalam diri Dorees karena ia menjalaninya dengan hati senang. Hal ini tergambar dalam motto hidupnya: susah senang bersama Tuhan. Meski demikian, dalam pelayanan Kabar Baik seperti ini pasti ada saja yang menolak dan tidak mau menerima.

“Dulu ada saja yang tidak suka melihat saya berkhotbah. Saya kadang merasa sedih jika melihat orang yang sebenarnya mampu membeli Alkitab, namun mereka tidak mau membelinya karena mereka lebih mengutamakan hal-hal lain dalam hidupnya,” kata Dorees.

Dulu ia sering dilarang oleh petugas pelabuhan atau bandara kalau hendak berkhotbah. Mungkin mereka merasa kedatangan Dorees mengganggu kenyamanan. Namun, teguran petugas tenggelam oleh suara megafon Dorees yang lebih kencang. 

Setiap kali dilarang, Dorees menjawab tegas kepada para petugas tersebut,“Bapak, pilih mana, saya memberitakan Kabar Baik atau Kabar Buruk? Kalau Bapak melarang saya menyebarkan firman Allah, keadaan Papua akan bertambah kacau, tambah rusak.”

Dorees meyakini hanya firman Allah yang sanggup membimbing manusia ke dalam kehidupan yang lebih baik. Kalau orang-orang tekun membaca Alkitab, mereka akan belajar menghormati sesama, menghormati pemerintah, menghormati petugas, menghormati hukum dan juga peraturan. Pelan tapi pasti, orang-orang yang dulu menolak “khotbah jalanan” Dorees, kini malah banyak yang mendukung.

Dalam sebulan, rata-rata Dorees menjual lebih dari 100 hingga 200 Alkitab. Namun, itu di bulan-bulan biasa. Di penghujung tahun menjelang Natal biasanya permintaan Alkitab akan naik. Pernah dalam satu tahun Dorees mampu memasarkan 15.000 Alkitab dalam setahun. Dan hal itu dilakukannya sendirian. Sebagian besar dengan berjalan kaki menyusuri jalanan dan perkampungan di Jayapura dan sekarang merambah kota-kota lainnya. Sungguh luar biasa.

Pendeta Dorees setiap hari berdoa agar semakin banyak orang yang memiliki dan membaca Alkitab. Sekarang ini Alkitab semakin mudah diperoleh dan harganya boleh dikatakan terjangkau. “Tugas kita sebagai umat Tuhan tinggal membaca dan mempelajarinya dengan tekun. Dengan membaca Alkitab dengan tekun, semoga setiap orang disentuh hatinya oleh Tuhan dan hidupnya diubah menjadi lebih baik,” terangnya menutup pembicaraan. 

 

Pdt. Dorees Maniagasi, misionaris dan kolportir LAI.