Mazmur 32 ini sekilas memberikan penekanan kepada tindakan pengakuan dosa manusia, padahal inti utama atau peran utama yang ingin ditonjolkan oleh si pemazmur adalah TUHAN yang pengampun. Pengakuan dosa itu memanglah penting untuk dilakukan karena dengan melakukannya berarti seorang manusia ibarat membuka pintu bagi masuknya anugerah dan kasih pengampunan TUHAN. Namun, sebuah pengakuan dosa tidak akan berarti jika TUHAN tidak memberikan kesempatan untuk manusia mengalami pengampuan dari-Nya.
Saking pentingnya pengampunan TUHAN atas diri seorang manusia, pemazmur mengawali syairnya ini dengan sebuah deklarasi iman yang mengglorifikasikan hal tersebut. Ia berkata, “berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!” karena jika seorang manusia tetap menyimpan kesalahan dan pelanggarannya dari TUHAN maka ia akan merasakan sensasi tulang yang kering serta sumsum yang menjadi kering. Bagi pemazmur, menyimpan dosa di dalam diri sendiri bukan saja akan berdampak buruk terhadap mental tetapi juga menjadi sebuah parasit menggerogoti fisiknya, sehingga ia tidak hanya akan mengalami kematian dalam semangat tetapi juga fisik secara perlahan. Pemazmur menyadari bahwa seorang manusia tidak semestinya hidup dalam kondisi yang demikian akibat ketidakmauannya untuk mengakui dosa di hadapan TUHAN.
Sungguh sebuah hal yang sia-sia jika manusia tetap menahan dosa itu, padahal TUHAN selalu menyediakan pengampunan-Nya yang melegakan. TUHAN tidak pernah memperhitungkan kesalahan dari orang yang jujur utnuk mengakui kesalahan di hadapan-Nya. Manusia hanya perlu membangun kejujuran dan ketulusan di dalam dirinya serta menghaturkannya ke hadapan TUHAN melalui tindakan pengakuan dosa. Ingatlah, bahwa pengkauan dosa mendatangkan kelegaan secara mental, spiritual, dan fisik yang datangnya dari TUHAN sang pengampun.