// //

TAURAT: Pengajaran Hidup Dari Sang Ilahi

TAURAT: Pengajaran Hidup Dari Sang Ilahi

 

Setelah keluar dari Mesir, Allah memimpin bangsa Israel ke Gunung Sinai, tempat mereka dinyatakan sebagai “bangsa yang kudus” (Kel. 19:6). Layaknya bangsa lain, mereka membutuhkan hukum untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Bagi bangsa Israel, Dasa Titah (Kel. 20:1-17; Ul. 5:6-21) atau Sepuluh Firman (Kel. 34:28, Ul. 4:13) merupakan jantung dari hukum Allah.

Pada awal mulanya istilah Taurat digunakan untuk menggambarkan ajaran mengenai suatu hal, keputusan-keputusan yang diambil untuk memecahkan soal yang sulit dan pelik. Terdapat suatu contoh yang dapat ditemukan dalam Hagai 2:11-13, di mana ditanyakan keputusan para imam mengenai soal ketahiran. Keputusan para imam, petunjuk mereka bagi tingkah laku umat disebut Taurat (ajaran). Tugas untuk memberi petunjuk seperti itu dipercayakan kepada imam oleh Allah (Mal. 2:6-7), dan oleh sebab itu keputusan-keputusan mereka mempunyai kekuatan ilahi. Keputusan-keputusan itu dipelihara oleh umat yang hidupnya dikuasai oleh keputusan tersebut. 

Tradisi lisan pada akhirnya mengumpulkan keputusan-keputusan tersebut menjadi kesimpulan ajaran yang diperkenalkan oleh para imam, yang bukan hanya menjadi perantara dari keputusan-keputusan ilahi itu, tetapi mereka juga menjadi penerus keputusan-keputusan tersebut kepada angkatan berikutnya.

Taurat berfungsi bukan hanya sekadar sebagai suatu ajaran atau hukum, melainkan suatu patokan praktis, ajaran normatif bagi setiap perbuatan. Kata Taurat dalam Perjanjian Lama sering merujuk kepada kelima kitab, yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Di dalam Taurat terdapat berbagai hukum/perintah yang diharapkan agar orang-orang Israel menaatinya sebagai bukti mereka setia kepada Allah.

 

 Albert Tambunan, dari Berbagai Sumber