Dulu ketika Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soekarno ada cita-cita yang ingin beliau wujudkan, yaitu bangkitnya kepedulian kaum muda bagi bangsa. Saat itu, 1948, Republik Indonesia menghadapi krisis politik yang mengarah ke perpecahan. Keadaan ekonomi masyarakat amat kacau. Yogyakarta yang saat itu sebagai ibu kota negara dengan penduduk yang padat kekurangan beras, antara lain akibat blokade Belanda, fraksi-fraksi politik saling berebut pengaruh. Dalam situasi seperti itu Presiden Soekarno mencanangkan “Hari Kebangkitan Nasional” dengan Boedi Oetomo dipilih sebagai simbol kebangkitan dan persatuan bangsa.
Kekacauan yang dulu terjadi, kini terjadi juga di negara Republik Indonesia dalam situasi yang berbeda. Di tengah Pandemi COVID-19 saat ini, bangsa kitapun berada dalam keadaan krisis. Tidak hanya krisis ekonomi, melainkan juga krisis persatuan. Banyak pihak yang secara sengaja atau tidak sengaja menentang/menolak kebijakan pemerintah mengenai COVID-19 dengan berbagai alasan, maksud dan tujuan. Sudah saatnya kita kembali bersatu agar Pandemi COVID-19 segera berlalu.
Kepedulian sosial dapat dikatakan sebagai ketertarikan untuk ingin membantu dan menolong orang lain. Nilai yang paling mendasar untuk membangkitkan kepedulian adalah kepercayaan (trust). Ketika seseorang diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang besar, maka ia dengan sendirinya akan membangun karakter yang dapat diandalkan. Memang tidak mudah bagi orang tua memberi tanggung jawab kepada anak muda. Tapi kembali lagi pada sejarah, saat mendirikan Boedi Oetomo, pemuda Soetomo adalah seorang mahasiswa kedokteran di STOVIA. Saat mendirikan Partai Nasional Indonesia, Bung Karno baru berusia 26 tahun. Artinya, anak muda juga menyadari bahwa menjadi orang yang dapat dipercaya haruslah dibuktikan melalui kepedulian kepada orang lain dan dapat melakukan pekerjaan besar.
Dalam situasi seperti sekarang ini, bangkitnya kepedulian ada di tangan anak-anak muda. Karena merekalah pemegang peranan penting dunia digital yang merupakan sarana komunikasi paling cepat dan paling berpengaruh. Lihat saja, ketika anak-anak muda bersatu dalam sebuah gerakan dan memviralkannya melalui media sosial, maka berita itu melesat dengan cepat dan mempengaruhi semua kalangan untuk turut bergerak. Misalnya, di kalangan anak muda saat ini sedang popular dengan apa yang disebut dengan “crowd funding”; membantu orang yang sakit, menolong keluarga miskin, bahkan melakukan aksi sosial peduli bencana pandemi COVID-19 melalui aplikasi digital. Kuncinya, ada satu orang yang dipercaya karena memiliki pengaruh (influencer), memiliki maksud dan tujuan yang jelas serta mempunyai dampak yang signifikan. Rasanya gerakan yang disemangati oleh kepedulian terhadap situasi bangsa inilah yang dulu dicita-citakan oleh Bung Karno. Karenanya, tugas kita adalah merangkul generasi muda dan membangkitkan kepedulian mereka dengan cara mempercayai dan menghargai karya-karya mereka.
Kepedulian sosial terhadap wong cilik (masyarakat kelas bawah) juga dapat kita temukan dalam diri Yesus Kristus. Diusia-Nya yang masih muda, Ia diberi kuasa oleh Allah untuk berkarya. Pemberian kuasa itu dapat juga diartikan dengan pemberian kepercayaan bahwa Yesus bisa melakukan apa yang menjadi pekerjaan-Nya. Peristiwa kematian, kebangkitan, dan terangkatnya Yesus ke sorga merupakan pembuktian bahwa anak muda yang bernama Yesus mampu menunjukkan kepada Bapa dan dunia sebagai utusan Allah yang dapat dipercaya dan revolusioner. Dan kini, Tuhanpun memberikan kuasa dan kepercayaan itu kepada kita, kepada anak-anak muda, untuk melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi. Seperti yang disaksikan Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:8, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Peristiwa kebangkitan anak-anak muda Indonesia 112 tahun yang lalu (1908-2020) tentunya dapat dijadikan semangat bagi anak-anak muda sekarang untuk membangkitkan rasa kepedulian mereka bagi bangsa. Aksi-aksi kepedulian sosial seperti yang sedang viral saat ini masih banyak dipenuhi wajah-wajah orang tua kita. Dimana anak-anak muda? Padahal di tangan mereka suatu gerakan hebat dapat dengan mudah dilakukan asal mereka bijak dalam menggunakan kepercayaan itu. Bangkitkan kepedulianmu, hai anak-anak muda! Karena engkau adalah saksi-saksi Kristus.
Pdt Sri Yuliana M.Th