-->

Minggu Prapaskah 4 2023


Minggu Prapaskah 4
19 Maret 2023

Terang Dalam Penyelamatan

1 Samuel 16:1-13; Yohanes 9:1-14, 30-41

Renungan

Narasi pengurapan Daud untuk menggantikan Saul sebagai raja Israel telah memberikan sebuah penegasan tentang kecenderungan kekeliruan yang sangat sering dilakukan oleh manusia, yaitu memberikan penilaian sekilas pandang. Model penilaian seperti ini mendatangkan banyak kekeliruan kesimpulan akibat disorientasi atau ketidakjelasan cara pandang. Misalnya saja, pada saat nabi Samuel diutus oleh TUHAN untuk mengurapi salah seorang anak Isai, Samuel sama sekali tidak memandang Daud sebagai orang yang tepat. Penilaian ini adalah contoh kesimpulan yang keliru akibat disorientasi cara pandang Samuel mengenai esensi peran seorang raja bagi bangsa Israel. Meski demikian, kenyataan yang ditampilkan dalam teks ini juga perlu dibaca bukan untuk menghakimi Samuel, melainkan justru menjadi sebuah peringatan bagi seluruh pembaca tentang kualitas cara pandang yang selaras dengan kehendak TUHAN.

Disorientasi manusia dalam memahami karya TUHAN juga muncul dalam teks Yohanes 9, yakni pada saat para murid Yesus bertanya tentang dosa yang menyebabkan seorang terlahir buta seperti yang dialami oleh orang buta dalam teks tersebut. Para murid menyangka bahwa kebutaan itu adalah sebuah kondisi malang yang terjadi akibat keberdosaan/kesalahan, entah orang tersebut maupun orang tuanya. Apabila kita cermati lebih lanjut pertanyaan tersebut, maka kita dapat menemukan sebuah kejanggalan, yakni bagaimana mungkin seseorang melakukan dosa padahal ia belum lahir ke dunia yang mengakibatkannya mengalami kebutaan? Meski demikian, hal ini adalah hasil dari kegelisahan iman sekaligus dampak dari kebingungan para murid untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup yang begitu sulit untuk dipahami. Alhasil, para murid memberikan sebuah pertanyaan teologis kepada sang Guru meski dalam cara pandang yang keliru.

Melalui pertanyaan ‘siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” entah sadar maupun tidak, para murid sebenarnya sedang menempatkan kuasa dosa yang memengaruhi hidup si manusia tersebut. Sang Guru pun menjawab pertanyaan itu dengan kalimat yang justru menempatkan kuasa TUHAN yang berpengaruh atas hidupnya, bahwa “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”. Artinya, kebutaan yang dialami oleh orang tersebut sejak lahirnya bukanlah hasil dari keterpisahannya dari TUHAN akibat keberdosaan, melainkan terjadi dalam kendali TUHAN itu sendiri. Meski demikian, kita juga perlu berhati-hati memaknai peristiwa ini agar tidak menganggap TUHAN bersikap begitu ‘sadis’ dengan membiarkan secara sengaja seseorang hidup dalam hambatan sejak lahirnya hanya untuk menunjukkan kuasa-Nya sendiri.3 Justru, melalui teks ini para pembaca dapat memahami bahwa kondisi lemah sekalipun bukanlah hal buruk di hadapan TUHAN. Bahkan, pada bagian berikutnya kita menemukan bagaimana Yesus melakukan mujizat dengan membuat si orang buta dapat melihat.

Penglihatan yang dialami oleh orang yang buta sejak lahirnya dalam teks Yohanes 9 telah menjadi momen transformasi hidup seorang manusia yang menjadi bagian dari karya misi TUHAN. Bahkan, ia tidak sekadar mendapatkan penglihatan melainkan juga menjadi saksi yang diutus TUHAN untuk menjadi bukti kuasa pembaruan TUHAN bagi dunia. Penglihatan yang ada pada dirinya tidaklah sekadar kenikmatan untuk dirinya seorang, melainkan menjadi penerangan bagi kesadaran orang banyak untuk melihat dan mengalami kuasa TUHAN. Inilah transformasi yang juga terjadi pada diri Daud, seorang muda yang dipandang begitu rendah bahkan oleh keluarganya sendiri, yang justru dipilih TUHAN menjadi raja yang akan berperan sangat besat bagi masa depan hidup bangsa Israel.

Pada minggu pra-Paskah 4 ini kita melihat kuasa karya Ilahi yang mengubahkan melalui kehadiran setiap utusan-Nya. Hal ini adalah sebuah proses transformasi diri yang terjadi hanya karena adanya terang keselamatan dari TUHAN. Oleh sebab itu, setiap umat percaya perlu secara sungguh-sungguh memberikan diri dan mempersiapkan hatinya untuk memancarkan terang Kristus di tengah dunia.

3Edward W. Klink III. Exegetical Commentary on The New Testament: John. 2016. Grand Rapids: Zondervan, 437.


Pertanyaan Refleksi

Apakah anda sudah siap untuk menjadi seorang utusan yang dipilih TUHAN menjadi saksi atas segala kuasa-Nya dengan menjalankan peran dalam rangkaian karya misi Ilahi?