PERGI DAN MASUKLAH KE DALAM DUNIA

PERGI DAN MASUKLAH KE DALAM DUNIA

 

Hampir setiap tahun kita menyaksikan ada sesuatu yang sangat dinantikan oleh penduduk dunia, khususnya media massa dan umat Katolik setiap tanggal 25 Desember, yakni “Urbi et Orbi”, berkat kepausan yang disampaikan Paus pada setiap 25 Desember tengah hari. Urbi et Orbi yang artinya, “Bagi kota (Lat: Urb = kota, dalam hal ini Roma) dan dunia” (Lat: Orb= globe = dunia), adalah berkat kepausan kepada dunia dan pesan-pesan pastoral kepausan terhadap isu-isu dunia saat itu. Paus yang juga bergelar “Vicaris Filii Dei” – Wakil Putera Allah secara rutin dua kali setahun memberikan berkat Urbi et Orbi ini, yakni setiap Paska dan Natal. Khusus pada tahun ini, pada 27 Maret 2020 Paus juga memberikan Berkat “Urbi et Orbi” sebagai penguatan kepada umat dalam menghadapi keadaan dunia saat ini.

Selain tanggal-tanggal khusus di mana seluruh umat menanti-nantikan pesan dan berkat kepausan tersebut, ada sejarah lain yang tak kalah penting bagi gereja-gereja di seluruh dunia, tidak hanya Katolik tetapi juga gereja-gereja Protestan menyambutnya dengan antusias. Sejarah itu adalah Reformasi Gereja, yang diperingati setiap tanggal 31 Oktober. Setiap tahun saat perayaan Reformasi Gereja, banyak Gereja menyambutnya dengan berbagai kegiatan, seperti diskusi-diskusi oikumenis yang berkaitan dengan isu-isu sosial, budaya dan konflik yang mengikutinya. Pembahasan yang dibahas mengarah kepada gerakan bersama gereja-gereja untuk melakukan pembaruan dan potensi perubahan yang mungkin dapat dilakukan. Dalam perspektif ekumenis-keesaan Gereja, Perayaan Reformasi Gereja menjadi suatu kritik kepada kehidupan Gereja-gereja yang sibuk memikirkan dirinya sendiri dan lebih mengutamakan kegiatan ritual ke dalam gedung gereja dibanding pelayanan sosial di luar gereja. Dalam kaitan itu, semua Gereja, khususnya Gereja-gereja Protestan, penting memerhatikan reformasi yang diawali oleh Marthin Luther dan diteruskan oleh Zwingli dan Johannes Calvin di Geneva sejak 1530-an. 

Dari sejarah reformasi inilah, seluruh umat kristiani mengalami pembaruan pemahaman mengenai tujuan kemengadaan gereja dan umat Tuhan di dunia. Bahwa gereja da umat kristiani saat ini sedang berhadapan dengan tantangan dan ancaman yang dapat merusak kehidupan dan masa depan generasi kita. Sebuah keprihatinan bersama terhadap koteks tantangan dan ancaman yang dihadapi umat Tuhan, seperti ekonomi, kerusakan alam, ketidakadilan dan kesehatan, terlebih dengan adanya pandemi COVID-19. Dalam keadaan seperti ini, kembali lagi kita sebagai gereja dan umat Tuhan diingatkan kembali akan sejarah pembaruan gereja dan pesan pastoral yang selalu dinantikan dari para pimpinan gereja, dalam hal ini termasuk berkat Paus, kepada umat untuk pergi dan masuk ke dalam dunia dan siap menghadapi keadaan dunia saat ini.

Lalu sudah siapkah kita pergi dan masuk ke dalam dunia serta menghadapinya? Kita kembali sejenak ke  pesan Paus dalam berkat Urbi et Orbi 27 Maret yang lalu. Paus mengutip ucapan Yesus dalam narasi “Yesus Meredakan Angin Ribut” dalam Matius 8: 23-27.  Yesus berkata, “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Pertanyaan Yesus ini menjadi dasar perenungan kita yang saat ini berada di dalam perahu yang sama dengan Yesus. Dalam dunia yang dilanda “angin ribut” Pandemi COVID-19, Yesus ada bersama kita. Demikian juga Tuhan ada bersama mereka yang sakit, bersama mereka yang sehat dan bersama dengan tenaga medik dan paramedik, juga bersama dengan pedagang sayur dan kebutuhan sehari-hari, bersama petugas kebersihan dan mereka yang bergerak dalam jasa transportasi. Semuanya ada pada perahu yang sama dan badai yang sama dan mengerjakan tugas serta panggilannya masing-masing. Dan itu semua tetap membuat dunia tetap hidup. Itulah yang ingin disampaikan Tuhan kepada umat-Nya melalui pesan pastoral Paus dan menjadi tujuan bersama gereja-gereja dalam melakukan pembaruan/reformasi.

Jika tujuan pembaruan gereja adalah mengajak umat Tuhan memandang dunia dalam perspektif yang baru, maka perintah Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga sangat tegas dan jelas, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Markus 16:15) menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Perintah ini mengamanatkan kepada kita untuk memberitakan nilai-nilai kristiani kepada seluruh dunia. Bukan hanya kepada sesama kita manusia, tetapi juga kepada semua makhluk, kepada seluruh kesatuan ciptaan. Dalam bahasa Inggris perintah ini lebih jelas, “Go ye into all the world” – Pergilah dan masuk ke dalam seluruh bagian dunia untuk menunjukan kepada dunia tentang nilai-nilai Kristiani. Jadi, sebagai umat Kristiani, kewajiban kita adalah untuk masuk dan berbaur ke dalam dunia untuk menjadi utusan kasih, menyebarkan karya kasih dan aura kasih kepada orang-orang disekitar kita. Disamping kewajiban, kita juga mempunyai hak untuk menerima berkat-berkat Allah, namun hendaknya antara hak dan kewajiban berjalan secara seimbang. 

Refleksi ini kita akhiri dengan mengutip Johannes Calvin, salah satu Bapak Reformasi, dalam konteks memperingati Hari Reformasi Gereja, “Hendaknya kita menyadari bahwa kebaikan yang kita miliki kita dapat dari Tuhan sebagai berkat pemberian, bahwa kebaikan yang kita lakukan hanyalah kebaikanNYa yang mewujud melalui diri kita. Kita tidak melakukannya atas kemampuan diri kita sendiri, tetapi tindakan yang dipimpin oleh Roh Kudus” – Oleh karena itu, “Arahkah hatimu kepada dunia. Go ye into all the world and preach the gospel to every creature.”

Pdt. Sri Yuliana, M.Th.