Rempah-Rempah

Rempah-Rempah

 

Tumbuh-tumbuhan yang harum aromanya, sangat disukai oleh orang Asia Barat kuno. Kafilah rempah-rempah merintis jalan perdagangan dari India Utara ke Sumeria, Akad dan Mesir zaman purba awal dan sesudah itu jalan ini menuju unsur utama dalam pertukaran kebudayaan. Sementara banyak rempah-rempah dimasukkan ke Palestina dari Mesopotamia dan India, banyak juga rempah-rempah hasil lokal yang digunakan. Pada zaman PL perdagangan rempah-rempah dilindungi dengan begitu cermat. Salomo membebankan bea atas kafilah yg melewati wilayah kerajaannya.

Sebelum mayat dikuburkan, biasanya dibalsam dengan rempah-rempah yang ditaruh pada kain kafan, termasuk campuran mur dan gaharu (Yoh. 19:39), atau ‘rempah-rempah dan minyak mur’ (Luk. 23:56). Rempah-rempah itu tidak menahan pembusukan, tetapi berguna sebagai pembasmi bau busuk dan obat disinfeksi.

Beberapa jenis rempah-rempah misalnya jintan, adas manis, kayu teja. Jintan merupakan semak yang pendek dengan bunga putih yang berbungkul-bungkul. Biji-bijinya yang kering digunakan untuk membumbui masakan. Buah jintan dipukul-pukul dengan galah atau tongkat sedemikian rupa (Yes. 28:27), sehingga bijinya yang mengandung minyak dan beraroma harum tidak rusak. Biji itu digunakan oleh orang Yunani dan Romawi untuk membumbui makanan termasuk roti. Istilah adas manis yang disebutkan di Matius 23:23 mengacu kepada tanaman dill (bijinya harum dan dipakai untuk asinan, masakan, minyak wangi, dan obat-obatan). Biji, daun, dan batangnya digunakan untuk obat-obatan dan masakan, serta termasuk dalam persepuluhan yang pada zaman dahulu diberikan ke bait suci. 

Kayu teja merupakan salah satu bahan untuk membuat minyak urapan yang disebutkan dalam Keluaran 30:24. Kulit pohon ini sama dengan kayu manis dan dihargai karena aromanya yang harum. Kayu teja dan kayu manis juga dipakai dalam pemakaman Romawi.


Albert Tambunan, dari berbagai sumber