Rabu Abu - Yoel 2:1-2, 12-17
Tulisan Nabi Yoel diyakini ditulis sekitar abad ke-5 Sebelum Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan kerajaan Persia. Isinya berisikan teguran sekaligus ajakan bagi umat Israel agar berbalik kepada Allah. Hal yang menarik adalah seruan pertobatan itu justru muncul di tengah permasalahan besar yang dihadapi oleh umat Israel masa itu, yakni katastrofe agrikultur. Pada pasal 1 kita dapat melihat bagaimana munculnya kawanan belalang dan kemarau yangtentu menjadi persoalan besar bagi masyarakat agirkultur seperti Israel. Itu jugalah sebabnya, kita dapat melihat cukup banyak terminologi agrikultur di dalam kitab Yoel.
Semua katastrofe yang terjadi disuarakan sebagai tanda perlunya pertobatan dari umat Israel kepada Allah. Seruan pertobatan ini bukanlah untuk menakut-nakuti umat dan bukan juga untuk menghilangkan permasalahan melainkan agar mereka merasakan kehadiran Tuhan seperti yang muncul pada Yl. 2:27, “Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa Aku ini, TUHAN, adalah Allahmu dan tidak ada yang lain; dan umatku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-lamanya.” Pertobatan umat Israel menjadi ‘pintu masuk’ bagi harapan yang muncul bersamaan dengan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka. Di dalam konteks kitab Yoel, pertobatan menjadi awal dimulainya hidup berpengharapan di tengah segala pergumulan. Hal ini juga berarti, pertobatan dan pengharapan menjadi dua hal yang saling berkaitan dalam hidup beriman setiap umat.
Allah menginginkan umat untuk berbalik kepada-Nya. Kata ‘berbaliklah’ (Ibr. שׁוּב, shub) yang muncul pada ayat 12 merupakan sebuah tindakan transformatif dan komprehensif (“Tetapi sekarang juga”, demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.”). Maksudnya, berbalik merupakan keterubahan kondisi dan arah dari hati serta pikiran umat yang sebelumnya memunggungi Allah menjadi menghadap kepada-Nya. Berbaliknya hati dan pikiran umat ini menjadi hal yang sangat penting sebagai usaha dari manusia untuk mengalami kehadiran Allah. Itulah sebabnya pertobatan menjadi aspek penting yang perlu dilakukan oleh setiap manusia yang ingin hidup dengan mengalami kehadiran-Nya, meski di tengah pergumulan sekalipun. Inil jugalah yang menjadi nilai pertobatan di dalam surat Yoel yang juga perlu kita maknai, secara khusus pada saat memasuki masa pra-Paskah.
Sahabat Alkitab, pada saat ini kita sudah berada pada hari Rabu Abu sebagai tanda dimulainya masa pra-Paskah. Pada hari ini, setiap umat diajak untuk merendahkan hati di hadapan Tuhan sebagai laku pertobatan. Selama sekitar 40 hari atau 6 minggu pra-Paskah umat diundang untuk memaknai pengorbanan Kristus yang akan memuncak pada peristiwa Jumat Agung sebagai inisiatif kasih Allah yang memberikan keselamatan. Dengan menggunakan seruan pertobatan oleh nabi Yoel kita pun diharapkan memosisikan diri sebagai pihak yang perlu melakukan pertobatan di dalam Allah. Hal ini sangat perlu dilakukan sebagai upaya kita sebagai manusia untuk menerima kehadiran-Nya. Terlebih lagi, masa pra-Paskah menjadi sebuah kesempatan bagi umat Kristen untuk mempersiapkan diri dalam menghayati pengorbanan Kristus yang mendatangkan keselamatan bagi setiap manusia.
Masa pra-Paskah perlu dijalani dengan kepenuhan hati dan pikiran yang sungguh-sungguh terarah kepada Kristus. Hal ini dimaksudkan agar umat tidak sekadar memperingati kematian-Nya yang tanpa sadar telah kehilangan nilai dan makna secara personal akan pengorbanan Sang Firman yang Hidup. Itulah sebabnya, di dalam tradisi liturgis masa pra-Paskah biasanya diisi dengan praktik berpuasa sebagai cara umat untuk semakin menambah ikatan personal antara dirinya dengan pengorbanan Kristus. Memiliki ikatan diri dengan tindakan kasih Allah melalui pegnorbanan-Nya menjadi nilai yang sangat penting bagi setiap umat yang akan memasuki minggu-minggu pra-Paskah. Tujuannya adalah agar kita, sebagai umat percaya, benar-benar siap untuk menerima pembebasan yang Kristus hadirkan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Menjalani masa pra-Paskah dalam kesadaran pertobatan juga menjadi realisasi penyediaan ruang di dalam hati dan pikiran kita untuk menerima kehadiran-Nya.
Seruan pertobatan yang muncul dalam kitab Yoel bukanlah sekadar kumpulan kata-kata yang tertulis, melainkan juga menjadi panggilan yang hidup dan tertuju pada setiap umat di masa pra-Paskah. Marilah kita menjalani hari Rabu Abu ini dengan kesadaran dan pengakuan dalam pertobatan, sehingga selama sekitar 40 hari mendatang menjadi sebuah masa persiapan hati dan pikiran yang bebalik kepada Kristus.