Josep Kam Misionaris Belanda di Maluku

Artikel | 22 Sep 2023

Josep Kam Misionaris Belanda di Maluku


Joseph Kam: “Saya sekarang sedang mempelajari kehendak dan jalan Tuhan. Saya ingin menjadi seorang misionaris.”

 

Pekabaran Injil kepada orang-orang di Maluku sudah lebih dahulu dilakukan oleh Fransiskus Xaverius pada abad 15. Dan kemudian Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) yang merupakan Lembaga Pekabaran Injil di Belanda masuk pada abad ke 18 dan berhasil membaptis ribuan orang Maluku dan masuk ke dalam anggota jemaat Gereja Protestan di Hindia Belanda (GPI). Sejak saat itu Amboina terkenal sebagai pecinta gereja, pecinta Alkitab terutama Kitab Mazmur. Bila menyusuri jalan dan lorong-lorong di Ambon saat malam dan sepi sering terdengar nyanyian gerejawi di rumah-rumah. Atau di suatu malam yang lain terdengar suara bapa sedang mengucapkan doa malam dengan suara berat dan nyaring untuk keluarganya sendiri dan keluarga tetangganya. Lalu saat ibadah minggu mereka duduk rapi dan dengan penuh hormat dan hikmat mereka mengikuti ibadah. Di dalam kegiatan beribadah disana, pendeta yang tersedia saat itu lebih banyak melayani anggota jemaat yang berkebangsaan Eropa. Orang Maluku hanya disediakan beberapa orang pendeta ditambah guru dan penatua jemaat. Sampai kemudian datanglah Joseph Kam yang tidak tahan melihat ribuan orang Kristen Maluku kurang mendapat pemeliharaan rohani dan kemudian mendorong agar lembaga misi memberi perhatian lebih kepada orang-orang Maluku karena selama ini pemeliharaan rohani atas orang-orang Maluku hanya sebagai tugas sampingan pendetanya.  Jasanya yang besar terhadap perkembangan Kristen, Joseph Kam diberi gelar Rasul Maluku oleh masyarakat Kristen di Maluku.

Di kediamannya yang sederhana di Hertogenbosch, Belanda lahirlah Joseph Kam pada bulan September tahun 1769. Joseph merupakan anak hasil pernikahan dari Joost Kam dan  Anna Margarethazoek yang menikah pada 28 Agustus 1766. Hertogenbosch di masa yang sekarang masuk dalam provinsi Brabant Utara yang langsung berbatasan dengan Belgia. Orang tua Joseph berasal dari kelas menengah yang bekerja sebagai tukang pangkas, tabib, pembuat rambut palsu dan penyamak kulit. Ayahnya merupakan orang terhomat di wilayahnya.  Joseph Kam merupakan anak kedua dari lima bersaudara yang semuanya lahir di Hertogenbosch. Abangnya, Samuel Kam, merupakan pendeta  yang dianugerahi dua medali perak hasil tulisan-tulisannya yang terbit pada tahun 1801 dan 1804. Selain itu Samuel Kam juga mendirikan Zendeling Instituut di rumahnya dan turut serta mengoreksi Alkitab Melayu. Ketiga adiknya semua perempuan yakni Anna Cornelia Kam, Maria Magdalena Kam, dan Josina Kam dan semuanya di baptis di Grote Kerk Den Bosch. 

 

Dinamika masa persiapan Joseph Kam

Dengan kasih sayang dan pendidikan rohani yang baik kedua orangtuanya membesarkan mereka. Ayahnya, Joost Kam ikut ambil bagian dalam persekutuan Herrnhut walaupun sebenarnya sudah terdaftar dalam anggota jemaat gereja Grote Kerk Den Bosch di Hertogenbosch. Di dalam persekutuan inilah Joseph sedari kecil diajarkan tentang cinta kasih persaudaraan, memberitakan perdamaian, dan seruan untuk melakukan pekabaran Injil ke bangsa-bangsa lain yang belum percaya dengan Kristus. Kepatuhannya kepada Kristus dan kecintaan Joseph terhadap Pekabaran Injil lambat laun hidup di dalam hatinya. Joseph menamatkan pendidikan dasarnya dengan baik dan tidak langsung melanjutkan pendidikan kembali karena ayahnya memerlukan dia untuk membantu usaha perdagangan kulitnya. Joseph dengan setia mengikuti kehendak ayahnya. Di masa mudanya dia belajar banyak dari ayahnya tentang bagaimana mengerjakan sebuah usaha. Bagi Joseph mungkin itu adalah pilihan yang realistis untuk menekuni usaha penyamakan kulit milik ayahnya sebab tenaganya dibutuhkan sehingga dapat memberi nafkah bagi orangtua dan adik perempuannya.  Keinginannya untuk ikut mengabarkan kabar baik tetap hidup dalam hatinya dan selalu percaya Allah akan membuka jalan baginya. Joseph manaruh penuh jalan hidupnya melalui pimpinan Tuhan yang dia imani.

Revolusi Prancis pada tahun 1789 turut mempengaruhi sendi kehidupan di seluruh Eropa, ketegangan terjadi dimana-mana termasuk di Hertogenbosch. Perdagangan kulit sementara mengalami penurunan permintaan dan di ramal akan tutup karena bangkrut. Selama pengepungan Prancis di Hertogenbosch pada tahun 1794, ayahnya mengirim Joseph ke luar kota sebelum pengepungan. Ketika sudah di pintu gerbang dan akan menuju ke Utrech Joseph putar balik. Dengan tenang dan berani dia berjalan kembali, bersembunyi diam-diam di antara pasukan Prancis yang mengepung, bermalam di bawah kereta tentara, dan menyelinap masuk ketika benteng itu menyerah. Tak lama setelah revolusi, orang tuanya meninggal pada tahun 1802 dan tak lama setelah itu tempat penyamakan kulit ikut berhenti beroperasi. Joseph berpikir mungkin ini saat yang tepat baginya ikut dalam misi sending namun hasratnya harus ditahan kembali karena saudara perempuannya mengalami penurunan kesehatan sehingga perlu biaya dan perawatan yang intensif. Joseph mendapatkan pekerjaan sebagai pesuruh di Mahkamah Nasional di Den Haag. Joseph mengajak kedua saudara perempuannya untuk ikut pindah ke kota itu. Di kota tersebut dia bertemu dengan Alida van Epen dan kemudian memutuskan menikahinya di bulan Juni 1804. Alida van Epen merupakan putri dari Gerrit van Epen seorang pendeta setempat. Tidak lama Joseph merengkuh kebahagian dari pernikahannya. Tak lama setelah kelahiran putrinya, Alida va Epen kesehatannya semakin memburuk dan meninggal dua bulan kemudian. Putrinya kemudian dibawa oleh kerabat dekat abangnya, Pdt Samuel Kam, dan dibesarkan dengan penuh cinta kasih di Pastori Berkel. Joseph sempat pindah ke Amsterdam dan tak lama harus kehilangan pekerjaannya. Tak sampai disitu anak perempuannya juga meninggal karena penyakit kejang tepat di malam sebelum Joseph akan mengunjunginya. Ketika dia telah bersiap menghadapi berita duka ini, dia menerimanya dengan sangat tenang, dan kemudian berkata: “Saya sekarang sedang mempelajari kehendak dan jalan Tuhan. Saya ingin menjadi seorang misionaris.” Pematangan rohani dari diri Joseph menjadi suatu perjalanan yang penuh dinamika dan menjadi persiapan untuk pengutusannya pergi ke lapangan pekabaran Injil.

You may also like

Logo LAILogo Mitra

Lembaga Alkitab Indonesia bertugas untuk menerjemahkan Alkitab dan bagian-bagiannya dari naskah asli ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Kantor Pusat

Jl. Salemba Raya no.12 Jakarta, Indonesia 10430

Telp. (021) 314 28 90

Email: info@alkitab.or.id

Bank Account

Bank BCA Cabang Matraman Jakarta

No Rek 3423 0162 61

Bank Mandiri Cabang Gambir Jakarta

No Rek 1190 0800 0012 6

Bank BNI Cabang Kramat Raya

No Rek 001 053 405 4

Bank BRI Cabang Kramat Raya

No Rek 0335 0100 0281 304

Produk LAI

Tersedia juga di

Logo_ShopeeLogo_TokopediaLogo_LazadaLogo_blibli

Donasi bisa menggunakan

VisaMastercardJCBBCAMandiriBNIBRI

Sosial Media

InstagramFacebookTwitterTiktokYoutube

Download Aplikasi MEMRA


© 2023 Lembaga Alkitab Indonesia