YESUS ‘BLUSUKAN’ DI DUNIA

YESUS ‘BLUSUKAN’ DI DUNIA

 

Ketika Pandemi COVID-19 mulai menyebar ke seluruh dunia termasuk ke negara kita, vaksinasi  disebut sebagai salah satu solusi untuk mengendalikan persebaran virus korona dan menumbuhkan kekebalan massal. Dalam sebuah pemberitaan yang mengejutkan, Bill Gates selaku salah satu orang terkaya di dunia dan bos Microsoft Corp, sudah meramalkan pada tahun 2015 agar dunia berhati-hati akan kemungkinan adanya ancaman global dalam bentuk pandemi. Pemberitaan ini kemudian dibingkai pula dengan berita bahwa Bill Gates juga sudah menginvestasikan sejumlah milyaran dollar untuk riset vaksin.

Pemberitaan tersebut segera membentuk opini publik bahwa Pandemi COVID-19 adalah sebuah konspirasi dari para orang kaya dunia dan perusahaan-perusahaan farmasi besar. Tujuannya untuk meraup keuntungan trilyunan dollar dengan mengorbankan sebagian besar penduduk dunia. Lebih jauh, hal ini juga dibingkai demi mengurangi populasi dunia agar dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi orang-orang kaya dengan mengurangi populasi orang-orang miskin.

Benarkah demikian? Yang pasti adalah, bahwa dunia kita saat ini adalah dunia “pasca kebenaran” (post truth), dunia tidak lagi peduli pada fakta, cenderung mempercayai pemberitaan dan opini yang dibentuk oleh media massa dan media sosial sebagai sebuah kebenaran. Dalam dunia yang seperti ini kita tidak cukup menerima sebuah pemberitaan sebagai apa adanya tetapi perlu dibarengi dengan pengecekan fakta-fakta (facts check). 

Orasi Bill Gates tentang ancaman pandemi tentu saja disampaikan bukan dalam kapasitas sebagai bos Microsoft Corp, tetapi lebih sebagai pendiri/pemilik Bill & Melinda Gates Foundation yang bergerak dalam bidang kesehatan dan kehidupan yang produktif melalui pengentasan kemiskinan dan pendidikan. Hal ini nyata dalam pernyataan misi yayasan tersebut: “Guided by the belief that every life has equal value, the Bill & Melinda Gates Foundation works to help all people lead healthy, productive lives. In developing countries, it focuses on improving people's health and giving them the chance to lift themselves out of hunger and extreme poverty.  In the United States, it seeks to ensure that all people—especially those with the fewest resources—have access to the opportunities they need to succeed in school and life”. Terkait hal ini Bill dan Melinda pernah berkunjung ke Yogyakarta pada tahun 2014 dan 2017 untuk meninjau langsung proyek pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dibiayai yayasan tersebut. 

Organisasi semacam Bill & Melinda Gates Foundation yang bergerak dalam bidang kesehatan masyarakat, pendidikan dengan dampak pengentasan kemiskinan (poverty erradication) ada banyak, sebutlah World Vision (Wahana Visi), Project Hope, Christoffel-Blindenmission (CBM), dan masih banyak lagi. Mereka juga beroperasi di Indonesia. Misi utama yayasan-yayasan terbut pada umumnya bergerak pada trilogi: pendidikan-kesehatan-pengentasan kemiskinan. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa generasi mendatang yang lebih baik – yang terbebas dari kemiskinan -- hanya bisa diraih melalui pendidikan. Dan keberhasilan pendidikan hanya bisa dicapai dengan dukungan kesehatan, sanitasi dan perbaikan gizi, serta upaya-upaya pendampingan pemberdayaan ekonomi keluarga. Selain Bill & Melinda Gates Foundation, di Indonesia juga banyak lembaga-lembaga sejenis yang berkarya atas dasar nilai-nilai kristiani.

Berkaitan dengan hal ini, tertulis dalam Alkitab, ”Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia” [Filipi 2:5-7]. Yesus mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Kesetaraan-Nya dengan Allah tidaklah menjadikan-Nya terpisah dengan sesama. Yesus meninggalkan semua status yang melekat pada diri-Nya, melakukan ‘blusukan’ di dunia dan menjumpai mereka yang menderita, tertindas, sakit dan terpinggirkan. Bahkan rela berkorban demi keadilan dan kemerdekaan umat manusia. Solidaritas Allah diwujudkan melalui pelayanan-Nya kepada sesama, pelayanan tanpa batas, solidaritas universal. 

Bill Gates, salah satu orang terkaya di dunia, blusukan di kampung di Jogja. Dia tidak menganggap kekayaannya sebagai sebuah status yang harus dipertahankan untuk blusukan di kampung-kampung dan mempromosikan hidup sehat bebas DBD sebagai sebuah solidaritas bagi sesama. Presiden kita sebagai pemimpin bangsa juga melakukan ‘blusukan’ ke daerah-daerah terpencil dan masyarakat kelas bawah. Beliau tidak menganggap jabatan tertinggi di negeri ini sebagai batas yang memisahkan pemimpin dengan rakyatnya.

Solidaritas tidak memandang status sosial, ras/warna kulit, gender, agama maupun golongan. Muara dari semua karya solidaritas adalah demi perbaikan kualitas hidup sesama agar dunia ini menjadi dunia yang lebih baik, lebih sejahtera, damai dan berkeadilan. ALL LIVE HAVE EQUAL VALUE, itulah pernyataan misi dari Bill & Melinda Gates Foundation yang berarti “Setiap kehidupan berhak atas martabat yang sama” yang merupakan sebuah pernyataan solidaritas universal bahwa setiap orang berhak atas kesejahteraan, kedamaian, keadilan serta kehidupan yang lebih baik yang selalu berkembang dan bergerak maju. 

Kita juga melihat gambaran solidaritas universal ini dalam pelayanan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), di mana LAI juga ‘blusukan’  memberitakan Kabar Baik dan menyebarkan Alkitab kepada semua orang hingga ke wilayah terpencil. Bukankah bentuk pelayanan yang demikian sudah dicontohkan Tuhan Yesus kepada kita? Oleh karena itu marilah kita bersama-sama membangun solidaritas universal demi perbaikan kualitas hidup umat manusia. Mari kita berikan dukungan, kesempatan dan penghargaan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.

Pdt. Sri Yuliana, M.Th,