LAI dan Pelayan Bagi Disabilitas Netra
Setiap 4 Januari masyarat internasional memperingati Hari Braille Sedunia untuk menekankan pentingnya aksara braille sebagai alat komunikasi untuk mewujudkan hak asasi manusia bagi setiap individu tunanetra akan informasi dan pengetahuan. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2018 secara resmi menetapkan tanggal ini untuk memperingati hari ulang tahun Louis Braille, penemu sistem penulisan yang memanfaatkan peraba tangan ini.
Pelayanan Braille UBS dan LAI
Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia beberapa tahun ini tidak hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan mendasar seperti penerjemahan Alkitab dalam berbagai bahasa ibu, penyebaran Alkitab ke berbagai wilayah ataupun pengembangan layanan digital. Mereka juga memperluas jangkauan pelayanan kepada para penyandang disabilitas netra, menguasahakan tersedianya Alkitab Braille dalam berbagai bahasa untuk memastikan kemudahan akses bagi para tuna netra terhadap Firman Tuhan sambil juga menawarkan cinta, perhatian, dan persahabatan.
Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memiliki visi Firman Allah Menjangkau Semua Generasi. Sedari awal LAI terpanggil untuk melayani semua umat Kristen dari beragam denominasi gereja, dan beragam latar belakang latar belakang, termasuk di dalamnya kaum disabilitas netra. Menggandeng mitra-mitranya LAI mengusahakan tersedianya Kitab-kitab Braille secara cuma-cuma bagi kaum tuna netra di Indonesia. Produksi Alkitab Braille ini dilakukan atas kerja sama antara LAI dengan Lembaga Alkitab Australia. Pengirimannya ke seluruh Indonesia terlaksana atas dukungan para donatur pelayanan LAI.
Saat ini Alkitab Braille maupun cetakan-cetakan dengan aksara Braille lainnya sudah bisa dicetak langsung di Indonesia. Percetakan Sentra Wyata Guna (SWG) di Bandung, memiliki perangkat-perangkat yang mampu mencetak Alkitab maupun buku-buku dengan menggunakan aksara Braille
Pdt. Ritson Manyonyo, pendeta dan Ketua Yayasan Elsafan yang melayani para disabilitas netra mengungkapkan tersedianya Alkitab Braille sangat penting bagi kaum disabilitas netra. “Jika tuna netra Kristen Indonesia mendapatkan Alkitab Braille, iman mereka akan bertumbuh. Mereka akan menjadi pribadi yang kuat, yang tidak mengasihani didi sendiri, yang tidak akan memelas dan merepotkan banyak orang. Jika para tuna netra hidup sejahtera dan merdeka maka mereka akan dimampukan menjadi kawan sekerja Allah.”
Pelayanan Braille aktif di 40+ negara.
Alkitab Braille yang lengkap saat ini tersedia dalam 50 lebih bahasa di dunia. Sementara itu 200 lebih bahasa di dunia memiliki beberapa Kitab Braille (hanya Perjanjian Baru atau hanya beberapa Kitab dalam Alkitab saja).
Selain itu, ada lebih dari 100 buku dalam aksara Braille yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga Alkitab yang isinya di luar Kitab Suci, misalnya: Literasi (baca tulis tingkat dasar), buku-buku pelajaran, HIV, Covid-19, ataupun kalender.
Setiap tahunnya Lembaga-lembaga Alkitab di berbagai belahan bumi menyediakan Alkitab Braille maupun berbagai materi lainnya untuk menolong puluhan ribu penyandang disabilitas penglihatan mendapatkan akses kepada firman Tuhan dan pengetahuan lainnya.
Pelayanan UBS kepada PVD (People with Visual Disability)
Persekutuan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies-UBS) mulai mengembangkan pelayanan untuk kaum disabilitas netra sekitar tahun 1983, saat diselenggarakan konferensi UBS di Darmstadt, Jerman.
Sebelum tahun tersebut ada beragam format dan tata letak yang digunakan untuk menyalin teks Alkitab ke dalam aksara Braille. Tujuan utama dari konferensi ini adalah untuk mengatasi masalah duplikasi atau tumpeng tindih pelayanan. Terdapat kebutuhan akan Alkitab Braille yang memiliki desain dan tata letak yang terpadu dan terstruktur. Konferensi Darmstadt dihadiri oleh 47 perwakilan dari 17 lembaga Alkitab dan beberapa organisasi lainnya. Konferensi ini juga menyoroti berbagai pertanyaan yang muncul terkait literasi Braille, karena pada masa itu masih banyak kaum disabilitas netra yang masih belum mengenal aksara Braille.
Hasil awal dari pertemuan penting ini adalah diterbitkannya sebuah dokumen pada tahun 1985, berjudul 'Mentranskripsikan Alkitab ke dalam Braille'. Dokumen ini merangkum kesepakatan mengenai Tata Letak Alkitab, memberikan pendekatan standar. Hebatnya, manual keluaran 1985 ini masih menjadi landasan tata letak Alkitab Braille hingga hari ini, meski dalam bentuk yang telah diperbarui.
Menghadirkan Kabar Baik kepada semua orang termasuk di dalamnya kaum disabilitas netra menjadi bukti bahwa lembaga-lembaga Alkitab dan gereja sebagai mitranya melayani semua orang dan tidak mengkotak-kotakkan orang. Lembaga Alkitab dan gereja dipanggil untuk melayani semua orang tanpa kecuali. Kabar baik harus dinyatakan dalam hidup orang-orang yang seringkali tertindas dan terpinggirkan. Karena Kristus mengasihi semua orang.