Apakah anda pernah mengalami ketakutan yang begitu hebat? Atau, anda pernah mengalami kecemasan yang mengganggu jalannya pikiran serta membuat anda tidak dapat berpikiran dengan jernih? Apa yang anda lakukan? Pertanyaan-pertanyaan itu, menjadi ajakan bagi setiap kita untuk mendalami kembali perihal hubungan antara kita dengan TUHAN. Kita akan merefleksikan kesaksian iman seorang Daud untuk menjadi bekal pembelajaran iman bagi setiap kita dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan yang menggentarkan hati.
Kondisi dengan hidup dalam ketakutan dan kecemasan yang begitu besar pernah dialami oleh Daud, tepatnya ketika ia berhadapan dengan Abimelekh sebagai lawan politik. Kita dapat menemukan catatan mengenai pengalaman Daud ini di dalam 1 Samuel 21:10-15 dengan penggunaan nama yang berbeda dari Abimelekh, yaitu Akhis sebagai raja kota Gat. Pertemuan Daud dengan Akhis atau Abimelekh menjadi titik lain dalam pengembaraannya sebagai seorang pelarian politik dari Saul. Ia bermaksud melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya dari amarah Saul yang begitu besar terhadapnya. Namun, belum lagi ketakutan itu hilang, Daud harus mengalami kondisi yang semakin memperburuk kehidupannya, yakni pertemuan dengan raja dari bangsa yang menjadi lawan Israel.
Di tengah kondisi itulah kita melihat Daud mengambil keputusan untuk berpura-pura tidak waras agar ia tidak dikenal sebagai seorang tokoh pahlawan perang dari Israel, bangsa lawan Filistin yang beberapa waktu lalu telah membunuh Goliat, pahlawan perang yang gagah perkasa. Namun, di dalam ketakutan dan kecemasan yang begitu hebat, Daud justru meluapkan keimanannya dalam syair yang penuh harap dan ketergantungan akan TUHAN. Mengapa ia melakukannya? Karena Daud sadar bahwa pujian kepada TUHAN menjadi jalan terbaik untuk menguatkan hati yang gentar akibat ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi realita kehidupan.
Sahabat Alkitab, biarlah pengalaman Daud dan mazmur yang ia tulis dalam ayat 1-8 ini menjadi ajakan bagi setiap kita untuk menghadapi ketakutan dan kecemasan dengan puji-pujian kepada TUHAN. Setiap puji-pujian yang kita nyanyikan bagi TUHAN tidak hanya berfungsi sebagai ungkapan iman kepada-Nya tetapi juga pada saat yang sama menjadi cara TUHAN untuk menguatkan hati yang gentar. Daud berkata, “Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!”