Di tengah perjumpaan antara Musa dengan TUHAN, ternyata seluruh uamt Israel pun mendapatkan undangan untuk mengalami perjumpaan yang sangat intim dengan-Nya. Oleh sebab itu, momen penting tersebtu tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa adanya persiapan yang matang. Banyak ketentuan yang muncul yang perlu dipenuhi oleh seluruh umat agar mereka benar-benar ‘layak’ untuk berjumpa dengan TUHAN. Hal ini menjadi begitu krusial, mengingat sikap hati orang Israel yang seringkali mangkir dari TUHAN dan mereka juga sangat mudah memalingkan perhatian dari pada-Nya. Beberapa ketentuan yang disampaikan kepada umat bertujuan sebagai sebuah proses persiapan yang membentuk kesungguhan perilaku, hati dan pikiran umat Israel untuk mengalami perjumpaan personal sekaligus komunal dengan TUHAN.
Sahabat Alkitab, perikop ini sekilas terkesan memeberikan batasan yang sengaja diciptakan di tengah hubungan antara bangsa Israel dengan TUHAN. Berbagai ketentuan yang ada di dalam ayat-ayat ini seolah menjadi semacam prasyarat bagi bangsa Israel untuk menemui TUHAN. Namun, melalui penilikan yang telah kita upayakan tadi tergambar cukup jelas bahwa semua ketentuan itu menjadi sebuah pelatihan sekaligus persiapan hati dan pikiran bagi bangsa Israel pada saat mereka menghadap TUHAN. Hal ini menjadi sesuatu yang diperlukan agar momen pertemuan atau komunikasi dengan TUHAN tidak dianggap remeh atau menjadi sesuatu yang disia-siakan begitu saja. Mereka sedang diajar untuk menghargai segala relasi atau komunikasi dengan TUHAN sebagai peristiwa yang perlu dipersiapkan dalam kesungguhan hati dan pikiran.
Nilai refleksi hari ini kiranya dapat menjadi bahan pembelajaran yang membangun sikap menghadap TUHAN. Tidak sedikit manusia yang mulai terlena hingga menganggap remeh momen perjumpaan khusus dengan TUHAN. Memang betul, bahwa perjumpaan dengan TUHAN dalam terjadi di segala waktu dan tempat. Namun, di dalam tradisi kehidupan beriman kita juga mengenal momen-momen khusus yang dirancang sebagai bentuk pertemuan dengan TUHAN, misalnya melalui doa dan peribadahan. Pembacaan Alkitab pada hari ini menjadi sebuah pengingat bahwa kita perlu membentuk sikap hati dan pikiran yang benar-benar terarah kepada TUHAN yang juga perlu diwujudkan dalam sikap-sikap keseharian yang sederhana.