Ibadah BulanDoa Alkitab 2025

 

“Tak ada yang lebih berharga daripada hikmat dan didikan,” demikian inti pesan khotbah dari  Pdt. Edi Liverda, M.Si.-Teol., dari Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) pada Ibadah Bulan Doa Alkitab 2025. Ibadah yang diselenggarakan di Gedung Pusat Alkitab pada 15 September 2025 ini mengusung tema Spiritualitas Alkitab yang diambil dari Amsal 8,selaras dengan tema kerja LAI tahun 2025.

 

Suasana ibadah terasa istimewa karena liturgi disiapkan dengan sentuhan khas budaya Dayak. Jemaat diajak bernyanyi dengan irama dan bahasa daerah, mulai dari Nyanyin Ungkup (bahasa Dayak Ngaju) hingga Tumet Leut Ungkup (bahasa Dayak Maayan). Salah satu lagu yang dinyanyikan, Intu Taharep Aim Tuhan atau Pujilah Tuhan Sang Raja, menggema syahdu sebagai ungkapan syukur dan pujian kepada Allah.

 

 

Bulan Doa Alkitab 2025 ini juga menjadi momentum penting untuk mendukung proyek penerjemahan Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Dayak Ot Danum. Perjanjian Baru dalam bahasa ini sudah hadir sejak 1997, tetapi kebutuhan akan terjemahan lengkap masih sangat dirasakan.

 

Suku Dayak Ot Danum dikenal sebagai salah satu sub-suku Dayak tertua. Mereka hidup di pedalaman Kalimantan, terutama di Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Barat, mendiami hulu-hulu sungai seperti Kahayan, Barito, Katingan, hingga Kapuas. Dalam sejarahnya, mereka menganut kepercayaan Kaharingan, sebelum kemudian Injil diperkenalkan oleh para misionaris dan GKE sejak awal abad ke-20. Kehadiran Alkitab, disertai pelayanan pendidikan dan kesehatan, telah membawa perubahan besar dalam kehidupan mereka.

 

Meski demikian, bahasa masih menjadi tantangan besar. Banyak orang Ot Danum lebih fasih menggunakan bahasa ibu ketimbang bahasa Indonesia atau bahasa Dayak lain. Firman Tuhan yang disampaikan dalam bahasa asing seringkali sulit mereka pahami sepenuhnya. Karena itu, penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Ot Danum memiliki arti yang sangat mendalam.

 

Firman dalam bahasa ibu bukan hanya memudahkan pemahaman, tetapi juga menyentuh hati secara lebih mendalam. Dengan Alkitab berbahasa Ot Danum, kasih Allah dan pengorbanan Kristus hadir dalam kata-kata yang akrab di telinga mereka. Ini bukan sekadar literasi, melainkan jembatan iman yang mempertemukan Allah dengan umat-Nya.

 

Dalam khotbahnya, Pdt. Edi menekankan bahwa hikmat sejati tidak diukur dari kekayaan atau kekuasaan, melainkan dari hidup yang berakar pada Firman. Ia juga mengingatkan bahwa penerjemahan Alkitab harus diikuti dengan pembaruan hidup. Firman yang dibaca tidak boleh hanya disimpan sebagai simbol, tetapi harus menjadi dasar perilaku sehari-hari.

 

 

Ibadah Bulan Doa Alkitab 2025 ditutup dengan doa syafaat, termasuk mendoakan secara khusus pelayanan tim penerjemah Perjanjian Lama bahasa Ot Danum. Salah satu anggota tim penerjemah, almarhum Simbun Nussa—tokoh Ot Danum sekaligus penatua GKE—baru saja berpulang. Kehilangan ini dirasakan mendalam, namun semangatnya untuk membawa firman Allah ke tengah suku bangsanya menjadi warisan yang senantiasa diingat dan dilanjutkan.

 

Melalui Bulan Doa Alkitab, umat Tuhan di Indonesia diingatkan bahwa karya penerjemahan  Alkitab bukan hanya soal bahasa, tetapi juga soal iman yang berakar kuat dalam budaya sendiri. Sebab ketika firman ilahi hadir dalam bahasa hati, iman pun bertumbuh dan lestari dari generasi ke generasi.(pp)