Tembikar merupakan wadah berlapis tanah liat yang dipanggang untuk mematangkan lapisannya sehingga dapat dipakai. Tembikar-tembikar pertama dikenal di wilayah Asia Barat pada zaman Neolitik. Sampai pada penemuan roda alat membuat tembikar pada milenium 4 SM, semua tembikar dibentuk dengan tangan.
Alat bekas tempat kerja tukang tembikar yang ditemukan di Palestina dan Khirbet Qumram menunjukkan bahwa tukang tembikar duduk di tepi lubang tempat roda-roda berada, biasanya dua buah batu, satu diputar di atas yang lain yang digerakkan dengan kaki. Tembikar zaman Neolitik bentuknya sederhana, tetapi memiliki banyak macam. Hiasannya dipelitur dan diiris atau diolesi, mungkin meniru keranjang kulit hasil kerajinan tangan. Barang tembikar umumnya kasar, diperhalus dengan jerami yang dipotong-potong. Beda peradaban pada zaman Perunggu Tengah yang terlihat dalam bentuk-bentuk baru dari barang-barang tembikar. Buli-buli leher pendek dan sempit, bagian bahwa lebar dan rata mencirikan buatan tahap pertama, seperti halnya dengan pasu bercerat dan berhias seperti sisir. Menjelang akhir zaman Perunggu Tengah dan selama kurun pertama zaman Perunggu Awal I, hiasan buyung-buyung dan mangkuk-mangkuk berwarna merah dan hitam telah mengikuti kaidah geometrik.
Secara umum proses pembuatan tembikar diawali dengan pengamblian tanah liat yang baik lalu disiram dengan air hingga basah dengan merata kemudian didiamkan selama 1-2 hari setelah itu tanah digiling agar lebih rekat, ulet dan halus. Selanjutnya tanah liat tersebut dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan setelah itu dijemur di bawah sinar matahari sampai kering. Ketika sudah kering dilanjutkan dengan proses pembakaran, dibakar beberapa jam agar semakin keras sehingga tidak mudah pecah. Dan dibagian akhir tembikar dicat untuk memperindah tampilannya.
*Albert Tambunan, dari berbagai sumber