Body Shaming
Yunie Sutanto
"Kok kulitmu tidak seputih kulit Mama?"
"Pendek banget sih badan lu"
"Rambut kok kriwil!"
Body Shaming yang dilontarkan dalam canda maupun komentar iseng tak ubahnya adalah verbal bullying dan kesehatan mental korban. Sampai saat ini masih banyak orang yang menganggapnya sebagai candaan. Padahal, celetukan negatif, misalnya terkait fisik seseorang, bisa menimbulkan luka batin. Sedihnya, seringkali justru kata-kata ini muncul dari orang-orang terdekat, termasuk dari orang tua sendiri.
Di dalam Alkitab, perilaku body shaming ini pun dapat kita temukan pada pengalaman Daud yang dianggap remeh oleh orangtuanya. Bungsu dari delapan bersaudara ini memiliki tubuh yang kecil dengan wajah yang kemerah-merahan. Secara tampilan fisik, Daud dianggap tidak ada apa-apanya dibanding saudaranya yang lain. Pada saat kakak-kakaknya yang atletis masuk akademi tentara Israel, Daud hanyalah seorang gembala kambing domba.
Imam Samuel pun tidak menganggap penampilan fisik Daud sebagai sesuatu yang berarti. Pada saat Samuel melihat Eliab, ia bergejolak di dalam batin, "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya." Namun, dalam 1 Samuel 16:7 berfirmanlah TUHAN kepada Samuel, ”Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Setelah tujuh putra Isai tampil menghadap Samuel dan Tuhan tetap belum memilih satu pun dari antara mereka sebagai raja, Samuel pun bertanya pada Isa, :"Inikah anakmu semuanya?"
Bagaimana jawaban Isai? "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Namun, apalah Daud hingga ia perlu dipertimbangkan sebagai calon raja yang dipilih TUHAN? Isai bahkan tidak merasa perlu memanggil Daud menghadap Samuel! Betapa tidak dianggapnya Daud! Meski demikian, pilihan TUHAN tetap harus terlaksana. Melalui seruan dari Samuel, Daud pun segera dipanggil menghadap untuk diurapi sebagai seorang raja bagi Israel.
Kisah Daud ini telah menunjukkan kepada kita bahwa penyertaan dan kasih TUHAN tidak didasari oleh syarat-syarat penilaian manusia. Di tengah body shaming yang dialami oleh Daud, TUHAN menunjukkan bahwa Ia memandang hati. Bahkan, di dalam Mazmur 34:19 tertulis sebuah kesaksian penyertaan dan kasih TUHAN yang memenuhi diri setiap orang yang terluka bahwa, “Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”
Di dalam sejarah, kita mendapati sosok Napoleon Bonaparte yang dijuluki Le Petit Caporal atau Kopral Cilik. Ia sangat diakui sebagai salah satu pemimpin hebat. Meski mendapat ejekan cebol, namun itu tidaklah membuatnya kalah secara mental. Sosok lain yang menjadi pejuang melawan cercaan dan cara pandang yang mengutamakan fisik adalah Nick Vujicic. Ia memang terlahir tanpa lengan dan kaki. Ia mungkin dipandang sebagai manusia yang tidak sempurna oleh banyak orang, namun Nick menunjukkan bahwa ia memiliki citra diri yang sehat di dalam Kristus. Bahkan, Nick menjadi motivator kelas dunia! Banyak orang justru mengalami peningkatakan cara pandang terhadap diri dan cara pandang dunia yang jauh lebih sehat darinya.
Sahabat Alkitab, kita selalu memiliki pilihan untuk memancarkan terang Tuhan atau menelannya dalam redup. Firman Tuhan pada hari ini pun telah mengingatkan kita bahwa kasih dan penyertaan TUHAN selalu nyata, meski kita harus menghadapi beragam perilaku body shaming yang diskriminatif dan menghancurkan mental.