Uang Receh Janda Miskin

Uang Receh Janda Miskin

Dalam Perjanjian Baru Yesus sering memakai perempuan sebagai sarana untuk menyampaikan pengajaran-Nya. Kita tentu tidak asing lagi dengan perumpamaan tentang gadis bijaksana dan gadis bodoh, kisah tentang Maria dan Marta atau tentang perempuan Samaria di  sumur Yakub.  Di mata-Nya, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kedudukan yang sama. 

Yesus juga menyoroti seorang janda miskin yang memberikan persembahan dalam jumlah kecil. Kata “janda” sering digunakan untuk menyebut perempuan yang bercerai dari suaminya. Namun, janda yang di maksud dalam Alkitab adalah perempuan yang telah berpisah dengan suaminya yang disebabkan oleh kematian.  

Sejak zaman Perjanjian Lama, para janda mendapatkan perhatian khusus.  Pada masa kepemimpinan Musa, peraturan bagi kelangsungan hidup para janda diberlakukan secara resmi. Hal ini dilakukan karena posisi seorang janda sangat mudah untuk dilukai dan disakiti. Bahkan, seorang janda dalam keadaan materi yang baik pun harus tetap dilindungi dari penjahat. Pada masa itu, kebaikan terhadap janda dinilai sebagai tanda kesalehan yang sebenarnya.

Bila kita melihat kepada kebudayaan setempat, maka posisi perempuan sangat tidak baik pada masa itu. Perempuan di batasi gerak-geriknya, termasuk untuk pergi ke Bait Allah. Dalam pandangan masyarakat Israel, tempat yang cocok untuk perempuan adalah di rumah, melakukan perannya sebagai isteri dan juga ibu rumah tangga. Ketika seorang perempuan menikah, maka secara otomatis ia akan menjadi milik suaminya, termasuk seluruh hartanya. Ketika sang suami meninggal, maka posisi perempuan menjadi tidak aman karena orang yang melindunginya sudah tidak ada. Seorang janda yang tidak memiliki anak, diperbolehkan untuk menikah dengan saudara dari pihak suaminya dengan tujuan untuk mempertahankan nama keluarga dan warisan.

Berdasarkan latar belakang budaya tersebut, kita dapat membayangkan bahwa hidup para janda pada saat itu sangatlah susah. Dengan ruang gerak yang dibatasi, pasti  akan sangat sulit memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun demikian, janda miskin yang terdapat dalam Lukas 21:1-4 masih bisa memberikan persembahan di Bait Allah meskipun jumlahnya kecil.

Persembahahan yang diberikan oleh janda tersebut adalah dua peser. Peser merupakan satu-satunya koin Yahudi yang disebut dalam Perjanjian Baru. Uang ini terbuat dari perunggu. Peser sering juga disebut dengan lepton, yang artinya kecil atau mungil. Sehingga peser dapat diartikan sebagai mata uang paling rendah atau paling kecil nilainya dan memiliki ukuran yang kecil pula. 

Satu peser sama dengan 1/128 dinar (1 per 128 dinar).  Matius 20:2 menyebutkan bahwa upah buruh adalah 1 dinar sehari. Itu  berarti, jumlah yang diberikan oleh janda miskin sebagai persembahan jauh lebih kecil dari upah buruh dalam satu hari kerja. Pemberian janda miskin tersebut juga dapat diartikan dengan dua uang logam kecil yang sangat sedikit nilainya atau dua keping uang receh yang paling kecil nilainya.

Bagi janda miskin tersebut, uang senilai dua peser pasti sangat berarti. Dengan uang tersebut ia dapat membeli makanan atau membeli kebutuhan lainnya. Pada ayat 4 disebutkan bahwa janda miskin tersebut memberikan dari kekurangannya. Dengan uang dua peser, kebutuhan dasarnya pun tidak tercukupi. Ia dalam kondisi sangat miskin dan sesungguhnya memerlukan bantuan orang lain. Janda miskin tersebut memberikan seluruh nafkahnya. Ia memberikan semua yang ia butuhkan untuk bertahan hidup kepada Tuhan.

Kolose 3:23 berbunyi, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Dalam kehidupan sehari-hari, sudahkah kita memberikan yang terbaik dari yang kita miliki? Apakah kita memberikannya dengan tulus atau hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain? Persembahan dalam jumlah kecil jika diberikan dengan tulus akan jauh lebih berharga dibandingkan  persembahan dalam jumlah besar namun diberikan dengan tujuan untuk dilihat orang.

Koin Janda Miskin dapat dilihat secara langsung dengan mengunjungi Perpustakaan Biblika dan Museum Alkitab LAI di Salemba, Jakarta Pusat. Mari memberi, bukan dari kelebihan harta yang kita miliki, tetapi dari hati yang mau berkorban untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki.

Salam Alkitab Untuk Semua.

Vera Harefa