Hari Paskah
9 April 2023
Merayakan Kebangkitan Kristus Dalam Kesadaran Iman
Yohanes 20:1-8; Kisah Para Rasul 10:34-43
Renungan
Selamat Paskah! Renungan ini akan dimulai dengan mengajak anda untuk menjawab secara jujur tiga pertanyaan berikut ini, yakni: Pertama, sudah berapa kali anda merayakannya di sepanjang kehidupan menjadi pengikut Kristus?; Kedua, apakah terjadi transformasi yang berarti dalam setiap momen perayaan yang anda lakukan?; Terakhir, mengapa anda merayakan Paskah? Ketiga pertanyaan tersebut hendaknya menjadi pancingan bagi setiap pembaca untuk menggumuli tentang nilai kesadaran iman dalam merayakan Paskah, kebangkitan Sang Juruselamat.
Kebangkitan Yesus semestinya menjadi sebuah kabar yang menggembirakan bagi para murid-Nya. Namun, kondisi yang muncul pada Yohanes 20:1-8 justru menampilkan respons yang berbeda pada diri para murid. Alih-alih mengalami sukacita yang besar, mereka justru dipenuhi dengan kebingungan atas ketiadaan jenazah sang Guru. Kata ‘percaya’ yang dialami oleh salah seorang murid pada ayat 8 pun tidak ditujukan pada kebangkitan Yesus, melainkan berita atas ketiadaan jenazah Yesus seperti yang diberitakan oleh Maria Magdalena. Penyebab kebingungan pada diri para murid Yesus sebenarnya dijelaskan secara eksplisit oleh narator injil Yohanes, yaitu karena ketidakmampuan mereka dalam memahami berita kebangkitan Yesus Kristus seperti yang tertera pada Kitab Suci.10
Pada hari ini kita merayakan sebuah momen penuh harap, yakni kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Bagi setiap orang yang sudah menjadi seorang pengikut Kristus sejak masa kanak-kanak, tentu sudah tidak asing dengan beragam bentuk ritus dan perayaan atas kebangkitan Yesus Kristus. Namun, sebagai seorang beriman kita juga perlu memahami bahwa kualitas iman tidak akan terbentuk secara otomatis beriringan dengan banyaknya angka melakukan ritus maupun perayaan tersebut. Diperlukan upaya yang penuh makna dan penyadaran atas pemahaman terhadap peristiwa kebangkitan Yesus Kristus, jika seorang percaya ingin benar-benar merespons kebangkitan-Nya secara tepat, bertanggung jawab dan penuh dampak.
Tanpa pemahaman yang begitu personal dan pengenalan yang utuh atas peristiwa kebangkitan Yesus, perayaan kebangkitan-Nya hanyalah menjadi sebuah acara kosong bagi iman seorang umat TUHAN. Status yang kita miliki sebagai seorang pengikut Kristus juga tidak secara otomatis menghadirkan kepekaan iman dan kesadaran pemahaman atas nilai kebangkitan Kristus. Hal ini sudah terbukti melalui perikop Yohanes 20:1-8 yang memperlihatkan kebingungan para murid Yesus terhadap kebangkitan sang Guru. Hal ini semestinya cukup menjadi bukti bahwa status sebagai ‘murid Yesus’ ternyata tidak serta-merta menghasilkan kepekaan iman dan kesadaran pemahaman terhadap peristiwa tersebut.
Meski demikian, transformasi dan perkembangan iman dapat terus terjadi bagi setiap orang yang ingin berproses di dalam kebangkitan sang Kristus. Misalnya saja, Petrus dalam Yohanes 20:1-8 sudah mengalami perkembangan iman seperti yang muncul dalam Kisah Para Rasul 10. Iman Petrus yang bertransformasi ini tidak hanya membawa perubahan signifikan bagi dirinya secara personal, melainkan juga memberikan dampak yang begitu masif pada setiap anggota jemaat yang ia layani. Bahkan, Petrus dapat memberikan pengajaran pemahaman beriman yang jauh lebih luas dan menyeluruh mengenai nilai keselamatan yang begitu universal berlaku, bukan hanya untuk segelintir identitas, melainkan bagi seluruh dunia. Petrus yang tadinya kebingungan atas ketiadaan sang Guru di dalam kubur, kini menjadi seorang percaya yang mampu berkata, “Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga…dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.” Oleh sebab itu, marilah kita rayakan kebangkitan Yesus Kristus sebagai sebuah momen untuk transformasi iman seiring dengan hidupnya Sang Juruselamat.
10Edward W. Klink III. Exegetical Commentary on the New Testament: John. 2016. Grand Rapids: Zondervan, 834.
Pertanyaan Refleksi
Bagaimana sikap hidup yang mampu anda lakukan dan anda anggap perlu diwujudkan sebagai bentuk penghayatan penuh hormat serta kasih terhadap kematian Yesus Kristus?