-->

Telusur Jalan Keselamatan Natal 2022


Natal
25 Desember 2022

Perubahan Dalam Kehadiran-Nya

Yesaya 62:6-12; Mazmur 97; Titus 3:4-7; Lukas 2:8-20

a. Doa Pembuka

Tuhan, kiranya hikmat dalam bimbingan Roh Kudus memenuhi hati dan pikiranku/kami, sehingga setiap firman yang akan aku/kami renungkan ini dapat aku/kami jadikan nyata dalam kehidupan. Amin.


b. Ilustrasi

Dick Hoyt dan Rick Hoyt merupakan pasangan ayah-anak yang menoreh sejarah dalam dunia olahraga. Mereka berasal dari Amerika Serikat dan sejak tahun 1977 sudah mulai terlibat dalam perlombaan maraton hingga triathlon. Lantas, apa yang membuat mereka istimewa? Kondisi Rick, sang anak, hidup dengan cerebral palsy yakni sebuah kondisi gangguan kesehatan pada otot, gerak dan koordinasi tubuh. Meski demikian, semangat Rick untuk mengikuti kegiatan atletik sangat besar sehingga Dick, ayahnya memilih untuk mewujudkan mimpi sang anak. Beragam jenis perlombaan atletik, mulai dari lari, berenang hingga bersepeda (dalam cabang ilmu olahraga dikenal dengan sebutan ‘Triathlon’) mereka lakukan bersama dan berhasil mereka selesaikan. Mungkin saja ada banyak orang yang menganggap bahwa keberhasilan Dick dan Rick menyelesaikan berbagai perlombaan merupakan hasil dari ketekunan serta kekuatan Dick, sang ayah. Tidak sedikit pula yang mungkin akan menganggap Rick sebagai beban tambahan bagi sang ayah. Namun, Rick di dalam bukunya berjudul ‘Devoted’ menegaskan bahwa kekuatan dan motivasi yang ia dapatkan untuk menyelesaikan lomba-lomba tersebut justru didapatkan melalui sang anak.

“He was my motivation. Something gets into me when I’m competing along with Rick that makes us go faster. My strength comes from him, as if it moves from his body into mine. The strength that I got from my son that day enabled us to become Ironmen.”

“Dia (Rick) adalah motivasiku. Ada sesuatu yang masuk ke dalam diriku, yang membuat kami melaju lebih cepat, setiap kali aku berkompetisi bersama Rick. Kekuatanku berasal dari dirinya, seperti kekuatan yang ada padai tubuhnya merasuk ke dalam diriku. Kekuatan yang aku dapat dari anak lelakiku pada hari itu telah memampukan kami untuk menjadi Ironmen (julukan bagi para peserta Triathlon).”

-(Dick Hoyt dalam Devoted: The Story of A Father’s Love for His Son)


c. Telaah Firman

Berdasarkan teks ini, terdapat sebuah proses transformasi yang dialami oleh para gembala ketika malaikat Tuhan menampakan diri kepada mereka. Perjumpaan antara para gembala dengan malaikat Tuhan pada malam itu telah mengubah hidup gembala secara total. Hal ini pun menjadi begitu penting dan bernilai, secara khusus untuk kita maknai pada hari Natal ini. Apa saja yang dapat kita pelajari dari Lukas 2:8-20? Marilah kita telusuri beberapa hal terlebih dahulu yang berkaitan dengan teks tersebut.

Pertama, kita perlu menyadari bahwa pekerjaan ‘gembala’ bukanlah sesuatu yang istimewa dalam konteks Israel pada masa itu. Menjadi seorang gembala berarti bersedia untuk bekerja kasar, terisolasi dan tak jarang harus menghadapi bahaya. Hal inilah yang cukup tergambar secara tidak langsung dalam Lukas 2:8-20. Para gembala dalam teks ini diceritakan sedang menjaga kawanan domba di tengah padang luas pada malam hari yang dingin, ketika hampir semua orang lainnya justru ‘bersembunyi’ di dalam rumah masing-masing untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Kedua, di dalam injil Lukas berita kelahiran Yesus, untuk pertama kalinya, disampaikan kepada para gembala. Merekalah pihak yang pertama kali mendapatkan kabar sukacita tersebut. Hal ini bukanlah tanpa makna, melainkan untuk menunjukkan bahwa kabar sukacita hadirnya Mesias adalah hak setiap orang, termasuk mereka yang selama ini tidak mendapatkan perhatian cukup di tengah sistem hidup masyarakat.

Di dalam tradisi Yudaisme, nubuat mengenai hadirnya Mesias (Juruselamat) merupakan momen yang sangat dinantikan. Berita itulah yang dinikmati oleh para gembala, kelompok yang tidak terlalu mendapatkan perhatian besar dari masyarakat dengan pekerjaan yang memaksa mereka untuk sedikit ‘menjauh’ dari ruang sosial pada umumnya. Berita kelahiran sang Juruselamat itu pun telah membawa perubahan besar pada diri mereka. Beginilah beberapa momen yang perlu kita cermati dalam proses transformasi hidup para gembala: menjaga domba penampakan malaikat Tuhan gembala ketakutan pemberitaan kabar baik pujian dari rombongan malaikat gembala bersuka cita gembala berjalan mencari Yesus gembala bersaksi gembala memuliakan Allah.

Terdapat perubahan nyata dalam hidup para gembala. Mereka yang tadinya ketakutan, justru menjadi penuh sukacita setelah menjumpai Yesus. Mereka yang tadinya terisolasi dalam praktik penggembalaan domba, sekarang telah berlaku aktif sebagai saksi akan penggenapan kedatangan sang Mesias. Intinya, berita yang disampaikan oleh Malaikat Tuhan dan momen perjumpaan yang mereka alami pada saat menemui Yesus telah membawa perubahan yang signifikan dalam hidup.

Perubahan hidup yang dialami oleh para gembala bukanlah tanpa alasan. Sebagai orang-orang Yahudi yang sudah akrab dengan janji hadirnya pembebasan dari Tuhan, sudah tentu mereka memahami betul arti dari lahirnya sang Mesias. Situasi yang muncul dalam Yesaya 62:8 merupakan gambaran dari sukacita yang dialami oleh setiap orang yang merasakan penggenapan janji Mesianik. Tuhan, melalui mulut nabi Yesaya, berkata, “Sesungguhnya, Aku tidak akan memberi gandummu lagi sebagai makanan kepada musuhmu, dan sesungguhnya, orang-orang asing tidak akan meminum air anggurmu yang telah kauhasilkan dengan bersusah-susah; tetapi orang yang menuainya akan memakannya juga dan akan memuji-muji TUHAN, dan orang yang mengumpulkannya akan meminumnya juga di pelataran-pelataran tempat kudus-Ku.” Hal ini pula yang tergambar dalam perubahan hidup para gembala, yakni ketika mereka pulang dengan membawa sukacita atas hadirnya Mesias.

Kehadiran Yesus Kristus, sang Juruselamat adalah penggenapan dari seluruh nubuatan pembebasan. Nubuat ini tidak terbatas untuk bangsa Israel maupun tertutup dalam lingkup politik kekuasaan. Kehadiran-Nya adalah penggenapan untuk menghadirkan pembebasan bagi dunia, bagi seluruh kehidupan untuk tetap berada di dalam kuasa kasih-Nya yang menghidupkan. Nilai ini pula yang perlu kita sadari dalam setiap perayaan Natal. Setiap umat Tuhan, pada hari Natal ini, tidak sedang menghanyutkan diri dalam euforia pesta perayaan ulang tahun atau sekadar mengulang rutinitas hari raya dalam kalender liturgi Kekristenan.

Idealnya perayaan akan kelahiran Yesus Kristus perlu diikuti dengan transformasi hidup yang nyata sebagai bentuk keseriusan diri dalam menyambut dan merasakan sukacita. Kita perlu mengingat bahwa sukacita yang hadir dalam peristiwa Natal merupakan sukacita yang timbul dari kesadaran atas hadirnya Juruselamat yang membawa transformasi, penebusan dan keselamatan. Sukacita dalam setiap perayaan kelahiran Yesus Kristus bukanlah hasil dari euforia sementara yang bersifat situasional, melainkan sebuah kesadaran atas karya Allah yang bersifat kekal.


d. Pertanyaan Reflektif

Silakan renungkan pertanyaan ini (apabila anda melakukannya secara komunal, maka setiap orang perlu memberikan pendapat sesuai perenungannya masing-masing). Berikanlah waktu yang cukup dan tidak terburu-buru.

  1. Menurut anda, transformasi atau perubahan apa saja yang telah atau sedang anda alami karena kelahiran Yesus Kristus?
  2. -silakah lewatkan pertanyaan kedua jika anda anggap tidak relevan dengan kondisi anda-
    Apakah anda pernah merasa hambar dalam merayakan Natal? Jika iya, menurut anda, apa saja faktor pemicu kondisi tersebut?

e. Doa Penutup

Ya Allah, Sang sumber kehidupan. Terimakasih untuk hari yang boleh kami rayakan ini untuk mengingat dan menikmati inisiatif kasih-Mu. Kami merayakan kelahiran sang Juruselamat, Yesus Kristus. Biarlah hidup kami mengalami perubahan yang hanya terjadi di dalam-Mu. Kiranya kami diberikan kemampuan untuk menjadi saksi-Mu yang membawa kabar sukacita itu ke seluruh dunia, ke tempat dimana Tuhan mengutus kami. Di dalam nama Yesus, sang Anak yang telah lahir, kami berdoa. Amin.