-->

Telusur Jalan Keselamatan Adven 3 2022


Adven 3
11 Desember 2022

Menyambut-Nya Dengan Pengenalan

Yesaya 35:1-10; Mazmur 146:5-10; Yakobus 5:7-10; Matius 11:2-11

a. Doa Pembuka

Tuhan, tolong aku/kami yang sedang membuka hati dan pikiran untuk menyambut kebenaran firman-Mu. Kiranya Roh Kudus membimbing hingga firman ini mewujud dalam hidup keseharian aku/kami. Di dalam nama Tuhan Yesus, amin.


b. Ilustrasi

Lukisan Il Cenacollo atau The Last Supper (Bhs. ‘Perjamuan Terakhir’) merupakan salah satu mahakarya seni dari abad-15 yang sangat bernilai, baik dari segi ekonomi, artistik dan terlebih lagi terkait dampak dalam kesenian kekristenan dunia, khususnya di Barat. Terdapat sebuah legenda yang sangat menarik terkait proses pelukisan yang dilakukan oleh Leonardo Da Vinci, sang seniman pembuat Il Cenacollo. Dikisahkan bahwa pada awal Da Vinci memulai lukisan tersebut, ia mencari figur seorang pria (model manusia asli) yang dianggap dapat mewakili kemurnian, ketulusan, ke-tak-berdosaan, dan kesempurnaan untuknya melukis sosok Yesus Kristus, sang Tuhan. Pencarian pun berujung pada seorang pria muda berumur 19 tahun yang kemudian dilukis oleh Da Vinci sebagai sosok Yesus Kristus. Da Vinci melanjutkan pelukisan terhadap tokoh-tokoh para murid Yesus lainnya, kecuali satu orang yang dengan sengaja ia sisakan untuk dilukis paling akhir, yakni Yudas Iskariot si pengkhianat.

Sekitar 6 tahun sejak Da Vinci mulai melukis Il Cenacollo, ia pun tiba pada waktu untuk melukis sosok Yudas. Da Vinci segera mencari figur manusia untuk mewakili kejahatan, keberdosaan dan ketidaksempurnaan yang dapat dilekatkan pada gambar Yudas dalam lukisannya nanti. Alhasil, ia pun menemui seorang pria di dalam penjara yang dianggap sempurna untuk mewakili Yudas. Namun, setelah proses pelukisan si pria pun menangis sembari berkata kepada Da Vinci, “Apakah kamu tidak mengenaliku lagi? Apakah aku sudah jatuh terlalu dalam? Da Vinci, beberapa tahun lalu kau memilihku untuk mewakili gambar Yesus dan kini kau memilihku untuk mewakili gambar Yudas.”[1]

c. Telaah Firman

Pertanyaan dari Yohanes tentang identitas Yesus, yang muncul pada Matius 11:2-12, mungkin terkesan membingungkan. Secara khusus, ketika kita mengingat peristiwa pembaptisan yang dilayankan oleh Yohanes Pembaptis bagi Yesus seperti yang tercatat pada Matius 3:13-17. Bukankah, semestinya Yohanes sudah mengetahui dan mengenal Yesus sebagai Mesias? Apalagi, pada saat peristiwa pembaptisan terjadi sebuah penegasan identitas Yesus sebagai Anak Allah seperti yang muncul pada Matius 3:17, “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Lantas, mengapa Yohanes mengirim para muridnya untuk menanyakan identitas Yesus?

Marthin Luther, melalui khotbahnya, menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut merupakan upaya dari Yohanes untuk semakin mendekatkan para muridnya kepada Yesus secara personal.[2] Bagi Yohanes, pengenalan personal ini merupakan hal yang sangat penting karena apa lah gunanya para murid Yohanes mengikuti kesalehan hidupnya kalau mereka tidak menerima Yesus sebagai tokoh yang ia beritakan. Oleh sebab itu, Yohanes ingin memperkenalkan para muridnya kepada Yesus dengan cara mengutus mereka untuk bertanya secara langsung terkait identitas Yesus. Cara ini pun cukup efektif untuk mencapai tujuan tersebut.

Pengenalan identitas tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat, penggenapan atas nubuatan mesianik yang telah diberikan para nabi Israel jauh di masa lampau merupakan sebuah keniscayaan dalam hidup beriman. Artinya, hal tersebut tidak dapat ditampik atau dipandang remeh oleh setiap umat Tuhan. Tindakan Yohanes yang memperkenalkan para muridnya kepada Yesus pun menunjukkan bahwa pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat merupakan sebuah keharusan. Bahkan, nilai pengenalan akan Juruselamat itu juga sudah muncul dalam nubuat yang disampaikan oleh nabi Yesaya sejak ratusan tahun sebelumnya.

Pada Yesaya 35:1-10 kita dapat melihat sebuah pemberitaan tentang pemulihan yang Tuhan janjikan kepada bangsa Israel, yang pada masa itu sedang mengalami pembuangan. Yesaya menyampaikan tentang pemulihan total yang akan terjadi pada saat sang Mesias hadir untuk membawa kelepasan dan pembebasan. Di dalam ayat 3 & 4 Yesaya berkata, “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: “Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah.” Melalui pernyataan tersebut terdapat sebuah janji pemulihan yang begitu kuat, namun pada saat yang sama juga muncul sebuah kebutuhan akan pengenalan tentang Allah yang hadir untuk membebaskan. Intinya, penyambutan akan hadirnya sang Juruselamat, Allah yang membebaskan, perlu diawali dengan sebuah pengenalan yang teguh. Itulah mengapa, kebutuhan akan pengenalan terhadap sosok Mesias menjadi hal yang sangat penting bagi umat Israel sejak kemunculan nubuatan mesianik. Hal ini pula yang dapat kita saksikan dalam perikop Matius 11, yakni ketika Yohanes Pembaptis mengutus para muridnya untuk berkenalan dengan Yesus.

Berdasarkan berita nabi Yesaya dan catatan injil Matius ini kita dapat mengambil sebuah nilai reflektif tentang pentingnya pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang kehadiran-Nya ke dunia ini akan segera kita rayakan. Masa Adven pun menjadi sebuah momentum yang sangat baik untuk kita optimalkan sebagai waktu untuk mengevaluasi dan membangun pengenalan yang semakin intim terhadap-Nya. Jangan sampai kita terjerumus dalam sebuah rutinitas penyambutan kelahiran Yesus Kristus yang justru terbatas pada pernak-pernik Natal. Kita perlu memiliki pengenalan yang dihasilkan dari sebuah keintiman relasi yang terus terjaga dengan-Nya.


1 Cerita terkait pelukisan Il Cenacollo ini digubah dari sumber: https://www.cs.mcgill.ca/~rwest/wikispeedia/wpcd/wp/t/The_Last_Supper_%2528Leonardo%2529.htm , https://storiesforpreaching.com.au/sermonillustrations/painting-judas-and-jesus/
2 Marthin Luther. The Sermons of Marthin Luther. Grand Rapids: Baker Book House.


d. Kegiatan Reflektif

(lanjutan dari ilustrasi)

Berdasarkan cerita ilustrasi pada bagian awal dan dengan menggunakan telaah firman barusan, kita dapat melihat pentingnya sebuah pengenalan. Benar atau tidaknya cerita Da Vinci tadi memang masih diperdebatkan banyak orang sehingga hanya dianggap sebagai sebuah legenda. Meski demikian, terdapat nilai permenungan yang begitu berharga untuk kita cermati. Kita perlu menyadari bahwa sebuah penilaian yang kita berikan kepada seseorang atau sesuatu sangat berpotensi untuk menjadi sebuah kekeliruan jikalau tidak dilandasi oleh pengenalan yang menyeluruh terhadapnya. Hal itulah yang tergambar dalam kisah ilustrasi di awal.

Perikop Yohanes Pembaptis yang mengutus para murid dan pesan kenabian yang disampaikan Yesaya juga menunjukkan betapa pentingnya sebuah pengenalan akan Mesias. Kita tidak dapat mengalami sebuah sukacita yang sejati dan melakukan penyambutan yang murni jika tidak memiliki pengenalan yang mendalam serta intim terhadap Mesias. Oleh sebab itu, sebagai langkah untuk membangun pengenalan yang semakin intens terhadap Yesus Kristus, sang Mesias, marilah kita merefleksikan pertanyaan berikut:

  • Silakan renungkan pertanyaan ini (apabila anda melakukannya secara komunal, maka setiap orang perlu memberikan pendapat sesuai perenungannya masing-masing). Berikanlah waktu yang cukup dan tidak terburu-buru
  • Kenapa saya memiliki iman kepada Yesus Kristus?
  • Siapa Yesus Kristus untuk saya?
  • Bagaimana langkah konkret yang sejati yang dapat saya lakukan untuk menyambut-Nya sebagai Juruselamat?

d. Doa Penutup

Tuhan, sang Kehidupan, pemberi damai dan pembebasan, saya/kami bersyukur atas seluruh penggenapan yang Kau berikan. Mampukanlah kami membangun dan memiliki pengenalan yang semakin intim dan terus berkembang terhadap Yesus Kristus, sang Juruselamat yang sejati. Tolonglah kami agar tidak terjerumus dalam sebuah euforia yang minim makna dalam perayaan kelahiran Mesias. Amin.