-->

Telusur Jalan Keselamatan Adven 4 2022


Adven 4
18 Desember 2022

Upaya Aksi Iman

Yesaya 7:10-16; Mazmur 80:2-8, 18-20; Roma 1:1-7; Matius 1:18-25

a. Doa Pembuka

Ya Allah. Aku/kami siap untuk menerima dan merenungkan firman-Mu. Tolonglah kami untuk memahami dan melakukannya di dalam bimbingan Roh-Mu. Amin.


b. Ilustrasi

Alkisah, terdapat seorang pemuda yang sangat taat berdoa. Pada suatu waktu, ia melakukan pelayaran dengan kapal kecilnya dengan maksud menenangkan pikiran sembari menyalurkan hobi memancingnya. Di tengah teriknya siang, si pemuda itu pun tertidur karena terlalu lelah. Namun, siapa sangka badai datang secara tiba-tiba, ombak yang semakin kuat pun membuat kapal kecilnya terombang-ambil hingga membuatnya karam. Si pemuda harus terapung-apung di tengah lautan luas bermodalkan sisa bongkahan dari kapal kecilnya.

Sebagai seorang yang taat berdoa, ia segera berdoa, “Tuhan, tolonglah aku anakMu yang selalu taat berdoa ini. Aku beriman Engkau pasti menyelamatkanku.” Beberapa jam pun berlalu sedangkan ia masih terombang-ambing dengan terus-menerus berdoa. Lalu, dari kejauhan munculan sebuah perahu nelayan yang mendekatinya. Si nelayan berkata, “hai tuan, mari ulurkan tanganmu ke jaringku.” Namun, si pemuda membalas, “tidak apa tuan, aku menunggu Tuhanku menolong.” Karena si pemuda bersikeras menolak, si nelayan pun segera pergi. Tidak lama kemudian, datang pula nelayan lain dan melakukan hal yang serupa. Si pemuda pun kembali memberikan penolakan dengan alasan yang sama. Begitu seterusnya, hingga ia kelelahan dan akhirnya tenggelam.

Di suatu kondisi, si pemuda yang telah wafat bertemu dengan Tuhan. Dengan kesal si pemuda berkata, “Tuhan, Engkau tahu aku seorang yang taat berdoa. Namun, kenapa Engkau tidak menolongku di tengah lautan? Aku menungguMu hingga kelelahan dan akhirnya tenggelam.” Tuhan pun berkata, “hai anak-Ku, kenapa kamu marah? Bukankah kamu yang berdiam diri ketika banyak pertolongan yang Aku berikan kepadamu justru kau tolak berulang kali? Iman bukanlah sesuatu yang pasif.”

Tentu saja, cerita di atas hanyalah rekaan. Namun, dari cerita tersebut kita sedang mencoba untuk mereka kondisi hidup beriman yang sekadar berdoa tanpa ada aksi nyata. Dari cerita ini pula kita melihat bahwa iman kepada Tuhan merupakan perilaku aktif yang perlu disertai dengan upaya aksi yang nyata, sesuai dengan perkataan Yesus Kristus dalam Matius 7:7-8, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu dibukakan.”

c. Telaah Firman

Bagi setiap orang yang tidak menerima Yesus sebagai Juruselamat, berbagai pengajaran tentang sosok maupun peran yang Ia lakukan merupakan sebuah lelucon. Misalnya, fakta tentang kematian Yesus di kayu salib oleh perbuatan manusia menjadi sebuah peristiwa yang terkesan menolak kuasa Ilahi yang ada pada-Nya. Kelahiran Yesus pun tidak jarang menjadi sebuah kisah yang dianggap terlalu mengada-ada, yakni ketika seorang perempuan perawan melahirkan tanpa terlebih dulu melakukan hubungan seksual. Bahkan, sejak dulu sudah muncul teori yang disebarkan sebagai upaya aksi untuk meruntuhkan keilahian Yesus. Lantas, bagaimana umat Tuhan perlu bersikap atas hal ini?

Kemunculan anggapan maupun teori-teori yang berusaha menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat memang tidak dapat dianggap remeh, meski bukan berarti harus meruntuhkan iman pada diri umat Tuhan. Justru, kita dapat menggunakan kemunculan hal-hal tersebut sebagai kesempatan untuk semakin meningkatkan kokohnya iman dalam mengikut sang Juruselamat. Renungan pada Minggu Adven-4 ini pun dapat menjadi sebuah upaya untuk mewujudkannya.

Di dalam rangkaian kisah kelahiran Yesus Kristus yang tercatat dalam kitab-kitab injil, nampaknya terdapat satu sosok yang kurang mendapatkan perhatian mendalam. Dia adalah Yusuf, suami dari Maria dan ‘ayah’ dari Yesus. Bahkan, mungkin saja sosok Yusuf dimaknai secara cukup negatif karena munculnya penolakkan yang ia lakukan di tengah masa kehamilan Maria yang sedang mengandung Yesus. Padahal, melalui upaya mencermati peran Yusuf secara lebih realistis dan romantis, justru kita dapat menemukan nilai yang sangat berharga untuk dijadikan landasan pemahaman iman dalam membangun sikap iman kepada Kristus.

Niat Yusuf untuk menceraikan Maria secara diam-diam sebenarnya tidaklah sepenuhnya buruk apalagi jahat. Langkah ini merupakan hasil dari kondisi psikis Yusuf yang bingung menghadapi kondisi yang melebihi ambang kemampuan berpikirnya sebagai manusia. Satu hal yang diketahui adalah Maria sudah mengandung padahal mereka masih bertunangan. Artinya, bagi Yusuf, Maria sudah melanggar sebuah batasan moral dalam konsep hubungan masyarakat Yahudi pada saat itu. Meski demikian, Yusuf tidak memilih untuk membawa Maria ke hadapan publik untuk diadili secara hukum agama yang berlaku pada saat itu. Yusuf lebih memilih untuk menceraikan -pembatalan pertunangan- Maria secara diam-diam, seperti yang dicatat dalam ayat 19, “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.”

Di tengah kegalauan dan carut-marut kondisi hati Yusuf, Tuhan pun menjamah hati serta pikirannya secara personal. Malaikat Tuhan menjelaskan tentang alasan dan maksud kehamilan Maria sebagai karya Roh Kudus untuk mewujudkan misi Tuhan yang akan menghadirkan keselamatan bagi dunia. Malaikat itu berkata, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Pesan inilah yang menjadi penggenapan atas nubuatan Yesaya dalam pasal 7 ayat 14, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.”

Peran Yusuf di dalam seluruh rangkaian penggenapan nubuatan mesianik pun memiliki dampak yang sangat besar. Mengapa demikian? Apabila, Yusuf menolak menjadi suami dari Maria, maka kehadiran Yesus Kristus sebagai penggenapan nubuatan mesianik yang datang dari garis keturunan keluarga kerajaan Daud pun akan terancam. Padahal, mulai dari era nabi-nabi yang menyampaikan nubuat mesianik, seperti Yesaya, sudah ditekankan bahwa Mesias yang akan hadir adalah dari garis keturunan Daud (Eng. Royal Davidic Blood). Hal ini pula yang ditegaskan oleh Paulus dalam Roma 1:2-5, “Injil itu telah dijanjikan-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”.

Tindakan Yusuf di dalam kisah kelahiran Yesus Kristus, sang Mesias merupakan sebuah contoh tentang upaya aksi iman yang nyata. Yusuf bersedia menerima dan mempercayai perkataan Malaikat Tuhan tentang bayi yang ada dalam kandungan Maria. Tidak berhenti sampai di situ, Yusuf pun mengikuti setiap perkataan Malaikat Tuhan tersebut karena ia bersedia untuk terlibat dalam karya penyelamatan yang sedang Tuhan kerjakan. Terlebih lagi, Yusuf memberikan dirinya untuk menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan. Inilah sebuah bentuk dari iman yang tidak sekadar berkata-kata, melainkan penuh upaya dan aksi yang nyata.


d. Pertanyaan Reflektif

Silakan renungkan pertanyaan ini (apabila anda melakukannya secara komunal, maka setiap orang perlu memberikan pendapat sesuai perenungannya masing-masing). Berikanlah waktu yang cukup dan tidak terburu-buru.

  • Apakah saya sudah cukup berupaya dan menghasilkan aksi yang nyata dalam menyambut kelahiran sang Juruselamat? atau, apakah saya justru bersikap pasif dan egois dalam menikmati kehadiran-Nya?
  • Apa saja hal konkret yang dapat saya lakukan sebagai wujud upaya aksi iman untuk menyambut kehadiran sang Juruselamat?

d. Doa Penutup

Ya TUHAN, kami menyambut kelahiran Yesus Kristus dengan hati yang terbuka dan komitmen untuk mempersiapkan jalan hadirnya sang Juruselamat. Berkatilah kami di dalam segala upaya yang kami telah daturkan kepada-Mu. Amin.