Kisah Para Rasul 2:1-21, TB
Sahabat Alkitab, peristiwa Pentakosta menjadi hari pemenuhan janji yang sudah Tuhan Yesus berikan kepada para murid sebelum Ia naik ke sorga. Pada peristiwa Pentakosta pula para murid memiliki kemampuan yang terintegrasi, bukan hanya antara mereka dengan TUHAN tetapi juga dengan sesama. Catatan yang menampilkan bahwa karya verbal yang keluar dari mulut para murid dapat diterima dan dipahami oleh setiap orang yang berasal dari berbagai daerah memberikan kita sebuah nilai universal mengenai karya Roh Kudus. Setiap pekerjaan yang dihadirkan oleh Roh Kudus tidak semestinya terjadi dalam lingkup yang tertutup apalagi dilakukan dalam pemikiran yang eksklusif, seolah-olah hanya untuk sebagian orang. Pekerjaan Roh Kudus menjadi sapaan Ilahi yang tertuju untuk setiap orang tanpa ada batasan, bahkan menghancurkan berbagai tembok penghalang.
Dunia yang sedang bergejolak akibat Covid-19, peperangan yang semakin berkecamuk maupun persoalan-persoalan ekonomi yang terjadi di berbagai belahan dunia memerlukan kehadiran karya Roh Kudus. Setiap umat TUHAN yang mengakui iman dan percaya kepada-Nya pun memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mewujudkan karya-karya Roh Kudus yang menghadirkan transformasi dan pertobatan di dalam Kristus. Roh Kudus yang dihadirkan oleh TUHAN atas seluruh manusia juga menjadi penggenapan pengutusan Yesus kepada para murid sebagai saksi-saksi-Nya. Artinya, kesaksian yang mereka lakukan bukan berdasarkan kemampuan sendiri melainkan hanya oleh dan dengan kuasa Roh Kudus. Hal ini juga berlaku pada diri setiap orang percaya karena telah ikut terlibat dan menerima Roh Kudus di dalam dirinya masing-masing.
Salah satu tokoh gereja abad ke-4, Agustinus dari Hippo, pernah membuat tulisan yang membahas perihal Roh Kudus. Tulisannya menjadi sangat menarik, tepatnya ketika ia mencoba menje;aslan Roh Kudus dalam relasi tak terpisahkan antara Bapa dan Yesus yang kemudian mengantarkannya kepada kata ‘Cinta’. Kehadiran Roh Kudus bukanlah anugerah eksklusif yang diberikan kepada setiap orang percaya, melainkan Ia menjadi penggerak utama setiap orang percaya untuk melakukan karya-karya misional dalam terang kebenaran Sang Juruselamat, Yesus Kritus. Saya pikir, tendensi ‘cinta’ yang muncul dalam pemikiran Agustinus terkait peran Roh Kudus menjadi sangat relevan untuk semakin kita wujudkan dalam hidup keseharian.
Dunia ini sudah penuh dengan kebencian yang menghasilkan banyak aksi kriminalitas dan perang. Dunia sudah cukup disesaki oleh kehadiran tingkah-laku yang terlalu egosentris, tepatnya ketika budaya manusia menjadi semakin ‘ke-aku-an’ hingga mulai kehilangan nilai solidaritas rasa kemanusiaan. Dunia ini sudah terlalu disibukkan dengan persoalan-persoalan pencarian akan rasa nyaman segelintir kelompok yang menyisihkan kelompok lainnya, termasuk pembentukan hukum maupun norma dimana yang kecil harus mengikuti yang besar. Kenyataan hidup di dunia ini semestinya sudah cukup mengganggu kesadaran dan iman setiap umat percaya untuk bertindak.
Di dalam perayaan Pentakosta, kita tidak hanya melakukan upacara keagamaan maupun penggunaan simbol-simbol dalam ruang ibadah. Justru, di dalam seluruh kegiatan seremonial itu kita perlu membentuk dan mengoptimalkan komitmen untuk mewujudkan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam masing-masing kita. Kenyaataan hidup yang carut-marut tidak semestinya memengaruhi apalagi membuat kita membungkam Roh Kudus di dalam diri kita. Kita adalah murid-murid yang diutus untuk melakukan karya-karya yang berlandaskan kebenaran firman TUHAN. Kita adalah umat yang dihadirkan sebagai pembawa terang dan damai yang berlandaskan pada Yesus Kristus. Kita adalah manusia yang digerakan dan dimampukan oleh Roh Kudus untuk membawa dampak yang penuh cinta di tengah dunia.
Bukankah sangat menyedihkan ketika Roh Kudus ingin menggerakan kita melakukan karya-karya misional tetapi kita lebih memilih untuk menahan diri? Jadi, maukah kita bergerak bersama Roh Kudus?