Bagian akhir dari Mazmur 40 ini terbilang cukup unik karena si pemazmur menunjukkan sebuah ketertindasan. Di bagian-bagian awal kita telah melihat ungkapan syukur dan pujian kepada TUHAN yang begitu menggebu-gebu dan di bagian penutup kita justru melihat ungkapan hati dari pribadi yang sama mengenai pergumulan hidupnya. Hal ini bukan menunjukkan sebuah kepimplanan dari seorang pemazmur, melainkan menampilkan dinamika proses hidup seorang manusia.
Ada kalanya seorang beriman mengalami suka yang begitu meluap dari hatinya kepada TUHAN dan ada kalanya ia juga memperhadapkan kepada TUHAN segala duka yang tak lagi mampu dibendung hatinya. Keduanya adalah hal wajar untuk dialami oleh seorang beriman. Itulah proses kehidupan yang justru akan semakin membentuk keteguhan iman kepada TUHAN. Syair-syair ini juga mengingatkan kepada kita agar tidak cepat mempersalahkan apalagi meninggalkan TUHAN pada saat kesulitan maupun pergumulan itu tiba dalam jalannya kehidupan kita.
Sahabat Alkitab, beriman juga berarti mempertahankan komitmen dan konsistensi mengikut TUHAN. Kita perlu terus mengupayakan hal itu demi terbentuknya iman yang sejati. Dan, bersyukur kepada TUHAN hendaknya dilakukan entah dalam senang maupun susahnya kehidupan sehingga hati dan pikiran kita tetap terarah kepada-Nya. Kita perlu waspada agar tidak hanya ingat dan memuji TUHAN pada saat mengalami suka dan meninggalkan-Nya di kala duka.