Perlindungan Sejati

Perlindungan Sejati

 

Di saat menghadapi pandemic Covid 19, tak sedikit orang yang hidup dalam ketakutan dan kekuatiran yang luar biasa. Semua orang mencari tempat perlindungan. Bahkan dalam kegelisahan yang mencekam, tidak sedikit juga orang yang putus asa dalam pencariannya. Berbagai pertanyaan mereka ungkapkan, “Di mana Tuhan? Mengapa Dia diam saja melihat penderitaan kita?” Secara psikologis, seseorang yang mengalami ketakutan dan keputusasaan akan berusaha menenangkan dirinya melalui kalimat-kalimat spiritual, seperti: “Tuhan adalah tempat perlindungan kita” atau “Tuhan adalah sumber kekuatan kita” dan sebagainya. Kesaksian dalam Alkitab juga menunjukkan kepada kita bagaimana Daud mengungkapkan ketakutannya dalam mazmur yang sebenarnya bertujuan untuk menguatkan dirinya. 

Kalimat “Tuhan adalah tempat perlindungan kita” dapat dipahami dengan dua cara. Cara pertama, kalimat “Tuhan adalah tempat perlindungan kita” diterima dan dipahami sebagai ungkapan penguatan atas katakutan yang dialami seseorang. Kata-kata ini berfungsi sebagai kalimat penghiburan untuk menenangkan batin. Kalau kalimat ini hanya dilihat sebagai kalimat penghiburan atau penguatan, akibatnya orang tersebut tidak merasa puas hanya mendengar satu kalimat. Dia akan terus mencari kalimat-kalimat lain yang lebih menguatkan. Tidak heran jika teks-teks Alkitab betebaran disetiap dinding media sosial orang-orang yang sedang mengalami ketakutan dan kekuatiran. Tapi sebanyak apapun kalimat yang didapatkannya, jiwanya tetap gelisah. Bagi orang yang sekadar mencari kalimat penghiburan dan tidak pernah merasa puas, maka doa pun tak akan mampu menghalau penderitaannya. Pada akhirnya ia putus asa dalam pencariannya dan mengubah kalimat “Tuhan adalah tempat perlindungan kita” menjadi “Mengapa Tuhan diam saja dengan kedua lengan terlipat?” 

Cara yang kedua, kalimat “Tuhan adalah tempat perlindungan kita”, dipahami sebagai ungkapan kesadaran, bahwa ketakutan dan kegelisahan itu tetap akan hadir dalam hidup manusia, sesuatu yang tidak bisa dihindari. Orang yang demikian akan menjalani penderitaannya dengan kesadaran bahwa Tuhan tidak diam saja, tetapi Tuhan sedang berada dalam keheningan-Nya. Tuhan dalam hening adalah Tuhan yang tidak diam saja. Jika kata “hening” kita artikan sebagai upaya merekonstruksi sebuah kondisi, maka dalam keheningan-Nya, Tuhan sedang melihat kondisi umat-Nya dan Dia sedang menatanya kembali menjadi lebih baik. Dengan demikian, kalimat “Tuhan adalah tempat perlindungan kita” bukan sekedar kalimat penghiburan, tapi lebih dari itu, merupakan pernyataan iman. Orang yang demikian akan dengan tenang dan tabah berkata, “Biarlah aku berlindung dalam naungan sayap-Mu (Maz. 61:5).

Bapak/Ibu/Saudara, tentu kita berharap dapat memahami Tuhan sebagai tempat perlindungan kita dengan sepenuh hati. Ketika ketakutan dan kekuatiran melanda hidup kita, yakinlah Tuhan tidak diam. Dia hanya sedang berada dalam keheningan-Nya. Dia sedang menata hidup kita menjadi lebih baik.