Pendidikan Anak: Tanggung Jawab Siapa?

Pendidikan Anak: Tanggung Jawab Siapa?

 

Vugaga, salah satu kampung di Sulawesi Tengah. Lokasinya berada di balik gunung-gunung yang terhampar ketika melayangkan pandang dari kota Palu. Di kampung ini, saya pernah melihat beberapa gedung sekolah yang berdiri kokoh namun sepi dari aktivitas belajar mengajar. Informasi yang disampaikan oleh warga setempat, anak-anak biasanya belajar satu kali sebulan ketika guru datang dari kota. Kegiatan belajarpun biasanya dilakukan hanya beberapa hari saja. Setelah itu, ketika guru kembali ke kota, maka aktivitas belajar di sekolah itupun kembali sunyi. 

Saya melihat kondisi ini terjadi sekitar 9 tahun yang lalu. Waktu itu, akses jalan untuk menuju kesana sangat sulit. Sekarang kondisinya mungkin sudah lebih baik. Akses transportasi mungkin sudah diperbaiki sehingga tidak menyulitkan tenaga pengajar untuk datang kesana. Namun, satu hal yang sulit dilupakan adalah ketika melihat seorang anak laki-laki yang telah duduk dibangku kelas 6 SD namun masih kesulitan membaca suku-suku kata yang ada didalam buku yang dia pegang.

Di tempat lain, sebuah berita menyampaikan hal yang menyayat hati ketika seorang anak bunuh diri karena tidak kuat menghadapi bullying (perundungan) dari teman-teman sekelasnya. Tekanan tersebut terjadi setiap hari dan terus menerus sehingga membuat si anak begitu tertekan dan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya karena berpikir itulah jalan satu-satunya untuk keluar dari masalah tersebut. Ironis namun itulah kenyataan yang kerap terjadi. Anak-anak kerap mendapati kondisi di luar kendali mereka. Pertanyaannya adalah siapa yang dapat menolong mereka menghadapi kondisi demikian?

Yuliana Singgih D. Gunarsa dalam bukunya pernah mengatakan bahwa “proses sosialisasi anak dimulai sejak bayi. Sikap dan perlakuan orang dewasa terhadap bayi akan mewarnai proses sosialisasi dan meninggalkan kesan, jejak serta membentuk kepribadian yang membentuk kesejahteraan pribadi maupun umum”. Orang dewasa yang dimaksud adalah keluarga, bisa ayah, ibu ataupun anggota keluarga yang lainnya. Peranan keluarga sangatlah penting untuk membentuk kehidupan seorang anak dalam menciptakan respon terhadap kehidupan sosial berikutnya. 

Mengingat pentingnya peranan tersebut, Lembaga Alkitab Indonesia turut memberi perhatian akan hal ini dengan menerbitkan Alkitab bertema Parenting. Sesuai namanya, Alkitab Parenting diharapkan dapat menjadi referensi bagi orang tua dalam mengasuh anak. Tidak hanya berbicara soal kehidupan rohani, artikel-artikel yang ada didalam Alkitab ini menghadirkan beberapa sisi kehidupan yang kerap dihadapi oleh orang tua dan anak-anak, misalnya bagaimana anak dalam kehidupan keluarga? – Siapa yang lebih berperan untuk mendidik anak? Bagaimana anak dalam kehidupan sekolah? Bagaimana dengan tanggung jawab pendidikan anak? Bagaimana anak dalam kehidupan bernegara? Hal-hal ini kerap menjadi bias namun berdampak serius bagi pertumbuhan anak. Hadirnya Alkitab ini kiranya menolong para orang tua dalam menjalankan perannya. 

 

Ratna Harefa  Kepala Dep. Penyebaran dan Pemasaran LAI